Senin, 12 November 2012

SOSIAL - Rajin nge'Retweet' Tetapi Malas Baca Kontennya


twitter logo
Kebumen, LP - Sebuah penelitian mencatat bahwa pengguna Twitter hanya rajin melakukan retweet sebuah tweet yang dianggap menarik, tetapi mereka tidak mengklik, atau membaca isi tautan yang dibagikan melalui tweet tersebut.

Tingkah laku ini diteliti oleh peneliti media sosial Dan Zarrella dari HubSpot, yang melakukan survei guna mengetahui perilaku pengguna Twitter, dengan menganalisa 2,7 juta tweet yang ada di linimassa (timeline) Twitter. Ia hendak mengetahui hubungan retweet dan klik tautan dalam sebuah tweet.

Hasilnya, Zarrella menemukan bahwa banyak orang melakukan retweet tanpa mengklik dan membaca isi tautan yang ada. Ini berarti, tak ada hubungan signifikan antara retweet yang banyak dengan jumlah klik.

Sebanyak 14,64% tweet yang di-retweet, tidak mendapat klik sama sekali. Kemudian, 16,12% tweet di linimassa Twitter mendapat lebih banyak retweet dibandingkan klik.

Tweet yang menyapa akun lain atau mengandung simbol "@" mendapat lebih banyak klik. Tapi, konten dengan simbol "@" ini tidak mendapat banyak retweet.

Sementara tweet yang menyebut kata "Retweet" lebih banyak mendapat retweet lagi dari pengguna lain, namun tidak meraih banyak klik.

Untuk lebih jelas, Dan Zarrella dan HubSpot membuat infografis hasil penelitian yang dirilis pada 9 November 2012. Infografis bisa dilihat di bawah ini.



(tams/KG/hubspot)

MEGAPOLITAN - Sesuai Kebijakan Tiket MRT Jangan Sampai Hilang


Kebumen, LP - Kepala Bagian Perencanaan Kementerian Perhubungan Hadi Sritjahjo Legowo mewanti-wanti kepada calon penumpang mass rapid transit (MRT) Jakarta agar tidak menghilangkan tiket. Kenapa begitu? "Sistemnya menggunakan tiket tertutup (closed ticketing system)," katanya kepada wartawan pada Kamis, (08/11).

Jika nanti rencananya MRT jadi dibangun, penumpang akan membayar di awal masuk stasiun sesuai dengan tujuan. Misalkan penumpang dari Lebak Bulus hendak ke Dukuh Atas, dia dikenakan biaya Rp 5.100 dengan asumsi Rp 150 per kilometer dan Rp 3.000 untuk biaya peron. Kemudian penumpang akan mendapat tiket (electronic card) untuk masuk ke peron.

(dok: tempo)
(dok: tempo)
 Penumpang akan menempelkan tiket tersebut ke pemindai, kemudian baru bisa lewat pintu khusus. Nah, tiket ini harus dipegang selama di dalam stasiun dan naik MRT. Jangan sampai hilang karena ketika keluar dari stasiun tiket tersebut harus ditempelkan ke pemindai lagi. "Jika penumpang kehilangan tiket, dia tidak bisa melewati pintu keluar stasiun," katanya.

Sistem tertutup ini, kata Hadi, untuk meminimalisasi kebocoran dari penumpang nakal yang tidak mau bayar tiket.

Lantas bagaimana jika penumpang membayar untuk sampai Dukuh Atas tapi turun di stasiun setelahnya, misal Kampung Bandan? "Jangan coba-coba karena sama saja kartu yang dipegang hanya terprogram hingga Dukuh Atas. Jika stasiun itu dilewati, dia tidak bisa keluar dari stasiun," kata Hadi.

Menurut Hadi bagi mereka yang melanggar akan dikenakan saksi membayar denda tiga kali lipat dari harga tiket. Jadi jangan sekali-kali membandel bagi penumpang yang tidak mau membeli tiket. (tams/tempo.co)