Kamis, 09 Juni 2011

Contoh Pidato Rekreatif: NASIONALISME MUSIK INDONESIA

NASIONALISME MUSIK INDONESIA

Assalamualaikum. Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji Syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya kepada kita dan mampu mengumpulkan kita di kesempatan yang baik ini.

Kepada Yth. Ibu Rektor IISIP, Ir. Maslina W. Hoetasoehoet beserta staf kampus yang saya hormati.

Kepada rekan – rekan dari Lovely Crew yang saya banggakan karena acara pagelaran musik bisa terselenggara.

Kepada peserta band dan teman – teman yang saya cintai, karena kita berada di Kampus Tercinta IISIP Jakarta.

Perkenankan saya Ullifna Tamama sebagai ketua panitia Pagelaran Musik Disini Kita Berjumpa memberi beberapa patah kata.

Di pagi yang cukup cerah ini saya yakin di antara teman – teman yang hadir bisa memainkan alat musik.

Jika tidak, semuanya yang hadir disini pasti suka mendengarkan musik.

Bicara soal musik, pasti banyak aliran musik yang teman – teman ketahui. Atau bahkan di antara kalian pasti juga memiliki aliran musik tersendiri a/l: Brit Pop, Pop, Punk, Hip hop, Hardcore atau bahkan dangdut.

Teman – teman sekalian yang saya cintai, adakah di antara kalian bisa memainkan satu alat musik?

Hmmm, sungguh senang ya jika kita bisa memainkannya. Kalau saya sendiri tidak bisa memainkan alat musik, seandainya bisa saya juga tidak bisa memainkannya secara baik.

Pernah saya didatangi teman, yang kebetulan mendapati saya sedang memegang gitar. Lalu ia bertanya pada saya,”Tam, kamu bisa nggitar. Ajarin main gitar dong?” Spontan saya jawab,”Waduuh, aku ngga bisa main gitar lokal kaya gini. Aku biasa mainin gitar Inggris karena kuncinya ngga seperti gitar yang kaya gini. Kalau yang ini kan kuncinya dari A – G, kalau gitar Inggris kan bisa pakai kunci Inggris 11, 13, 14,” jawab saya.

Seperti contoh bermain gitar, hakikatnya semua dari kita bisa memainkannya. Ucapan ini saya petik dari lagu Radiohead yang berjudul ’Anyone Can Play Guitar’. Di dalam lagu ini Jonny Greenwood sang gitaris Radiohead meyakinkan bahwa sesungguhnya kita semua bisa memainkan gitar. Lihat saja saat Jonny Greenwood beraksi, tidak selamanya ia memainkan gitar dengan kunci – kunci yang lazim. Terkadang ia menggunakan koin untuk digesekan pada senar gitarnya, atau kadang ia memukul – mukul gitarnya. Bahkan ia pernah menggesekan alat gesekan biola pada gitarnya di lagunya yang berjudul ‘Pyramid Song’. Dari semua itu bertujuan agar mendapatkan suara yang unik dari gitar tersebut.

Di pagi yang penuh semangat ini saya yakin, Indonesia memiliki bakat musik yang menarik. Apalagi saya tidak meragukan kemampuan teman – teman yang hadir di kesempatan pagelaran musik kali ini.

Apalagi Indonesia yang memiliki banyak suku dan budaya, dan saya tidak meragukan kemampuan musik orang – orang Indonesia. Karena saya juga yakin setiap suku memiliki alat musik tersendiri.

Namun ada yang saya sayangkan, dimana nasionalisme kita dalam bermusik? Kita ini negara yang kaya yang penuh peradaban dalam bermusik, tetapi kenapa gaya bermusik kita belum nampak rasa nasionalisme kita. Dan yang ada pola kita masih kebarat – baratan.

Asal teman – teman tahu, budaya musik kita telah dilirik musisi – musisi asing, bahkan yang tenar sekaligus. Saya ambil contoh bagaimana band Inggris memainkan musik dengan instrumen yang mirip bahkan persis dengan budaya kita, kalian pernah mendengar nama Cold Play dan Radiohead?

Ada sebuah lagu dari Cold Play yang berjudul ‘ Strawberry Swing’ yang instrumennya mirip dengan musik Dayak di Kalimantan. Ada juga Radiohead dengan lagunya yang berjudul ‘Let Down’ dan ‘Go Slowly’ yang di dalam lagu itu juga mirip dengan musik atau sebuah langgam dari Jawa Tengah.

Belum lagi cerita dua band hardcore dari Rusia yang mengambil nama ‘SUMATERA’ dan ‘INDONESIA’.

Lantas ada juga seoang gitaris Yeah Yeah Yeahs yang notabenenya berasal dari Amerika yang rela menempelkan stiker bergambar bendera Indonesia yang bertuliskan ’50 Tahun’ dan di sisi atasnya tertempel stiker yang bertuliskan ‘I Love INDONESIA’. Padahal kalian tahu sendiri terutama bagi seorang gitaris bahwa menempelkan stiker di gitar bukan hal sembarang melainkan memiliki pesan makna tersendiri. Lantas apa kata Nick Zinner gitaris Yeah Yeah Yeahs yang menempelkan stiker Indonesia di gitarnya,"I truly feel Indonesia is one of the most amazing places in the world, and even though politically its pretty fucked up, the culture and people are really inspiring,” katanya. Yang dalam Bahasa Indonesia berarti, "Saya benar-benar merasa Indonesia adalah salah satu tempat paling menakjubkan di dunia, dan meskipun politik yang sangat kacau, budaya dan orang-orang yang benar-benar inspiratif," ujar Nick.

Kalian bisa mengerti teman – teman? Lihat saja musisi – musisi dari luar negeri itu saja tertarik kepada budaya kita, lantas kenapa kita harus malu membudidayakan budaya kita dalam bermusik seperti ‘Bondan and Fade To Black’ yang juga telah memasukan unsur keroncong dalam musiknya? Kapan kalian akan beraksi menampilkan budaya musik negara kalian di kancah internasional?

Di akhir pidato ini, saya hanya berpesan kepada teman – teman, terutama musisi – musisi yang hadir di kesempatan ini. Kita boleh memiliki aliran musik tersendiri yang mungkin juga mengadopsi dari luar negeri, tetapi masukanlah sedikit atau lebih juga lebih baik unsur – unsur budaya kita dalam hal bermusik.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih, mohon maaf jika ada kekurangan. Dan jangan lupa, ‘Mari kita iramakan dunia dengan Musik Indonesia’.

Wassalam. Wr. Wb

Internasional-- Bahasa Indonesia Diminati di Norwegia

Jakarta, LP - Bahasa Indonesia direspons positif warga asing, khususnya di Norwegia. Duta Besar RI untuk Oslo, Norwegia, Esti Andayani mengatakan Bahasa Indonesia banyak digemari warga Oslo. Kondisi ini mampu mempererat hubungan Indonesia dan Norwegia.

Respons positif itu terlihat dalam acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional sekaligus gathering para peserta dan alumni kursus. Acara dihadiri warga Norwegia yang mengikuti kursus Bahasa Indonesia di KBRI. Sekretaris Tiga KBRI Oslo Febby Fahrani mengatakan, Kamis (26/5), Bahasa Indonesia memiliki arti penting dalam memperkokoh semangat kebangsaan. Antara lain yang dirintis sejak Budi Utomo pada 1908 yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional hingga Sumpah Pemuda pada 1928.

Gathering ditutup dengan pemutaran video pariwisata Indonesia dan jamuan makan malam dengan sajian hidangan khas Indonesia berupa bihun goreng, bakwan sayur, lumpia, rempeyek, keripik pisang dan es teler. Diharapkan membuat masyarakat Norwegia semakin memahami Indonesia. (ANT/tams)

Senin, 06 Juni 2011

Pojok Sajak >> Mati Kuyup Di antara Dongeng Cabul Yang Cebol

Keramaian itu beranak pinak, bukan di depan mata; tapi terselip di balik ketiak. Akupun terhimpit di antara lalu lalang semut di ruang sempit.

Matahari tak pandang bulu, menyoroti langkah mahluk penyendawa di antara rasanya yg ingin tahu. Sesekali Tuhan mengedip padaku, di antara langkahku yang terbentar pada mighrab sajadah lusuh & kaku. Lantas mana komat-kamit doa yang terpanjat?

Ooo, aku lupa belum cebok, belum sikat gigi, belum cuci muka & raga. Lantas kemana air tobat itu; di kamar mandiku hanya tersisa satu gayung saja.

Ya, sepertinya aku butuh tukang ledeng yg berotak ulama, bukan ulama berotak tukang ledeng. Agar pastinya bukan hanya 'becek' tapi berilmu.

Pungkasan, oh pungkasan. Dimana awal cerita ini, aku ingin segera mengakhiri di antara lirikan mata yang mematai.

Lekaslah purnatugaskan wahai tukang ledeng. Ingin aku cebokkan dan basuhkan, agar aku bisa menikmati candu tiap tetesnya.

Basahi lalu sujudkan dan di antara hikayat paripurna hidup aku berhenti menekan 'QWERTY' di antara dongeng cabul yang pernah kudengar dalam hati.

(tams)