Sabtu, 21 Juni 2014

SEJARAH - Kisah 'Mistis' Dan Runut Sejarah di Makam Nazi Bogor

Jakarta, LP - Sejarah memang membuat kita selalu penasaran, apalagi sejarah yang sifatnya 'anti-mainstream' atau penuh kontroversi. Salah satunya sejarah tentang Nazi Jerman yang mana (dunia) menganggap pemerintahan yang terkenal dengan pemimpinnya Adolf Hitler, yang dianggap oleh dunia sebagai pemimpin yang kejam. Tetapi, secara fakta historis Nazi Jerman tidak sekejam seperti pemikiran barat pada umumnya.

Kali ini saya tidak membahas keseluruhan fakta sejarah Nazi di dunia, ada fakta unik menarik yang mungkin oleh sebagian orang tidak terpikirkan sampai situ. Di kesempatan ini saya ingin mencari fakta pergerakan Nazi di Indonesia, pasti sebagian kalian akan bertanya apa kehadirannya disini. Dimulai dengan perjalanan saya pada situs peninggalan Nazi Jerman di Bogor. Sebelumnya saya mengetahui kabar keberadaannya dari beberapa rekan yang tergabung dalam forum yang berisi penggiat sejarah Nazi Jerman (reenactor), selain itu beberapa tulisan artikel atau berita media nasional yang mengabarkan keberadaan situs peninggalan sejarah Nazi Jerman di Indonesia, salah satunya berada di Bogor, Jawa Barat.
Ki-ka: Miftha, Kohang dan dan yang memegang Eisernes Kreuz II Klasse adalah saya sendiri Hauptsturmführer Tama. (pribadi)
Kohang menjadi rider, saya menjadi navigator (pribadi)
 

Kala itu Jum'at (06/06), bersamaan dengan momentum serangan pendaratan sekutu di Normandia terhadap Nazi, yang sering disebut 'Peristiwa D-Day', tanggal 06 Juni 1944. Saya bersama rekan-rekan lain yang ingin mengetahui sejarah Nazi Jerman di Indonesia, menyambangi sebuah situs bersejarah makam tentara Jerman (Deutscher Soldatenfriedhof) di Bogor. Saya bersama Rifki "Kohang"Rismadhan, ketua komunitas motor 'Denouvoers' (pecinta Yamaha Nouvo Depok), yang kebetulan hobi melakukan turing. Ada juga beberapa rekan pecinta mistis yang kebetulan juga menyukai tempat-tempat bersejarah, seperti Taufan Casidy dari Forum Supranatural Kaskus (Forsup Kaskus), dan salah satu diantaranya mantan peserta uji nyali pada stasiun TV swasta nasional yang juga menjabat sebagai ketua Ekspedisi Mistis (Xmist), Miftha Giyanti Putri, dan beberapa rekan lain. Kehadiran saya dan rekan-rekan lain bukan untuk melakukan uji nyali, tetapi hanya sebatas mengulik sejarah tentang beberapa perwira dan beberapa kru Kriegsmarine (Angkatan Laut) Nazi Jerman yang dimakamkan di Bogor.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, saya bersama tim lain berangkat dari Jakarta selepas sholat Jum'at menggunakan sepeda motor. Perjalanan yang terbilang lancar, dan tiba di perempatan Gerbang Tol Ciawi, kita beristirahat di sebuah minimarket di sekitar Gadog, Bogor.
Papan penunjuk makam dekat minimarket Gadog, Bogor, Jawa Barat (pribadi)
 

Tak jauh dari minimarket, di sampingnya ada jalan masuk dengan sebuah papan penunjuk yang bertuliskan 'Situs Makam Jerman 4km', gundah hati terobati dengan membaca papan tersebut yang ditambah dengan tanda panah di papan tersebut. Kami melanjutkan perjalanan dengan mengikuti arah panah yang sesuai dengan petunjuk di papan tersebut. Beberapa kali saya bertanya pada warga tentang lokasi makam Nazi Jerman tersebut, karena ternyata jarak yang kami tempuh melebihi papan yang dimaksud dan jaraknya lebih dari 4 km (sekitar 7 km). Dengan jalan yang menanjak dan berliku, saya bersama tim sampai di makam tersebut. Makam yang berlokasi di daerah Arca, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Sekitar 20 menit kami melaju dari papan petunjuk sebelumnya. Sangat wajar jika hanya sebagian orang yang tahu keberadaan situs bersejarah tersebut, karena daerahnya yang cukup tinggi dan dikelilingi pepohonan yang tinggi, bisa dibilang lokasinya terpencil. Selain itu jalur ke pemakaman ini juga adalah akses jalur masuk menuju Gunung Pangrango.

Suasana Perkampungan Sukaresmi, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Akses jalan menuju komplek makam. (pribadi)
 
Senang rasanya, karena berhasil menemukan makam, saya pun bersama tim langsung masuk. Hal pertama yang dilihat adalah sebuah tugu bertuliskan ‘Deutscher Soldatenfriedhof, Tugu Peringatan Untuk Menghormati Prajurit Jerman yang Telah Gugur’. Di depannya, berjejer rapi makam dengan nisan salib (Ritterkreuz) sebanyak 10 nisan.

Sesampai area pemakaman, saya sempatkan berpose dan menghampiri batu nisan satu persatu. Lain hal dengan Miftha dan Taufan yang menurut mereka, mereka sedang berinteraksi dengan mahluk asthral di sekitar makam. Saya lanjutkan memperhatikan tiap nisan, dua buah nisan di bagian depan hanya bertuliskan 'Unbekannt' yang berarti tidak diketahui. Di belakang dua makam tersebut ada delapan, jajaran batu nisan yang terbagi dua dengan dibatasi jalan selebar satu meter. Di sebelah kiri (jika kita menghadap tugu peringatan), ada tiga batu nisan, di sebelah kanan ada lima batu nisan. Sayang sekali tidak ada petunjuk lengkap tentang 10 jasad yang terkubur dalam makam tersebut.
Tugu peringatan dari Kedubes Jerman.
 

Rasa penasaran semakin bertambah, saya dan tim mencoba mencari juru kunci makam tersebut. Namun kami tidak beruntung, karena orang yang saya maksud tidak berada di rumahnya. Bagi saya tak masalah, karena menurut beberapa informasi, juru kunci yang biasa dipanggil 'Bu Nyai' ini juga tak mengetahui asal-usul 10 orang perwira Nazi Jerman tersebut.

Penelusuran jejak sejarah tak hanya sampai sebatas nama-nama yang tercantum di batu nisan tersebut. Beberapa data artikel, konsultasi dengan beberapa rekan 'Indonesische Das Reich' atau penggiat sejarah (Reenactor) dan entusiasme militer Nazi Jerman, beberapa data Bundesarchiv (kearsipan Jerman) & Volksbund (semacam data sejarah Jerman), dan beberapa forum asing yang membantu saya memperoleh informasi tentang 10 perwira yang gugur tersebut.

Hal Menarik di Makam Nazi Jerman


Masuk ke ujung makam, ada tugu peringatan yang bertuliskan 'Deutsch-Ostasiatische Kreuzergeschwader 1914', tugu ini diperingati juga untuk mengenang para 'Deutsch-Ostasiatische Kreuzergeschwader' (Skuadron Penjelajah Asia Timur Jerman), skuadron ini dipimpin oleh Vizeadmiral Maximilian Reichsgraf von Spee yang hancur dalam Pertempuran di Kepulauan Falkland/ Malvinas pada tanggal 8 Desember 1914. Di papan nama bagian bawah tertuliskan 'ERRICHTET VON EMIL UND THEODOR HELFFERICH 1926'. Dalam catatan Alif Rafik Khan (penggiat sejarah Nazi Jerman) menuliskan, tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 hektar di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.
 

Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria. Karena itulah kedua orang saudaranya kemudian membangun sebuah monumen untuk memperingati Deutsch-Östasiatisches Geschwader (Armada Jerman Asia Tenggara) yang dipimpin oleh Admiral Graf Spee yang ditenggelamkan oleh tentara Britania. Di monumen tersebut ditulis kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbunyi: "Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich."
Denah Makam. (alifrafikkhan)
 

Menengok sebelah kanan tugu peringatan terpajang sebuah Patung Budha, dan sebelah kiri ada patung Ganesha dan Kala. Banyak orang bertanya-tanya dan berpikiran bahwa tentara Nazi yang ada di makam ini beragama Budha. Hal ini tidak ada kaitannya dengan kedua patung tersebut, konon patung ini dibeli oleh dua bersaudara Helfferich dari pengrajin pinggir jalan setelah mengunjungi Candi Prambanan serta Borobudur di Yogyakarta dan terpesona olehnya.
Ornamen Patung Budha . (Pribadi)
 

Penelusuran Sejarah dan Aroma Mistis

Hawa yang lembab tetapi sejuk serta kontur wilayah yang dingin, dan lokasi yang jauh dari pemukiman warga membuat tempat ini jarang diketahui atau dikunjungi orang banyak.
U-195 Flotille

Kru U-195. (df)
Menurut keterangan seorang warga sekaligus merupakan teman kuliah saya yang bernama Puji 'Gawil', mengatakan bahwa tiap tahun minggu kedua bulan November, yang merupakan Hari Peringatan (Commemoration Day) di Jerman, banyak orang Jerman dari 'Botschaft der Bundesrepublik Deutschland' (Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia) dan beberapa keturunan Jerman disini yang mempunyai kebiasaan untuk berziarah ke Cikopo dan mengadakan upacara untuk mengenang korban perang. "Tiap bulan November selalu ada kunjungan dari Kedubes Jerman," kata Gawil yang merupakan warga Megamendung.


Miftha dan nisan milik Leutnant zur See. W. Martens. (pribadi)

 
















Setelah saya memperhatikan tugu peringatan dan beberapa patung yang ada disitu, saya beserta rekan-rekan lain mulai menelisik nisan yang ada satu per satu. Langkah saya dan Miftha, terhenti di nisan yang bertuliskan 'Leutnant z.s W. Martens, (*) - , Oktober 1945' yang berarti yang bersangkutan lahir tidak diketahui dan meninggal pada Oktober 1945 (tanggal tidak diketahui). Ada yang menarik disini, tiba-tiba Miftha mendekati nisan dan memperhatikannya. Saya masih memperhatikan Miftha yang sehari-harinya adalah mahasiswa jurusan Hubungan Internasional pada sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan dan sekaligus ketua ekspedisi mistis, wanita yang memiliki pengalaman supranatural dan pernah menjadi peserta acara uji nyali di salah satu TV swasta nasional mencoba 'berdiam diri' di makam milik Martens. Tiba-tiba, Miftha berkata bahwa nisan tersebut berbau anyir seperti ada yang gosong, "Saya melihat sosok tinggi hitam, serba hitam hingga ke kulitnya. Kasihan badannya gosong," kata Miftha seorang mahasiswi angkatan 2010 ini. Saya tersenyum kecil mendengar ucapannya, seketika badan saya merinding. Namun saya mencoba mengulik sejarahnya secara data sejarah yang ada, yang Miftha-pun juga belum tahu. Saya mencoba melihat artikel dari biografi singkatnya di Volksbund, axis history, Uboatwaffe, Bundesarchiv dan beberapa referensi dari teman-teman pecinta sejarah, namun hasilnya tak sesuai seperti yang diinginkan. Ada data dari forum militer yang menyebutkan bahwa Leutnant zur See. W. Martens yang mempunyai nama lengkap Wolf-Dieter Martens meninggal karena kecelakaan kereta api yang terbakar di antara Batavia (Jakarta) menuju Buitenzorg (Bogor). Martens yang pernah bertugas di U-465, U-421 dan U-596 (dengan tak ada keterangan lahir/meninggalnya), tapi tak satu pun kapal selam yang diawakinya tercatat pernah berlayar ke Indonesia. Kemungkinan, dia bukanlah awak U-boat dan "hanya" perwira atau staff Kriegsmarine biasa.
Sebelah kanan nisan milik ObGefr (Obergefreiter) Willi Petschow. (pribadi)
Lanjut ke makam selanjutnya milik ObGefr (Obergefreiter) Willi Petschow. Lahir di Hamburg tanggal 31 Desember 1912 dan meninggal setelah menderita penyakit di Perkebunan Cikopo/Bogor tanggal 28 September 1945. Pangkat lengkapnya adalah Matrosen-Obergefreiter/ Bootsmann.


Nisan Oberleutnant zur See Willi Schlummer. (pribadi)
Di barisan ke lima, nisan paling ujung ada Oberleutnant zur See Willi Schlummer. Terbunuh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di rumah orang-orang Jerman di Bogor tanggal 12 Oktober 1945 bersama dengan Wilhelm Jens, karena mereka diduga merupakan tentara Belanda oleh Indonesia. Di nisan ini, Taufan salah satu anggota Forsup Kaskus berdiri sejenak. Menurut Taufan, Schlummer adalah orang periang dan jago memainkan gitar, Schlummer juga sangat disenangi rekan-rekan tentara lainnya karena sifatnya yang humoris, "Saya merasakan dari nisannya (Schlummer), orang ini jago main gitar, suka bawa tembang lawas. Dia juga suka menghibur teman-temannya," kata Taufan.
Data Oberleutnant zur See Willi Schlummer. (Dokomentenforum)

Dari pengakuan Taufan, saya mencoba menelisik secara data sejarah dari yang bersangkutan (Schlummer). Tanggal lahirnya tidak diketahui dan Volksbund pun tidak memuat data kehidupan Schlummer yang seperti itu. Di lain waktu penelusuran di sebuah forum dokumenter Jerman, saya mendapatkan foto Schlummer.

Schiffszimmermann Eduard Onnen. (pribadi)
Secepat kilat, tiba-tiba Miftha duduk lama di sebuah nisan milik Schiffszimmermann Eduard Onnen, sontak Miftha berbicara pelan-pelan dan bertanya pada saya,"Ini siapa? Saya tertarik dengan yang di nisan ini. Sosoknya ganteng," tanya Miftha kepada saya. Lalu saya jelaskan sedikit tentang Onnen, pria yang Lahir di Bremerhaven tanggal 14 Desember 1906 dan meninggal tanggal 15 April 1945 adalah seorang Schiffszimmermann artinya tukang kayu kapal, yang tenaganya sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memperbaiki kapal, jika tiba-tiba kapal rusak atau diserang musuh. Miftha masih belum puas dengan jawaban saya, dia meminta tolong untuk mencarikan data, berikut foto Onnen. Namun, dari hasil penelusuran di forum-forum internasional pecinta Nazi Jerman, Bundesarchiv hingga ke Volksbund, tidak ada data pasti dan foto dari 'sosok pria' yang diidam-idamkan Miftha. Menurut saya wajar, mungkin saja Eduard Onnen ini hanya sebatas pembantu sipil dalam tubuh Angkatan Laut Kriegsmarine Jerman, karena dilihat dari jabatannya 'Schiffszimmermann'.

Sementara Miftha masih menikmati 'interaksi'nya dengan nisan milik Schiffszimmermann Eduard Onnen, saya melangkahkan kaki ke nisan paling kiri dari barisan lima nisan tersebut (jika kita menghadap tugu). Saya jongkok mencatat data yang tertulis di nisan milik Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt. Tiba-tiba Taufan yang saat itu sedang berada di nisan milik Schlummer, "Tam, kalau orang itu yang kamu hampiri (Steinfeldt), orangnya galak, suka ngomel-ngomel ke yang lain. Banyak prajurit yang disini sering kena omelannya. Oiyaa kalau tidak salah dia meninggal karena penyakit di bagian perutnya, kaya malaria gitu," celetuk Taufan yang berusaha menerkanya. Saya terdiam sejenak menyaksikan nisan Steinfeldt, lalu saya mencoba mencari artikel baik dari forum internasional pecinta sejarah Jerman (axishistory), data arsip Jerman Bundesarchiv, Volksbund, dan bahkan referensi dari kawan sesama pecinta sejarah.
Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt. (pribadi)
 

Analisa sejarah yang saya simpulkan dari kuburan Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt adalah, dia Kommandant U-195. Lahir di Bad Doberan tanggal 15 Desember 1914 dan meninggal karena disentri di sebuah rumah sakit di Jakarta tanggal 30 November 1945, hal ini berbeda dengan analisa Taufan. Catatan resminya menyebutkan dia meninggal sehari sebelumnya, 29 November 1945, dan perbedaan tanggal ini kemungkinan karena adanya perbedaan waktu antara Indonesia dan Jerman yang memiliki selisih 7 jam (Jakarta GMT+7). Awal karir Steinfeldt bergabung dengan Kriegsmarine pada tahun 1940. Setelah menyelesaikan pelatihannya, dia bertugas di 38. Minensuch-Flotille dari bulan Desember 1941 s/d Juni 1942 ketika dia memulai pelatihan kapal selamnya. Steinfeldt lalu bergabung dengan U-371 (Kapitänleutnant Waldemar Mehl) sebagai 2WO (Perwira Pengawas Kedua) dari bulan November 1942 s/d Februari 1943. Dia meneruskan tugasnya di U-195 sebagai 1WO (Perwira Pengawas Pertama) selama 6 bulan sebelum ditransfer ke Sekolah Komandan U-boat di Neustadt, Jerman pada bulan Agustus 1943. Setelah menyelesaikan pelatihannya bulan Oktober 1943, dia diserahi jabatan sebagai komandan sebuah kapal selam bekas Italia, UIT-21, tanggal 14 Oktober 1943. Kapal ini, yang rencananya akan dijadikan sebagai kapal transport, namun kenyataanya tak pernah mendapat penugasan, dan akhirnya pada tanggal 16 April 1944 Steinfeldt mengambil-alih komando kapal lamanya, U-195, di Bordeaux, Prancis. Pada tanggal 24 Agustus 1944 dia memimpin U-195 dalam pelayaran menuju Samudera Indonesia yang berlangsung selama 119 hari! Dia berhasil berlabuh di Batavia (Jakarta), dan di akhir perang dia terpaksa menyerahkan kapalnya ke tangan sekutunya Jepang di Surabaya. Dan dari 'penerawangan' yang dilakukan oleh Taufan, saya mewajarkan jika Steinfeldt memiliki pribadi yang galak, karena dia merupakan komandan dari U-195 tersebut. Terkait meninggalnya, di catatan sejarah Steinfeldt meninggal karena disentri, sedang menurut Taufan yang akrab dipanggil Topan mengatakan malaria. Kita tidak tahu kematian sebenarnya, karena catatan sejarah mengatakan demikian dan kita juga belum pernah menjadi saksi langsung pada saat itu, Wallohua'lam...

Sejenak menghela nafas, saya melanjutkan langkah kaki ke tiga makam selanjutnya yang berada di sebelah kiri (jika kita menghadap tugu peringatan).
Kptlt (Kapitänleutnant) Hermann Tangermann. (pribadi)
 
Nisan yang berada di tepi jalan menghadap tugu tertulis milik Kptlt (Kapitänleutnant) Hermann Tangermann. Catatan sejarah mengatakan, Hermann lahir di Berne tanggal 11 Oktober 1910 dan tewas dalam sebuah kecelakaan kereta api antara Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor), dalam perjalanannya tanggal 23 Agustus 1945. Dialah orang berpangkat tertinggi yang dikuburkan di Arca Domas, dan pangkatnya setingkat kapten bila di Angkatan Darat (Wehrmacht Heer). Dan di atas batu nisan Tangermann, saya sengaja letakkan penghargaan sebuah medali Eisernes Kreuz (Ritterkreuz) II Klasse.
 
Leutnant Ing. (Ingenieur) Wilhelm-August Jens. (pribadi)
Lanjut ke makam selanjutnya milik Leutnant Ing. (Ingenieur) Wilhelm-August Jens. Lahir di Hamburg tanggal 7 November 1907 dan terbunuh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di rumah orang-orang Jerman di Bogor tanggal 12 Oktober 1945, kemungkinan karena para pejuang menyangkanya sebagai orang Belanda. Sebelumnya Taufan memberi tahu saya, bahwa menurut penglihatannya dia melihat sosok pria jalan terlunta-lunta sambil memegang perut yang berdarah karena luka tusukan, "Saya sih melihat kasihan, dia berdiri jalan terseok sambil megang perut. Sepertinya dia tertusuk benda tajam," terka Taufan. Bagi saya yang hanya menganalisa dari beberapa catatan sejarah hanya mewajarkan hasil penelusuran yang dilakukan Taufan.

Memang pada akhir perang, terdapat 250 orang serdadu Jerman di Indonesia yang diangkut dengan kapal selam. Sementara itu, Perang Kemerdekaan berkecamuk antara Indonesia dan Belanda. Pada waktu itu sejumlah orang di antara mereka (serdadu-serdadu Jerman) tewas : tiga perwira dibunuh oleh orang Indonesia karena dianggap tentara Belanda, lima lainnya ada yang meninggal karena sakit dan ada pula yang tertembak dalam perjalanan kereta api dari Bandung ke Jakarta. Jadi, delapan orang Jerman tewas selama periode tersebut. Sisanya menyelamatkan diri di pulau Onrust, sebelum dipulangkan kembali ke Jerman tahun 1946. Sebagian tentara Jerman yang melarikan diri ke Bogor karena menghindari kejaran tentara Belanda, kala itu tentara Jerman akan bergabung dengan beberapa pejuang TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Indonesia di Bogor. (LEBIH JELASNYA BACA DISINI: HUBUNGAN NAZI DAN INDONESIA)
Daftar tentara di Soldatenfriedhof. (Dokomentenforum)
Oblt u.LI (Oberleutnant und Leiter Ingenieur) Dr. Heinz Haake

Lanjut ke makam paling ujung di sebelah kiri, nisan milik Oblt u.LI (Oberleutnant und Leiter Ingenieur) Dr. Heinz Haake dari U-196. Haake lahir tanggal 21 Januari 1914 dan meninggal tanggal 30 November 1944. Haake berada di U-196 yang diberitakan hilang bersama 65 orang awaknya saat berpatroli di Selat Sunda, kemungkinan besar karena kecelakaan saat menyelam dan bukannya karena serangan oleh musuh. Haake adalah seorang dokter Kriegsmarine sekaligus perwira teknik dan pangkat lengkapnya adalah OLt.ing.Dr.Med.MOAssArzt.D.R, yang sangat jelas menunjukkan dia adalah seorang dokter militer dari Angkatan Laut (Kriegsmarine) Jerman. 
Dua makam Unbekannt. (pribadi)
Lanjut ke bagian depan terdapat dua makan yang tidak memiliki nama. Oleh karenanya oleh serdadu Jerman diberi tulisan di nisannya, 'Unbekannt'. Kemungkinan mereka berdua ini adalah 'Grabmal des unbekannten Soldaten' (kuburan prajurit atau tentara yang tak dikenal). Sama seperti lainnya, mereka berdua adalah anggota U-Boat Kriegsmarine. Tidak ada catatan sejarah dari dua orang ini, mungkin saja mereka tewas karena kecelakaan kereta api yang terbakar dalam perjalanan dari Jakarta ke Bogor. Dan mungkin, dua orang ini badannya hancur lebur atau hangus karena kecelakaan tersebut, Wallohua'lam.
ki-ka: Taufan dan Miftha. (pribadi)
 

Sekira jam 17.00 saya bersama rekan lain bersiap pulang dari tempat yang rimbun dan sejuk ini. Taufan dan Miftha juga merasa menjadi pengalaman dan menambah wawasan baru tentang sejarah masa lalu. Dan hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia juga memiliki hubungan sejarah dengan Nazi Jerman.

Galeri Foto: 





 (tams)

Sumber:
- alifrafikkhan
- axishistory.com
- Bundesarchiv
- Volksbund
- Dokumentenforum.de
- Grup Enthusiasme Militer Jerman-reich Indonesia (EMJI)

Jumat, 20 Juni 2014

SEJARAH - Inilah Kisah Petinggi Nazi Yang Tinggal di Indonesia

Jalur sebaran Kriegsmarine (AL) Nazi Jerman di Indonesia. (facebook)
Jakarta, LP - Banyak dari kita pasti bertanya-tanya, tentang hubungan Nazi dengan Indonesia, dan mungkin kalian tidak percaya dengan kegiatan Nazi di Indonesia. Yuuk, langsung kita bahas kisahnya tentang kegiatan Nazi di Indonesia. Pada 5 Mei 1940, Negeri Belanda diduduki pasukan NAZI Jerman seiring invasi yang dilakukan selama PD 2. Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, sebenarnya ikut menjadi sasaran pasukan NAZI Jerman karena masih koloni Kerajaan Belanda.

Namun upaya penguasaan Hindia Belanda oleh NAZI Jerman, tak dilakukan secara penyerangan militer karena lokasinya masih terlalu jauh untuk pengiriman pasukan. Cara ditempuh adalah melalui upaya kudeta yang dilakukan orang-orang Jerman di Pulau Jawa yang dilakukan di Batavia (Jakarta) dan Surabaya, beberapa hari setelah Belanda dikuasai Nazi. Surat kabar The Mercury terbitan Hobart, Tasmania pada 15 Mei 1940 mengabarkan ratusan orang Jerman di Batavia dan Surabaya langsung melakukan pergerakan untuk menangkapi para pemimpin Hindia Belanda. Kudeta tersebut dilakukan atas perintah langsung dari Berlin alias
Führer Adolf Hitler. Namun upaya kudeta oleh orang-orang Jerman tersebut kemudian gagal, karena bocornya informasi gerakan mereka. Ini terjadi setelah telegram dari Adolf Hitler dapat diketahui oleh para agen intelejen Hindia Belanda

Di Batavia dan Surabaya, pasukan KNIL langsung menangkapi orang-orang Jerman, berikut menyita ratusan senjata otomatis yang mereka gunakan. Kudeta oleh orang-orang Jerman terutama Nazi di Hindia Belanda tersebut didukung para anggota partai NSB yang merupakan aliansi NAZI yang anggotanya orang-orang Belanda.

Pada tahun 1936, cabang partai NSB sudah berdiri di Hindia Belanda dipusatkan di kota Bandung. Berdasarkan catatan nomor telepon zaman kolonial untuk wilayah Priangan, kantor perwakilan NSB ada di Malabarlaan no.15 (kini Jalan Malabar) dengan nomor telepon bd 2730. Pasca upaya kudeta tersebut hanya dalam tempo waktu 2 jam sekitar 2000 orang Jerman dan orang-orang Belanda pro Nazi di Batavia ditangkapi oleh tentara Hindia Belanda dan Australia. Diantara mereka yang ditangkap oleh pasukan sekutu, ada sekelompok perwira Nazi Jerman sedang singgah di Batavia, semula akan ke Sydney Australia. Penangkapan juga dilakukan terhadap sejumlah kapal barang milik Nazi di pelabuhan Tanjung Priok. Sejumlah kapal barang Nazi Jerman disita, berikut muatannya berupa karet alam, gula, kelapa kopra, teh, kopi, dan produk-produk alam lainnya senilai jutaan gulden. Dari 20-an kapal milik Jerman, hanya sebuah yang berhasil lolos dari penangkapan oleh Belanda di pelabuhan. Di daratan, sejumlah pesawat terbang milik Nazi Jerman dan bangunan pun langsung dikepung pasukan KNIL. Sejumlah orang Jerman sempat menguasai dua kantor pos di Jakarta namun kemudian menyerah berikut berbagai senjata otomatis milik mereka. Sebagian orang Jerman lainnya ditangkap saat sedang mandi, dan digiring hanya dengan menggunakan handuk, sebagian lainnya ditangkap saat sedang bekerja.
Walther Hewel dan istrinya Blanda Elisabeth. Hewel adalah salah satu petinggi partai fasis Belanda yang pernah tinggal lama di Indonesia. (axishistory)
 

Walau upaya kudeta oleh orang-orang Jerman itu gagal, namun pihak pemerintah Hindia Belanda sempat was-was. Pasalnya, mereka memperhitungkan jika kudeta itu lancar dilakukan hanya dalam tempo setengah jam Hindia Belanda akan ganti dikuasai NAZI Jerman. Menurut keterangan seorang pengusaha gula di Pulau Jawa, PKA Laliroo, sekitar 8000 orang Jerman yang tinggal di pulau Jawa kemudia ditahan oleh pihak Hindia Belanda. Penempatan penahanan orang-orang Jerman dan Belanda pro Nazi itu sebagian ditahan di Pulau Onrust Jakarta, Ngawi Jawa Timur, Nongkojajar, Banyubiru dan Sumatra sebagian dibawa ke Australia melalui kapal laut, sedangkan kaum wanita dan anak-anak ditahan di hotel Sindanglaya Cianjur. Ada pula sekelompok orang Jerman yang dibawa ke Australia menggunaka kapal laut. Sebagian orang Jerman mencoba melarikan diri dengan mencebur dari kapal ke laut dan berenang, namun kemudian tertangkap kembali. Pasca upaya kudeta oleh Nazi Jerman di Batavia dan Surabaya, surat kabar The Courie Mail terbitan Brisbane Australia pada 16 Mei 1940 mengabarkan sekutu Jerman yaitu Jepang mulai mengincar Hindia Belanda. Namun saat yang sama, di Hindia Belanda sudah muncul sejumlah unjuk rasa anti Jepang. Surat kabar Mercantile Advetiser Australia pada 17 Mei 1940 dengan mengutip surat kabar Preanger Bode, mengabarkan sekitar 400 pemuda Belanda mengamuk dan merusak Kantor Kontak Nazi Jerman di Jalan Naripan Bandung. Para pemuda Belanda tersebut marah karena negeri leluhurnya, Belanda diduduki Nazi Jerman.

Duta besar Jepang, Jenderal Oshima kemudian menemui Menlu Jerman Joachim von Ribbentrop untuk menyampaikan keinginan Kekaisaran Jepang untuk mengusir Amerika, Belanda, Inggris, Australia lalu menguasai Asia Tenggara. Koresponden surat kabar tersebut yang berasal dari Manila Filipina juga mengabarkan Jepang memang mengincar karet alam dan minyak dari Hindia Belanda. Namun saat itu sudah mulai muncul kekhawatiran orang-orang Jerman pro Nazi akan melakukan kudeta susulan di Hindia Belanda walaupun tak sebesar yang pertama dilakukan di Batavia. Namun pada 27 September 1940, trio Nazi Jerman, Jepang dan Italia yang disebut pihak Axis melakukan pembicaraan segitiga. Mereka sepakat membagi bagi wilayah operasi militer untuk sama-sama mengusir Inggris dan sekutunya dimana Nazi Jerman di Eropa, Italia di Afrika Utara dan Jepang di Asia Timur dan Asia Tenggara. Nazi Jerman mengutus Joachim von Ribbentrop melakukan pembicaraan dengan pihak Jepang. Kesepakatan itu kemudian dilakukan antara Adolf Hitler, menlu Italia Galeazzo Ciano dan dubes Jepang Saburo Kurusu sekaligus membuat Jerman mengurungkan niatnya menguasai Hindia Belanda atau Indonesia. 
Hewel bersama petinggi Nazi, sebelah kanan anggota Luftwaffe (Angkatan Udara) Jerman Nazi. (bundesarchiv)
 

Sebelumnya pada tahun 1942 sejumlah orang Jerman yang ditahan di pulau Nias dengan bantuan sejumlah polisi Indonesia berhasil melakukan kudeta lalu mendirikan Republik Nias. Orang-orang Jerman itu berasal dari para korban selamat asal kapal Belanda "Van Imhoff" yang tak sengaja di tenggelamkan Jepang. Menurut pencatat sejarah Jerman di Indonesia, Heriwg Zahorkha senada rekannya juga asal Jerman yang sudah berganti nama Indonesia, S Gamal, di Republik Nias itu sebagai kanselir adalah Herr Fischer (eksekutif perusahaan elektronik Bosch) serta Albert Vehring (mantan pemilik Perkebunan Cikopo, Puncak, Bogor) sebagai menteri Luar Negeri. Nazi Jerman sendiri baru dapat mengirim pasukan nya ken Indonesia pada menjelang akhir tahun 1944, namun bukan aksi pendudukan. Itu pun melalui armada kapal selam dimana AL (Kriegsmarine) Jerman membuat pangkalan bersama Jepang di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada 1 Oktober 1944-5 Mei 1945 dengan tujuan menyerang armada kapal sekutu di Asia Tenggara.

Aktifitas Hewel dan Nazi di Indonesia
Dari kiri ke kanan: Joachim von Ribbentrop,  Karl Wolff dan Walther Hewel. (life)

Aktivitas orang-orang Jerman pro Nazi di Hindia Belanda sebenarnya sudah muncul pada awal tahun 1930 an. Ini berawal dari besarnya dukungan terhadap Adolf Hitler di Jerman yang kemudian diikuti oleh orang-orang Jerman di negeri lain termasuk Hindia Belanda terutama Jawa dan Sumatera. Dari sejumlah catatan saat partai NAZI memenangkan pemilu di Jerman pada Januari 1933, ada sekitar 1000 orang Jerman yang ada di Hindia Belanda menandatangani dukungan terhadap Hitler. Walau pun tak semua orang Jerman di Hindia Belanda dapat memberikan tandatangan, namun rata-rata mereka mendukung kepemimpinan Hitler sekaligus kebijakannya. Pencatat sejarah asal Amerika Peter Lavenda menyebutkan salah satu penyokong pendanaan Partai Nazi di Eropa berasal dari perkumpulan pengusaha perkebunan di Medan Sumatra Timur (Ostkust, kini Sumatra Utara) Saat itu para simpatisan Nazi sangat banyak di Jawa dan Sumatra. Soal keberadaan Nazi di Hindia Belanda sebenarnya diawali dengan berdirinya Partai Nazi pertama di Timur Jauh, di jalan Naripan Bandung tahun 1937. Pendirinya adalah Walther Hewel salah seorang dedengkot Nazi yang merupakan sahabat karib Hitler sejak keduanya melakukan upaya kudeta di Munchen tahun 1926. Walther Hewel sempat tinggal berada di Bandung pada kurun waktu 1927-1938 karena sehari harinya berkerja di perusahaan perkebunan Inggris Anglo Dutch Plantantions of Java, Ltd (d/h Pamanoekan and Tjiasem Landen, kini menjadi bagian PT Perkebunan Nusantara VIII), Subang. Ia datang ke Bandung setelah dibebaskan dari penjara Landsberg tahun 1926, karena keadaan ekonomi di Jerman sedang repot lalu mencari pekerjaan ke Hindia Belanda dimana kota Bandung dan Jawa Barat saat itu sedang menjadi pusat ekonomi. Namun pada tahun 1938 Walther Hewel dipanggil pulang oleh Hitler untuk kemudian Hewel ditugaskan di Kementerian Luar Negeri Jerman yang dipimpin Joachim von Ribbentrop. Walther Hewel diandalkan Hitler untuk melakukan diplomasi non-agresi dengan Uni Soviet yang kemudian ditandatangani Vyacheslav Molotov dan Joachim von Ribbentrop pada 23 September 1939.
 

Dari versi sejumlah saksi meninggalnya Hitler pasca bunuh diri dalam bunker dibawah gedung Kekanseliran di Berlin pada 30 April 1945, Walther Hewel pun dikabarkan merupakan orang yang paling depan menyaksikan pembakaran jenazah sahabatnya tersebut. Walther Hewel pun dapat ikut meloloskan diri dari bunker yang sudah dikepung pasukan Uni Soviet. Ia kemudian dapat menyusul rombongan pasukan SS yang dipimpin Wilhelm Mohnke, dimana terdapat Traudl Junge. Namun karena sudah putus asa dan kelewat takut ditangkap dan disiksa pasukan Uni Soviet, Walther Hewel juga menyusul bunuh diri dengan menelan kapsul sianida lalu menembak kepalanya sendiri. Namun dalam catatan pihak sekutu, Walther Hewel tak tercatat dalam daftar para anggota Nazi yang dituduh bertanggungjawab atas operasional perang. Kemampuan diplomasi Hewel tampaknya juga dilatarbelakangi sebelumnya saat masih bekerja sebagai kepala urusan pemasaran komoditas kopi di perusahaan perkebunan Anglo Dutch Plantation of Java Ltd di Subang. Pada masa-masa itu, Hewel juga terbiasa bertemu banyak karakter orang Eropa saat menjual kopi di Gedung Lelang de Vries Bandung depan Societit Condordia (sekarang gedung Asia-Afrika), lalu kemudian naik jabatan menjadi administratur perkebunan.
Hewel berdiri di belakang Adolf Hitler dalam sebuah rapat (NAC)
 

Sepenggal keberadaan Walther Hewel di kota Bandung dan Subang sempat diingat Ny Yeni (68) yang merupakan anak Almarhum Mohammad Djoehri yang dahulunya salah seorang petinggi Anglo Dutch Plantations of Java Ltd. Ayahnya pernah bercerita bahwa Walther Hewel memang teman kerja seangkatan dia Anglo Dutch Plantations of Java Ltd yang sama-sama masuk sekitar tahun 1930-an. Sosok Hewel termasuk salah seorang pentolan Nazi yang belum terungkap semua kehidupan pribadinya. David Irving asal Inggris termasuk yang menelusurinya menyatakan tak mengetahui pasti siapa istrinya Hewel dengan hanya diduga memiliki seorang pasangan wanita asal Jerman, yaitu Blanda Elisabeth. Lain halnya administratur PTPN VIII Kebun Ciater Haryusdianto Eka Putra alias Dian menyebutkan dari daftar administratur yang pernah bertugas, Walther Hewel pernah tercatat menjadi administratur Perkebunan Ciater pada tahun 1937-1938.

Dian menyebutkan selama berada di Subang dikabarkan Hewel menikah dengan orang pribumi dan memiliki seorang anak. Namun anaknya Hewel kini tinggal di Selandia Baru sedangkan ibunya sudah meninggal dunia. Dikatakan informasi tersebut berawal saat dirinya membeli sebuah mobil jip bekas bermerek Land Rover produksi tahun 1950-an dari seseorang di Bandung. Yang bersangkutan hanya mengatakan ia adalah anaknya seorang Jerman bernama Walther Hewel dan hanya menyebutkan ayahnya itu menjadi administratur perkebunan di Subang. (tams/dari berbagai sumber)