Minggu, 10 Februari 2013

LINGKUNGAN - Miris, Konflik Gajah Dan Manusia di Riau Makin Meruncing

Gajah tewas diracun (plasa.msn)
Jakarta, LP - Konflik antara manusia dan Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) di Riau makin meruncing. Sedikitnya 15 ekor gajah mati terbunuh di tahun 2012, ironisnya delapan diantaranya berada di kawanan konservasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang merupakan wilayah dilindungi. Sementara di tahun 2011 tercatat hanya dua ekor gajah yang mati di Riau.

Akibat konflik itu jumlah populasi Gajah Sumatera menurun. Penurunan ini makin diperparah dengan meningkatnya perburuan ilegal gading gajah. Untuk menanggulangi konflik gajah liar dan manusia yang semakin meningkat, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) melakukan kerjasama dengan Word Wildlife Fund (WWF), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSA) Riau dan Balai TNTN dalam melakukan mitigasi.

Mitigasi atau penghalauan gajah masuk ke pemukiman warga dilakukan dengan mengerahkan Elephant Flying Squad (EFS) atau gajah yang sudah terlatih. EFS merupakan tim penanganan konflik gajah dan manusia, yang akan melakukan patroli mitigasi, pendataan gajah, sosialisasi kepada masyarakat dan juga memperoleh informasi dan data mengenai kegiatan illegal loging dan keberadaan satwa liar baik.

"Kami memiliki enam gajah EFS untuk membantu menangani konflik gajah dengan manusia di TNTN. Gajah latih kami tentu akan bekerja sama dengan WWF untuk meminimalisir masuknya gajah ke pemukiman," kata Direktur Utama PT RAPP Kusnan Rahmin di Pekanbaru, Sabtu (9/2/2013).

Sementara itu CEO WWF Indonesia, Efransjah mengatakan bahwa pemerintah harus serius menengahi konlik gajah dengan manusia yang semakin meningkat itu. "Harus ada win-win solution untuk menengahi masalah konflik manusia dengan gajah. Kita harus lestarikan gajah sumatera yang merupakan spesies tersisa di Indonesia. Tapi bukan berarti kita membela gajah dari manusia, akan tetapi sebenarnya manusia bisa hidup berdampingan dengan gajah," tegasnya.

Semakin rusaknya hutan dan menyempit daerah wilayah jelajah gajah, menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan konflik terus terjadi. Efransjah juga menyebutkan gajah akan sering turun ke pemukiman warga, dan jika terjadi konflik maka akan menimbulkan korban di kedua belah pihak.
Seekor anak gajah berusaha membangunkan induknya yang tewas diracun (plasa.msn)

Mungkin bila kita lihat siapa yang kejam? Ya manusia. Manusia diberi akal budi paling baik namun terkadang manusia juga suka membunuh mangsa yang bukan dari golongannya, atau bahkan membunuh sesama manusia dengan cara sistematis (tams/okz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar