Jumat, 27 April 2012

SEJARAH - SS-Oberstgruppenführer (Kolonel Jenderal) Josef "Sepp" Dietrich



Jakarta, LP - Josef Dietrich, yang dalam sejarah Perang Dunia II yang lebih dikenal sebagai 'Sepp' Dietrich, lahir pada 28 Mei 1892 di Hawangen. Setelah mendapat pendidikan dasar, ia bekerja sebagai sopir traktor ketika ia masih anak muda, mulai dari usia 15 ia berjuang hidup magang di hotel. Pada Oktober 1911 Dietrich bergabung sebagai tentara, berjuang dalam Perang Dunia I dengan artileri dan berakhir dinas militer dengan pangkat Wakil Feldwebel.

Setelah perang, Dietrich bekerja di Kepolisian Bavaria dan pada tahun 1924 ia naik pangkat menjadi Hauptmann (Kapten). Pada tahun 1923 ia bergabung dengan NSDAP (Partai Nazi) dan pada tahun 1933 ia menjadi pemimpin dari unit pengawal Hitler, Leibstandarte SS Adolf Hitler (LSSAH). Pada tahun 1934 ia berpartisipasi dalam menekan upaya kudeta dari Ernst Röhm dan pemimpin SA.

Pada Maret 1936 Dietrich dalam LSSAH adalah unit pertama dan berbar
is menuju Rhineland lalu mendapatkan remiliterisasi, ke Saarbrücken. Pada tahun 1938, selama Anschluss Austria, LSSAH adalah salah satu unit pertama yang menyerang Austria. Pada tahun 1939, selama kampanye Polandia, LSSAH dipergunakan sebagai cadangan. Beberapa waktu selama Perang Dunia II LSSAH diperluas dan setara dengan ukuran sebuah brigade.

Pada bulan Mei 1940 ketika perang dihidupkan kembali di Front Barat, LSSAH menjadi unit terdepan yang sebenarnya untuk pertama kalinya melakukan penyerangan melalui Belanda, Belgia dan Utara Perancis dan mencapai Selat Inggris dekat Dunkirk. Kemudian Dietrich dan orang-orangnya berbelok ke selatan, seperti sisa dari tentara Jerman, dan mencapai Saint-Étienne di Prancis Selatan pada saat gencatan senjata pada 22 Juni.





Pada April 1941 Dietrich dan brigadenya ambil bagian dalam Kampanye Balkan menyerang dari Bulgaria melalui Yugoslavia mencapai Yunani.
Berikutnya resimen dibentuk menjadi sebuah divisi SS-dengan nama yang sama dan dalam Kampanye Timur, yang dimulai pada tanggal 22 Juni Dietrich dan divisinya menyerbu Ukraina bagian selatan.

Pada Juni 1942 Dietrich LSSAH, yang telah berpartisipasi di daerah yang paling panas dari bagian depan, dengan keadaan yang carut marut lalu dibawa ke Perancis sehingga orang bisa beristirahat di dekat Paris dan pembagian divisi bisa diformat ulang. Unit ini dibawa kembali ke Front Timur pada bulan Januari 1943 dengan nama sedikit lebih panjang - SS-Panzergrenadier-Division Leibstandarte SS Adolf Hitler. Musim dingin yang sama Dietrich dan para Panzergrenadier ikut berpartisipasi dalam Pertempuran Kharkov dan kota dimenangkan kembali dengan sukses. Musim panas berikutnya mereka mengambil bagian dalam Pertempuran Kursk dan masuk ke Pertempuran di Prokhorovka. Selama Pertempuran Kursk, Pada tanggal 27 Juli Dietrich diangkat sebagai pemimpin SS-1 Panzerkorps dan setahun kemudian, pada 24 Oktober 1944, dia mencapai posisi tertinggi selama karir militernya - pemimpin 6 SS-Panzer -Armee. Pada bulan Desember tahun yang sama ia mengambil bagian dengan tank dalam serangan besar terakhir Jerman dari perang ini - Serangan Ardennes. Dietrich memiliki pertempuran terakhir Perang Dunia di Hungaria dan Austria.Sebelum mencapai akhir cerita, mari kita lihat peringkat Jenderal Dietrich: Oktober 10, 1930 SS-Oberführer (Pemimpin Senior); 18 Desember 1931 SS-Gruppenführer (Pemimpin Grup); 1 Juli 1934 SS-Obergruppenführer (Umum) ; 1 Agustus 1944 SS-Oberstgruppenführer (Pemimpin Grup Besar).

Dietrich dipenjara oleh musuh dan pada bulan Juli 1946 ia dituduh mengeksekusi para tahanan militer AS dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun, dia dibebaskan pada bulan Oktober 1955. Pada Mei 1957 Dietrich berada di bawah percobaan di Jerman di mana partisipasinya dalam
Night of the Long Knives diselidiki. Untuk lebih spesifik, partisipasinya dalam menekan upaya kudeta para pemimpin SA. Dietrich, yang saat itu 65 tahun, berhasil lolos dengan hukuman penjara 18 bulan.

Petinggi Waffen-SS yang terkenal Jenderal Sepp Dietrich meninggal pada tanggal 21 April 1966 di Ludwigsburg. (tams)

Jumat, 20 April 2012

SEJARAH - Emblem dan Simbol Tiap Divisi Waffen SS Nazi

Jakarta, LP - Banyaknya simbol divisional Waffen SS Nazi membuat orang bertanya - tanya tentang nama dari divisi tersebut. Oleh karena itu, silahkan lihat keterangan dibawah ini:

A- 34th SS Gren Div "Landstorm Nederland"
B- 23rd Volunteer Panzer Gren Div. "Nederland"
C- 24th Waffen SS Mountain Div. "Karstjager"
D- 25th Waffen SS Gren Div. "Hungarian No. 2"
E- 26th Waffen SS Gren Div. "Hungarian No. 3"
F- 15th Waffen SS Gren Division "Latvian No. I"
G- 35th Pol Gren Division "Polizei Division 2"
H- 31st SS Frw Gren Division
I- SS Frw Gren Division "Bohmen-Mahren"
J- 32nd SS Volunteer Gren Division "January 30"
K- 33rd Waffen SS Gren Division "Charlemagne"
L- 11th Frw Panzer Gren Division "Nordland"
M- 5th SS Panzer Division "Wiking"
N- 36th Waffen SS Gren Division "Dirlewanger"
O- 19th Waffen SS Gren Division "Latvian No. II"
P- 20th Waffen SS Gren Division "Estonian No. I"
Q- 21st Waffen Geb Div der SS "Skanderbeg"
R- 22nd WW Frw Kav Division "Maria Theresa"
S- 6th SS Mountain Division "Nord"
T- 37th SS Vol Cavalry Division "Lutzow"
U- 27th SS Vol Gren Division "Flemish No. I"
V- 28th SS Vol Panzer Gren Division "Wallonie"
W- 29th Waffen SS Gren Division "Italian No. I"
X- 30th Waffen SS Gren Division "Russian No. II"
Y- 7th SS Vol Mountain Division "Prinz Eugen"
Z- 10th SS Panzer Division "Frundsberg"
AA- 38th SS Panzer Gren Division "Nibelungen"
BB- 23rd SS Vol Panzer Gren Division "Nederland"
CC- 12th SS Panzer Division "Hitlerjugend" (Hitler Youth)
DD- LSSAH
EE- Liebstandarte SS
FF- 9th SS Panzer Division "Hohenstaufen"
GG- 16th SS Panzer Gren Division "Reichsfuhrer SS"
HH- 17th SS Panzer Gren Division "Gotz von Berlichingen"
JJ- 18th SS Vol Panzer Gren Division "Horst Wessel"
KK- 13th SS Mountain Division "Handschar"
LL- 14th SS Waffen Gren Division "Galizische No. I"
MM- 8th SS Cavairy Division "Florian Geyer"
NN- 1st SS Panzer Division "Liebstandarte"
OO- 2nd SS Panzer Division "Das Reich"
PP- 3rd SS Panzer Division "Totenkopf"
QQ- 4th SS Panzer Division "Polizei Division"
RR- Gross Deutschland Division
(tams)
A- 34th

Selasa, 17 April 2012

INTERNASIONAL - Isu Eksploitasi Buruh Indonesia Pada Seragam Timnas Inggris


Jakarta, LP - Peluncuran seragam tim Olimpiade Inggris Raya yang dirancang oleh Stella McCartney diwarnai oleh isu adanya eksploatasi terhadap buruh Indonesia.

Baju seragam tim Olimpiade Inggris dan para sukarelawan Olimpiade tersebut dikeluarkan oleh perusahaan Jerman, Adidas. Panitia pelaksana Olimpiade London, (Locog) pekan lalu menyebut menerima laporan tentang kondisi buruh pabrik Indonesia yang menyebut para buruh pabrik di Indonesia yang membuat produk perusahaan Jerman tersebut dibayar di bawah standar.

Locog menganggap penting laporan kondisi buruh di Indonesia ini karena memang menginginkan Olimpiade London 2012 bebas dari isu negatif termasuk isu lingkungan dan etika.

Locog mengutip kode etik perburuhan internasional yang disebut Ethical Trading Initiative (ETI) yang menyebut pabrik-pbarik harus membayar perkerja dengan upah yang layak.

Dalam laporan yang disampaikan ke Locog, disebut tentang kondisi buruh perusahaan yang mengalami pelecehan secara fisik dan verbal, dipaksa kerja lembur, dan mendapat sanksi apabila tidak mampu memenuhi target.

Seorang buruh, Yuliani, 23, mengatakan para buruh bahkan sulit mendapat ijin ke toilet selama bekerja. "Jika kita tetap pergi, maka kita akan mendapat perlakuan lebih kasar dari kepala produksi. Termasuk kata-kata kasar."

Seragam tim Inggris dirancang oleh Stella McCartney, perancang yang merupakan puteri mantan anggota The Beatles, Paul McCartney. Seragam ini meliputi juga T-shirt dan baju renang dengan ciri gambar bendera Inggris, Union Jack. Seragam ini akan dikenakan oleh 900 atlet Inggris Raya yang bertanding di Olimpiade dan Paralimpik.

Replika seragam tim untuk cabang renang, sepakbola, bola basket, atletik, tenis dan balap sepeda akan mulai dijual pada April ini. Barang-barang dijual dengan harga kisaran 15 hingga 50 pound untuk baju renang hingga seragam sepakbola. Adidas berharap menangguk 100 juta pound dari penjualan merchandise ini. (tams/kompas)

IPTEK - 25 Rekor Dunia Yang Dimiliki Indonesia

Jakarta, LP - Indonesia di mata dunia memiliki prestasi yang mungkin tidak bisa dinilai harganya. Disamping meningkatnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, akan tetapi nama Indonesia di mata dunia semakin di kenal dengan 24 rekor yang sampai saat ini belum ada yang mampu menandingi rekor tersebut, namun salah satu rekor tersebut tanpa dari kesadaran masyarakat Indonesia akan hilang bahkan musnah. Untuk itu, mari kita jaga prestasi 24 Rekor Indonesia tersebut demi majunya negara kita.

Berikut daftar 24 rekor dunia yang dimiliki Indonesia:

- Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni).

- Disini ada 3 dari 6 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia dgn luas 539.460 km2), Sumatera (473.606 km2) dan Papua (421.981 km2).

- Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.

- Pulau Jawa adalah pulau terpadat di dunia dimana sekitar 60% hampir penduduk Indonesia (sekitar 130 jt jiwa) tinggal di pulau yang luasnya hanya 7% dari seluruh wilayah RI.

- Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku.

- Negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia . Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.

- Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia . Juga memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah haji terbesar di dunia.

- Monumen Budha (candi) terbesar di dunia adalah Candi Borobudur di Jawa Tengah dengan tinggi 42 meter (10 tingkat) dan panjang relief lebih dari 1 km. Diperkirakan dibuat selama 40 tahun oleh Dinasti Syailendra pada masa kerajaan Mataram Kuno (750-850).

- Tempat ditemukannya manusia purba tertua di dunia, yaitu : Pithecanthropus Erectus’¬ yang diperkirakan berasal dari 1,8 juta tahun yang lalu.

- Republik Indonesia adalah Negara pertama yang lahir sesudah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. RI merupakan Negara ke 70 tertua di dunia.

- Indonesia adalah Negara pertama (hingga kini satu-satunya) yang pernah keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tgl 7 Januari 1965. RI bergabung kembali ke dalam PBB pada tahun 1966.

- Tim bulutangkis Indonesia adalah yang terbanyak merebut lambang supremasi bulutangkis pria, Thomas Cup, yaitu sebanyak 13 x (pertama kali th 1958 & terakhir 2002).

- Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua.

- Indonesia menempati peringkat 1 dalam produk pertanian, yaitu : cengkeh (cloves) & pala (nutmeg), serta no.2 dalam karet alam (Natural Rubber) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).

- Indonesia adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia.

- Terumbu Karang (Coral Reef) Indonesia adalah yang terkaya (18% dari total dunia).

- Indonesia memiliki species ikan hiu terbanyak didunia yaitu 150 species.

- Biodiversity Anggrek terbeser didunia : 6 ribu jenis anggrek, mulai dari yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum Speciosum) sampai yang terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk Anggrek Hitam yang langka dan hanya terdapat di Papua.

- Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat ntuk mencegah pengikisan air laut/abrasi.

- Binatang purba yang masih hidup : Komodo yang hanya terdapat di pulau Komodo, NTT adalah kadal terbesar di dunia. Panjangnya bias mencapai 3 meter dan beratnya 90 kg.

- Rafflesia Arnoldi yang tumbuh di Sumatera adalah bunga terbesar di dunia. Ketika bunganya mekar, diameternya mencapai 1 meter.

- Memiliki primata terkecil di dunia , yaitu Tarsier Pygmy (Tarsius Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Hewan yang mirip monyet dan hidupnya diatas pohon ini terdapat di Sulawesi.

- Tempat ditemukannya ular terpanjang di dunia yaitu, Python Reticulatus sepanjang 10 meter di Sulawesi.

- Ikan terkecil di dunia yang ditemukan baru-baru ini di rawa-rawa berlumpur Sumatera. Panjang 7,9 mm ketika dewasa atau kurang lebih sebesar nyamuk. Tubuh ikan ini transparan dan tidak mempunyai tulang kepala.

- Dan yang ke-25 pastinya Indonesia adalah negara yang memiliki warga tersabar dengan merasakan macet di jalan hampir tiap harinya.


Jadi, tak ada alasan lagi untuk tidak cinta Indonesia. (tams)

INTERNASIONAL - Musisi London Galang Dana Untuk Tukang Sampah Jakarta

Jakarta, LP - Aktivitas seorang tukang sampah yang beberapa waktu lalu sempat dibuat profilnya oleh BBC, ternyata mampu mengetuk hati seorang warga Inggris. Wilbur Ramirez sangat terkesan dengan acara "Toughest Place to be a Binman" atau Tempat tersulit untuk menjadi Tukang Sampah.

(bbc)


Tak berhenti sampai di situ saja. Ramirez tukang sampah yang juga musisi itu kemudian tergerak menggelar malam dana di 'The 100 Club' sebuah klub musik bergengsi di London, akhir pekan lalu. Setelah menggelar malam dana di The 100 Club, Ramirez lalu menggelar acara serupa di klub jazz ternama di Oxford Street, London. Ramirez dan grup bandnya juga main di situ, memainkan lagu-lagu dalam irama jazz dan blues. Sedikitnya 150 orang hadir dalam acara tersebut.

'Ramirez Charity Group' dadakan itu berhasil mendapatkan dana sebesar 1.500 poundsterling atau sekitar Rp 21 juta dari penjualan tiket dan belum termasuk 'raffle tickets' malam itu.

Usai konser, Ramirez mengatakan bahwa tujuannya tak sekadar bisa membantu para tukang sampah bisa membeli gerobak baru sendiri. Tapi juga bisa menyekolahkan anak-anak mereka.

"Saya ingin membantu Imam dan teman-temannya mendapat gerobak baru, dan mudah-mudahan bisa kami kirim ke Jakarta dalam dua atau tiga bulan ini," kata Wilbur Ramirez selepas bernyanyi di 'The 100 Club', Oxford Street, London.

Imam adalah tukang sampah Jakarta yang dijadikan profil oleh BBC dalam program "Toughest Place to be a Binman". Dalam acara tersebut diungkap juga soal perbandingan tukang sampah di London dan Jakarta.

Ramirez sempat 'mencicipi' menjadi tukang sampah di Jakarta selama 10 hari menemani Imam Syafi di kawasan Guntur, Jakarta Selatan berkeliling mengumpulkan sampah di kawasan perumahan. Pengalamannya itu diudarakan dalam acara televisi BBC 'Toughest Place to be a Binman' Februari lalu. (tams/bbc)

SEJARAH - Divisi Waffen SS Nazi Großdeutschland






Jakarta, LP - Panzergrenadier-Division "Großdeutschland" (baca: Grossdoischland) atau Divisi Infanteri Bermotor "Jerman Akbar" merupakan salah satu unit tempur Angkatan Darat Jerman yang karena aksinya selama Perang Dunia II bisa dikatakan tergolong elit. Hanya saja, seperti terhadap unit-unit lainnya, sering terjadi kerancuan tentang induk satuan ini. Ada yang mengatakan bahwa Divisi Großdeutschland yang aslinya berada di bawah komando Heer Hitler ini merupakan bagian dari Waffen-SS, padahal bukan! Sebetulnya, cikal bakal Großdeutschland sudah ada sejak sebelum Hitler tampil sebagai penguasa Jerman. Pasukan yang dibentuk tak lama sesudah Perang Dunia I berakhir (1921) itu bernama Wachtregiment Berlin (Resimen Jaga Berlin) dan bertugas sebagai pasukan parade saja, bukan untuk bertempur.

Sejarah Wachtregiment Berlin sampai menjadi pasukan elit Großdeutschland tak bisa dilepaskan dari perjalanan karir Hitler yang kemudian sukses menjadi penguasa tunggal Nazi Jerman. Bisa dikatakan, Großdeutschland merupakan salah satu kekuatan yang mampu menopang mesin politik Nazi sekaligus mesin perang yang terbukti sangat andal di medan tempur. Padahal awal pembentukan pasukan yang merupakan salah satu kebanggaan Hitler itu, sesuai Traktat Versailles, bukan untuk bertempur tapi hanya sebagai pasukan parade kota Berlin! Namun, sejarah panjang Jerman yang selalu diwarnai pertarungan dan didukung oleh ambisi Hitler yang ingin balas dendam dengan cara menguasai Eropa, Deutchland Uber Alles (Jerman di atas segala-galanya), ternyata berhasil mencetak Großdeutschland berubah jadi pasukan yang ganas.

Embrio pembentukan Wachtregiment Berlin sendiri memang didorong oleh situasi Jerman yang sedang kacau balau. Ditengah ketidakteraturan ekonomi dan politik di Jerman kala itu, kelompok partai yang beraliran Fasis dan Komunis yang saling berseteru justru makin menambah parah keadaan. Mereka saling “bantai” di jalanan, nyaris tak tertahankan. Untuk menghindari keadaaan lebih runyam dan mengarah kepada pecahnya revolusi, pasukan pengawal Berlin, Wachtregiment Berlin akhirnya “terpaksa” dibentuk. Selain bertugas mengamankan embrio republik Weimar yang baru berdiri, Wachtregiment juga secara rutin mengadakan parade dan tugas-tugas pengawalan di ibukota. Hanya saja umur Wachtregiment tidak lama karena pada bulan Juni ditahun yang sama, pasukan parade ini dibubarkan. Selanjutnya, unit ini dibentuk-ulang menjadi Kommando der Wachtruppe dan mempunyai tugas yang tak jauh beda dibandingkan dengan Wachtregiment.

Kommando der Wachtruppe terdiri dari tujuh kompi yang masing-masingnya diambilkan dari salah satu dari tujuh divisi yang diijinkan oleh Traktat Versailles. Setiap kompi bertugas selama tiga bulan sebelum kembali ke induk divisinya. Dengan tugas dan tampilan seperti ini, Wachtruppe tak ubahnya Reichswehr (Angkatan Bersenjata Jerman pasca PD 1 dan pra-Nazi).

Kommando der Wachtruppe bermarkas di Barak Moabit. Setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu, Kommando der Wachtruppe selalu tampil di depan publik dalam upacara peralihan jaga. Dalam upacara tersebut terlihat betapa modisnya Kommando der Wachtruppe lengkap dengan segala atribut kebesaran serta langkah kaki tegap dan demo senjata di depan pintu gerbang Brandenburg, padahal ekonomi Jerman saat itu tengah morat-marit! Di sejumlah negara hingga detik ini, tradisi peralihan jaga merupakan tontonan menarik dan menjadi objek wisata. Seperti di Inggris, upacara serupa diselenggarakan setiap hari pada musim semi dan musim panas serta pada hari tertentu pada musim gugur dan musim dingin di Istana Buckingham. Sementara di Indonesia, tradisi ini pernah populer di lingkungan pengawal istana presiden dengan Parade Senja yang digelar setiap akhir minggu.

Selain upacara peralihan jaga, Kommando der Wachtruppe juga punya seremoni di hari Minggu, Selasa dan Kamis bersama resimen musik. Kegiatan rutinnya adalah melakukan aksi kirab kota dari barak melintasi Gerbang Brandenburg dan berakhir di Monumen Perang. Kemegahan parade ini masih bisa dilihat pada saat ini dalam pergantian jaga Queen’s Guard di Istana Buckingham, Inggris.

Tak lama setelah Adolf Hitler dipilih sebagai Reichskanzler pada tahun 1933, Wachtruppe direorganisasi dengan identitas baru sebagai Wachtruppe Berlin. Pada tahun 1936, unit ini bertambah besar dengan menjadi delapan kompi. Pada Juni 1937, unit ini sekali lagi diberi nama baru yaitu Wacht Regiment Berlin. Dalam sisitem baru ini, rotasi personel dilakukan per-enam bulan.

Ketika Perang Dunia Pertama berakhir dan Jerman mengalami kekalahan, negara yang dalam situasi kalah dan tidak diperhitungkan itu lebih banyak dipandang sebagai institusi politik daripada sebuah negara. Oleh karenanya pasukan keamanan atau divisinya masih memakai nama sesuai wilayah masing-masing. Misalnya Saxon, Prusia, Bavaria atau Baden. Barulah setelah dibawah kendali NSDAP (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei), negeri ini berubah wujud menjadi Deutschland Raya, sesuai dengan rencana dan visi partai yang berjuang demi Jerman Raya, yang mencakup semua orang-orang dibawah satu panji dengan ibukota Berlin, nama Deutchland kembali ke nama asal Germania yang kemudian diubah lagi menjadi Großdeutschland. Satuan pengawal kehormatan bagi Großdeutschland pun dibentuk dan munculah Wachtregiment Berlin.

Kebutuhan pasukan pengawal rupanya diperlukan juga bagi posisi Hitler yang secara perlahan makin penting, maka diambillah prajurit pilihan dari Wachtregiment Berlin yang kemudian menjadi tentara fanatik Hitler. Walaupun ide pengawal pribadi Hitler semula akan diambilkan dari SS, sebuah detasemen kecil dari Wachtregiment akhirnya dicomot untuk menjadi pengawal pribadi Sang Führer. Unit ini disebut sebagai Fiihrer Begleit (Pengiring Pemimpin) dan pada perkembangan selanjutnya membiak hingga seukuran divisi. Sebagai komandannya ditunjuk seorang perwira cemerlang peraih Pour le Mérite dalam Perang Dunia Pertama. Namanya adalah Erwin Rommel...

Di bawah komando Hitler, Wachtregiment yang semula hanya bertugas sebagai pasukan parade secara perlahan mulai berubah menjadi pasukan tempur. Pada tahun 1939, ketika posisi politik Hitler makin mantap dan melihat kenyataan bahwa partai Nazi harus ditopang oleh sayap militer yang andal, nama Wachtregiment diubah dengan nama yang lebih garang: Infanterie-Regiment Regiment Großdeutschland. Hitler bahkan mengangkat dirinya sebagai komandan tertinggi, dari Großdeutschland. Mulai saat itu para personel Großdeutschland mendapatkan latihan militer setaraf angkatan darat, tapi dari segi identitas dan kepangkatan maka anggota Großdeutschland yang kemudian menjadi pasukan elit setaraf Waffen-SS itu memiliki ciri khas tersendiri.


INSIGNIA




Pasukan Großdeutschland mulai terlibat perang saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Setahun berikutnya, ketika Jerman melancarkan serbuan ke Prancis, personil Großdeutschland yang memiliki kemampuan tempur dengan kendaraan lapis baja dan lintas-udara, turut memperkuat Panzergruppe Guderian yang dikomandani oleh sang jenderal perancang Blitzkrieg, Generaloberst Heinz Guderian. Saat pasukan lintas-udara Großdeutschland sukses melakukan serbuan udara di Belgia, pasukan daratnya yang memperkuat Korps Panzer Guderian bahkan secara gampang menggasak sejumlah kota penting Prancis. Alhasil hanya dalam enam minggu, seluruh Prancis berhasil ditaklukkan!

Tahun 1941 ketika Jerman mulai mengincar Rusia, Großdeutschland ditingkatkan statusnya menjadi satu divisi penuh dan terdiri dari dua resimen. Pembagiannya mencakup Regiment Großdeutschland 1 dan 2 yang diperkuat oleh lima batalyon tempur, satu batalyon altileri dan unit-unit pendukung lainnya.

Tugas divisi Großdeutschland pun makin kompleks, yaitu sebagai pendukung satuan lapis baja, personel anti-serangan udara, awak artileri dan senjata serbu berat lainnya. Kekuatan Großdeutschland kemudian dikerahkan secara penuh dalam operasi tempur menyerbu Rusia yang dinamakan sebagai Unternehmen Barbarossa (Operasi Barbarossa). Prestasi Großdeutschland langsung terbukti saat mereka berhasil merangsek ke wilayah Rusia Selatan sebelum musim dingin tiba.

Pada saat mulai menyerbu Rusia inilah, Großdeutschland direorganisasi lagi dengan menambahkan titel 'Grenadier'. Nama resimen Großdeutschland 1 kemudian diubah menjadi Grenadier-Regiment Großdeutschland, sementara resimen Großdeutschland 2 berganti nama menjadi Füsilier-Regiment Großdeutschland. Setelah berubah nama, pamor kedua resimen tersebut makin menanjak lagi ketika mereka berhasil memasuki kota Stalingrad dan terlibat pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

Pada bulan Juni 1943, divisi Großdeutschland secara resmi dikelaskan sebagai pasukan tempur infanteri lapis baja dan bernama Panzergrenadier-Division. Dua resimen infanteri Großdeutschland kemudian lebih dikenal dengan nama Panzergrenadier-Regiment Großdeutschland dan Panzer-Füsilier-Regiment Großdeutschland. Dua unit lapis baja elit itu lalu ditugaskan oleh Hitler untuk menyerbu medan laga Kursk dengan menggunakan tank andalan Jerman, Tiger. Setelah berhasil mengusai Kursk dan terlibat duel tank massal, dua resimen itu meneruskan kampanye serbuan menuju kota Dniepr dan selanjutnya melakukan gerak mundur kearah Prusia Timur serta Latvia.

Pada bulan November 1944, saat Jerman dipukul mundur oleh Rusia dan secara perlahan melakukan gerakan mundur menuju negaranya sendiri, Panzergrenadier-Division Großdeutschland kembali direorganisasi dalam dua nama berbeda. Panzerkorps-Großdeutschland dan Brandenburg-Division. Divisi Brandenburg kemudian dikenal lewat aksi pasukan komandonya yang dipecah dalam unit-unit kecil, yaitu Kommando Brandenburg. Banyak kisah menarik tentang aksi pasukan yang sangat loyal terhadap Hitler dan rela mati demi Jerman Raya itu.

Sebagai kekuatan utama untuk mempertahankan negaranya sampai tetes darah terakhir, dua kekuatan kebanggan Hitler itu bertempur habis-habisan meskipun mereka menyadari, Nazi Jerman sebentar lagi akan runtuh. Aksi Großdeutschland bahkan sempat membuyarkan sekutu ketika mereka berhasil membuat kocar-kacir pasukan Amerika dalam Battle of the Bulge, bulan Desember 1944-Januari 1945. Namun di akhir perang, ribuan personel Großdeutschland memilih untuk menyerahkan diri kepada pasukan AS karena dianggap lebih beradab dibandingkan Tentara Merah Rusia. Akan tetapi, tentara AS yang tak mau kerepotan akhirnya menyerahkan para tawanan Großdeutschland kepada Tentara Rusia dan mulai saat itu mereka terpaksa menjalani hukuman kerja paksa selama bertahun-tahun di gulag Siberia yang terkenal kejam.

Generalleutnant Hermann Balck










Daftar Komandan:
Generalleutnant Hermann Balck: Pembentukan - Mei 1943
Oberst Hyazinth Graf Strachwitz von Groß-Zauche (sementara): Mei 1943
Generalleutnant Hermann Balck: Mei 1943 - 30 Juni 1943
Generalleutnant Walter Hoernlein: 30 Juni 1943 - 31 Januari 1944
Generalleutnant Hasso von Manteuffel: 1 Februari 1944 - 8 Maret 1944
Oberst Otto Büsing (sementara): 8 Maret 1944 - April 1944
Generalleutnant Hasso von Manteuffel: April 1944 - 1 September 1944
Generalmajor Karl Lorenz: 1 September 1944 - 1 Februari 1945
Generalmajor Hellmuth Mäder: 1 Februari 1945 - 8 Mei 1945

Kepala Staff Divisi:
Major Cord von Hobe: 1 April 1942 - 15 Desember 1942
Oberst i.G. Oldwig von Natzmer: 15 Desember 1942 - 19 Juli 1944
Oberstleutnant i.G. Carl-Gideon von Claer: 1944 - 1945

Peraih Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes:
Schwerter:
1. Niemack, Horst [69. Sw] 04.06.1944 Oberst Kdr Pz.Füs.Rgt “GD”

Eichenlaub:
2. Burg, Jörg [604. EL] 04.10.1944 Oberleutnant d.R. Chef 7./Pz.Rgt „GD“
3. Diddens, Diddo S.[=Siebels] [501. EL] 15.06.1944 Oberleutnant d.R. Chef 1./Stug.Brig „GD“
4. Lorenz, Karl [395. EL] 12.02.1944 Oberst Kdr Gren.Rgt „GD“
5. Remer, Otto-Ernst [325. EL] 12.11.1943 Major Kdr I./Gren.Rgt (mot) „GD“
6. Schroedter, Erich [808. EL] 28.03.1945 Rittmeister Kdr Pz.Aufkl.Abt „GD“
7. Warschnauer, Horst [753. EL] 24.02.1945 Hauptmann Kdr Pz.Pi.Btl „GD“

Ritterkreuz:
Stab :
8. Natzmer von, Oldwig 04.09.1943 Oberst i.G. Ia Pz.Gren.Div „GD“

Panzergrenadier-(Grenadier-) Regiment "GD“ :
9. Bielig, Martin 07.10.1944 Oberfeldwebel Zugführer i. d. 13./Pz.Gren.Rgt „GD“
10. Czorny, Wilhelm 04.10.1944 Gefreiter MG-Führer i. d. 2.(gep.)/Pz.Gren.Rgt „GD“
11. Famula, Günther 04.05.1944 Leutnant d.R. Zugführer i. d. 5.(Pz.Kp)/V./Gren.Rgt „GD“ [Pz.Kgr. Strachwitz]
12. Heesemann, Wolfgang 17.02.1945 Oberst Kdr Pz.Gren.Rgt „GD“
13. Konopka, Gerhard 29.08.1943 Oberleutnant d.R. Führer II./Gren.Rgt (mot) „GD“
14. Pfau, Otto 23.03.1945 Hauptmann Führer I./Pz.Gren.Rgt „GD“
15. Schwarzrock, Rudolf 19.08.1944 Major Kdr I./Pz.Gren.Rgt „GD“
16. Sommer, Clemens 18.01.1945 Major Kdr II./Pz.Gren.Rgt „GD“

Panzerfüsilier–(Füsilier-) Regiment „GD“ :
17. Basse von, Hans-Dieter 10.09.1944 Major Kdr I./Pz.Füs.Rgt „GD“
18. Böhnk, Georg 18.02.1945 Oberleutnant Führer II./Pz.Füs.Rgt „GD“
19. Herbst, Josef 30.09.1943 Oberleutnant d.R. Führer II./Füs.Rgt „GD“
20. Kahsnitz, Erich 15.07.1943 Oberst Kdr Füs.Rgt „GD“
21. Leyck, Siegfried 17.12.1943 Hauptmann Kdr III./Pz.Füs.Rgt „GD“
22. Poschusta, Leopold 12.11.1943 Unteroffizier Zugführer i. d. 2./Füs.Rgt „GD“
23. Röger, Hans 21.09.1944 Unteroffizier Zugführer i. d. 1./Füs.Rgt „GD“
24. Sachs, Hans 10.09.1944 Obergefreiter Gruppenführer i. d. 5./Pz.Füs.Rgt „GD“

Panzer–Regiment „GD“ :
25. Klemz, Bernhard 04.06.1944 Hauptmann Chef 5./Pz.Rgt „GD“
26. Larsen, Rudolf 23.10.1944 Unteroffizier Panzer-Kommandant i. d. 2./Pz.Rgt „GD“
27. Lex, Hans 10.09.1943 Oberleutnant d.R. Chef 7./Pz.Rgt „GD“
28. Plickat, Fritz 09.12.1944 Feldwebel Zugführer i. d. 8./Pz.Rgt „GD“
29. Rampel, Josef 14.12.1943 Oberfeldwebel Halbzugführer i. d. 11./Pz.Rgt „GD“
30. Wietersheim von, Walter 15.05.1944 Hauptmann Kdr II./Pz.Rgt „GD“

Panzerartillerie–Abteilung „GD“ :
31. Rantzau Graf zu, Hans-Friedrich 09.06.1944 Hauptmann Führer II.(Sf)/Pz.Art.Rgt „GD“

Sturmgeschütz–Abteilung/Brigade „GD“ :
32. Sturm, Hans-Hermann 09.06.1944 Oberleutnant Chef 3./Stug.Brig „GD“

Panzeraufklärungs–Abteilung „GD“ :
33. Kessel, Wilhelm 23.02.1944 Oberwachtmeister Zugführer i. d. 3./Pz.Aufkl.Abt „GD“
34. Maaz, Heinz 04.10.1944 Obergefreiter Gruppenführer i. d. 3./Pz.Aufkl.Abt „GD“
35. Schroedter, Erich 23.10.1944 Rittmeister Kdr Pz.Aufkl.Abt „GD“
36. Spaeter, Helmuth 28.07.1943 Rittmeister Chef 2./Pz.Aufkl.Abt „GD“

Panzerpionier–Bataillon „GD“ :
37. Hückel, Ernst-Albrecht 27.09.1943 Hauptmann Kdr Pz.Pi.Btl „GD“

Heeres-Flakartillerie-Abteilung "GD" :
38. Thiessen, Hans 09.05.1945 Leutnant Führer 2./Heeres-Flak.Art.Abt „GD“

Tidak resmi/belum terkonfirmasi
38. Thiessen, Hans 09.05.1945 Leutnant Führer 2./Heeres-Flak.Art.Abt „GD“
(proposal pengajuan tiba di HPA tanggal 19 April 1945 dan mendapat rekomendasi dari Major Domaschk tanggal 21 April 1945. Tak ada tindakan lebih lanjut untuk proposal ini. Karteikarte menggolongkan Ritterkreuz untuk Thiessen ke dalam bagian "ditolak" atau "proposal yang belum final". Pemberian Ritterkreuz ini kemudian diterima oleh OdR sesuai dengan kebijakan apa yang dinamakan sebagai "Dönitz-Erlass". Tanggal penganugerahannya sendiri disesuaikan dengan keterangan Fellgiebel)

Peraih Deutsches Kreuz in Gold:
A
Adam, Helmut, 23.11.1944, Oberleutnant, 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Aulich, Hubert, 05.12.1943, Unteroffizier, 3./Füs.Rgt. “GD”

B
Bärwald, Ernst, 28.08.1943, Oberfeldwebel, 9./Gren.Rgt. “GD”
Bamminger, Franz, 30.03.1945, Unteroffizier d.R., 4./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Barrey, Gerhard, 15.06.1944, Unteroffizier d.R., 4./Pz.Aufkl.Abt. “GD”
Baase von, Hans-Dieter, 12.03.1944, Major, I./Füs.Rgt. “GD”
Becker, Willy, 04.02.1944, Oberwachtmeister, 2./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Beinen von, Heinrich, 13.01.1944, Oberleutnant d.R., Füs.Rgt. “GD”
Bergemann, Alfred, 02.03.1944, Hauptmann, Füs.Rgt. “GD”
Bernhardt, Gerd, 22.09.1943, Leutnant d.R., 3./Pz.Rgt. “GD”
Bitterlich, Alfred, 19.10.1944, Unteroffizier, Pz.Füs.Rgt. “GD”
Böddeker, Karl, 17.08.1944, Feldwebel d.R., 11./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Bötsch, Kurt, 20.09.1943, Unteroffizier, Stabs.Kp./Pz.Pi.Btl. “GD”
Bohr, Helmuth, 27.01.1944, Wachtmeister, 1./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Boll, Bernhard, 15.06.1944, Oberleutnant d.R., Füs.Rgt. “GD”
Brech, Mark, 09.03.1945, Obergefreiter, 4./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Bülow von, Hans-Ulrich, 23.11.1944, Leutnant d.R., 4./Pz.Aufkl.Abt. “GD”
Burchardi, Joachim, 09.10.1944, Oberleutnant, 4./Pz.Art.Rgt. “GD”
Busch, Ernst, 16.11.1943, Oberfeldwebel, 6./Füs.Rgt. “GD”
Busch, Georg, 15.04.1945, Oberleutnant d.R., I./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Busch, Paul, 23.11.1944, Hauptmann, III./Pz.Art.Rgt. “GD”

C
Chrapkowski, Hans-Detlev, 28.05.1944, Major, Pz.Pi.Btl. “GD”
Czayka, Horst, 08.11.1943, Oberleutnant, 1./Gren.Rgt. “GD”

D
Danner, Dr. Manfred, 13.07.1943, Oberarzt d.R., I./Pz.Rgt. “GD”
Deeg, Alfred, 17.11.1943, Unteroffizier, 2./Pz.Pi.Btl. “GD”
Dietz, Josef, 12.10.1944, Feldwebel, 11./Pz.Rgt. “GD”
Dost, Herbert, 29.10.1943, Oberfeldwebel, Füs.Rgt. “GD”

E
Emminghaus, Otto-Friedrich, 30.09.1944, Hauptmann, II./Pz.Füs.Rgt. “GD”

F
Fedeler, Karl, 20.01.1945, Oberleutnant d.R., 2./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Feustel, Otto, 01.06.1944, Unteroffizier, 1./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Fleischer, Gerhard, 09.03.1945, Leutnant d.R., 4./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Fuchs, Harald, 30.11.1944, Leutnant, 2./Pz.Füs.Rgt. “GD”

G
Gebhard, Günther, 07.10.1943, Leutnant, 1./Pz.Aufkl.Abt. “GD”
Gerbener, Heinrich, 11.12.1943, Hauptmann, II./Gren.Rgt. “GD”
Gerlach, Heinrich, 15.06.1944, Hauptmann, He.Flak-Abt. “GD”
Gogoll, Walter, 20.06.1944, Oberwachtmeister, 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Goldbrunner, Anton, 13.01.1944, Oberwachtmeister, 2./He.Flak-Art.Abt. “GD”
Gottberg von, Wilhelm, 20.08.1943, Hauptmann, II./Pz.Rgt. “GD”
Grosse, Gerhard, 07.01.1945, Oberfeldwebel, 8./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Gundlach, Werner, 07.12.1944, Oberleutnant, 2.(Pz.Haub.)/Pz.Art.Rgt. “GD”

H
Häusler, Kurt, 02.09.1943, Unteroffizier, 2./Füs.Rgt. “GD”
Half, Günter, 19.08.1944, Leutnant, 1./Pz.Rgt. “GD”
Hamader, Wilhelm, 25.08.1943, Oberfeldwebel, 4./Füs.Rgt. “GD”
Handschuh, Heinz, 28.08.1943, Wachtmeister, 1./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Hasler, Wolfgang, 17.12.1943, Oberleutnant, 13./Füs.Rgt. “GD”
Heimsath, Heinrich, 28.08.1943, Oberwachtmeister, 2./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Hermann, Walter, 28.09.1944, Oberfeldwebel, 5./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Hesse, Gerhard, 28.02.1945, Oberwachtmeister, 2./Pz.Art.Rgt. “GD”
Höhne, Walter, 02.05.1944, Oberleutnant, 3./Pz.Pi.Btl. “GD”
Höller, Josef, 28.06.1944, Oberwachtmeister, 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Holzhammer, Georg, 22.12.1944, Feldwebel, 13./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Hüneke, Johann, 22.09.1944, Oberfeldwebel, 5./Pz.Rgt. “GD”
Hummel, Günther, 20.08.1943, Leutnant, 2./Pz.Aufkl.Abt. “GD”

I

J
Jäger, Robert, 06.08.1944, Oberleutnant, 12.(s.)/Pz.Füs.Rgt. “GD”
Jirowetz, Paul, 30.11.1944, Oberfeldwebel, 1./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Jubel, Werner, 28.08.1944, Oberleutnant, III./Gren.Rgt. “GD”
Jung, Rudolf, 30.03.1945, Oberleutnant d.R., Löwenbtl./Pz.Füs.Rgt. “GD”

K
Käs, Ludwig, 09.10.1944, Feldwebel, III./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Kania, Heinrich, 06.08.1944, Unteroffizier, 9./Pz.Rgt. “GD”
Kaspar, Gustav, 10.02.1944, Oberwachtmeister, 1./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Kendel, Otto, 28.05.1944, Hauptmann, III./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Kikillus, Bruno, 27.01.1944, Oberleutnant, Füs.Rgt. “GD”
Klawun, Hans, 13.01.1944, Oberfeldwebel, 13./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Klemz, Bernhard, 10.02.1944, Hauptmann, 5./Pz.Rgt. “GD”
Klipstein, Gerd-Hans, 26.12.1943, Hauptmann, III./Füs.Rgt. “GD”
Kolewe, Hans-Joachim, 19.12.1943, Leutnant d.R., III./Gren.Rgt. “GD”
Krammer, Franz, 20.08.1943, Oberleutnant d.R., 2./Pz.Rgt. “GD”
Kröning, Heinz, 26.07.1944, Wachtmeister d.R., 9./Pz.Art.Rgt. “GD”
Krüger, Ernst, 08.07.1944, Oberleutnant, 2./Pz.Pi.Btl. “GD”
Krüger, Fritz, 20.01.1945, Feldwebel, 2./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Kuehn, Dietrich, 08.02.1945, Rittmeister, I./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Küpper, Karl-Heinz, 30.03.1945, Major, III./Pz.Art.Rgt. “GD”
Kurtz, Dr. Günther, 27.04.1945, Stabsarzt, Pz.Füs.Rgt. “GD”

L
Labrenz, Erwin, 28.11.1944, Oberfeldwebel, 2./Pz.Pi.Btl. “GD”
Lanzen, Heinrich, 20.06.1944, Obergefreiter d.R., 12.(s.)/Pz.Füs.Rgt. “GD”
Larsen, Rudolf, 29.09.1943, Unteroffizier, 2./Pz.Rgt. “GD”
Liebscher, Hans-Achim, 01.09.1944, Leutnant d.R., 2./Pz.Rgt. “GD”
Lottmann, Georg, 29.10.1943, Unteroffizier, 3./Gren.Rgt. “GD”

M
Mackert, Bertold, 09.03.1945, Hauptmann, II./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Maier, August, 20.01.1945, Oberwachtmeister d.R., 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Maier, Walter, 28.05.1944, Oberleutnant d.R., 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Meng, Erich, 20.06.1944, Leutnant d.R., 3./Pz.Pi.Btl. “GD”
Mikrolly, Heinrich, 30.03.1945, Oberfeldwebel, 10./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Müller, Willi, 12.09.1944, Feldwebel, 3./Pz.Rgt. “GD”

N

O
Oberloskamp, Hans-Günther, 09.03.1945, Oberleutnant d.R., He.Flak-Abt. “GD”
Opitz, Paul-Hermann, 28.09.1944, Leutnant d.R., 12./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Otto, Christian, 13.01.1944, Oberleutnant, 2./Pz.Aufkl.Abt. “GD”

P
Pawel, Hans-Joachim, 11.12.1943, Leutnant, II./Pz.Rgt. “GD”
Pfau, Otto, 14.05.1944, Leutnant, 5./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Philippi, Jürgen, 15.06.1944, Hauptmann, Pz.Füs.Rgt. “GD”
Pilk, Heinz, 20.09.1943, Oberfeldwebel, 14./Füs.Rgt. “GD”
Pilz, Walter, 04.02.1944, Feldwebel, Pz.Pi.Btl. “GD”
Plange, Karl, 19.12.1943, Oberleutnant, 18./Gren.Rgt. “GD”
Prätorius, Otto, 28.05.1944, Obergefreiter, 11./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Pyschik, Paul, 15.04.1945, Feldwebel d.R., 2./Pz.Füs.Rgt. “GD”

Q

R
Rantzau Graf zu, Hans-Friedrich, 29.10.1943, Oberleutnant, 6./Pz.Art.Rgt. “GD”
Rapp, Friedrich, 03.11.1943, Feldwebel, 2./Pz.Rgt. “GD”
Reif, Anton, 27.07.1944, Oberwachtmeister, 3./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Rieger, Karl, 17.12.1943, Unteroffizier, 18.(Pz.Jg.Sf.)/Gren.Rgt. “GD”
Roeckner, Martin, 17.08.1944, Major, IV./Pz.Art.Rgt. “GD”
Röhm, Ernst, 27.04.1945, Hauptmann d.R., 5./Pz.Art.Rgt. “GD”
Römisch, Georg, 30.09.1944, Hauptmann d.R., III./Pz.Art.Rgt. “GD”
Rohde, Hermann, 01.09.1944, Oberfeldwebel, 1./Pz.Rgt. “GD”
Roth, Karl, 05.12.1943, Wachtmeister, 4./Pz.Aufkl.Abt. “GD”
Ruppersberg, Karl, 16.01.1944, Hauptmann, He.Flak-Abt. “GD”

S
Sauerbrei, Peter, 28.05.1944, Oberfeldwebel d.R., 12.(s.)/Pz.Füs.Rgt. “GD”
Schabehorn, Heinz, 11.09.1944, Feldwebel, 3./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Schewe, Herbert, 29.02.1944, Oberleutnant, Füs.Rgt. “GD”
Schimpf, Kurt, 28.06.1944, Feldwebel d.R., 6./Pz.Rgt. “GD”
Schmelter, Gerhard, 08.07.1944, Oberleutnant d.R., 8./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Schmidt, Werner, 20.09.1944, Unteroffizier, 1./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Schönstedt, Ernst, 11.12.1943, Wachtmeister, 1./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Schöttler, Karl-Friedrich, 23.03.1944, Hauptmann d.R., III./Füs.Rgt. “GD”
Schroedter, Erich, 26.07.1944, Rittmeister, 4./Pz.Aufkl.Abt. “GD”
Schrom, Anton, 09.10.1944, Unteroffizier, 11./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Schürmann, Johann, 29.10.1943, Leutnant d.R., 5.(Sfl)/Pz.Art.Rgt. “GD”
Schulz, Bruno, 30.03.1945, Oberleutnant, 1.(Sturm)/Pz.Pi.Rgt. “GD”
Schunter, Emil, 23.11.1944, Feldwebel, 9./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Segieth, Bernhard, 08.11.1944, Wachtmeister, 2./Stu.Gesch.Brig. “GD”
Sommnitz, Walter, 20.09.1944, Unteroffizier, 1./Pz.Pi.Btl. “GD”
Spallek, Paul, 28.09.1944, Oberfeldwebel, 1./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Stadler, Friedrich, 30.09.1944, Oberleutnant d.R., III./Pz.Rgt. “GD”
Stehr, Josef, 13.01.1944, Feldwebel, 13./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Struth, Heinz, 30.03.1945, Oberleutnant d.R., III./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Sudek, Herbert, 05.12.1943, Oberleutnant, Pz.Pi.Btl. “GD”
Supper, Stefan, 26.07.1944, Wachtmeister, 3.(Pz.Haub.)/Pz.Art.Rgt. “GD”
Swoboda, Friedrich, 05.03.1944, Feldwebel, 3./Gren.Rgt. “GD”

T
Theermann, Werner, 10.02.1944, Hauptmann, I./Pz.Art.Rgt. “GD”
Trumheller, Heinrich, 01.02.1945, Feldwebel, 15./Pz.Gren.Rgt. “GD”

U

V
Verch, Hans-Wilhelm, 16.01.1944, Oberleutnant, 2./Stu.Gesch.Abt. “GD”

W
Wächter, Hans, 18.03.1945, Oberleutnant d.R., 4./Pz.Rgt. “GD”
Wagner, Siegfried, 21.10.1944, Feldwebel, 9./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Weber, Herbert, 30.12.1943, Oberleutnant, 2./Füs.Rgt. “GD”
Wechmann, Otto, 09.10.1944, Oberleutnant, 7./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Wehmeyer, August, 28.08.1943, Oberleutnant, 3./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Weiß, Anton, 28.08.1943, Wachtmeister, 1./Stu.Gesch.Abt. “GD”
Weiss, Georg, 28.05.1944, Feldwebel d.R., 10./Pz.Füs.Rgt. “GD”
Wendland, Hans, 13.01.1944, Oberleutnant, 10./Pz.Art.Rgt. “GD”
Wentzke, Hans, 20.09.1944, Oberleutnant d.R., 16./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Wiedemann, Dr. Ernst, 27.04.1945, Stabsarzt d.R., II./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Windeck, Alois, 16.06.1944, Hauptmann d.R., 3./Pz.Gren.Rgt. “GD”
Winkler, Walter, 08.06.1944, Oberleutnant, III./Pz.Art.Rgt. “GD”
Witte, Bernhard, 23.11.1944, Oberfeldwebel, 2./Pz.Gren.Rgt. “GD”

X

Y

Z
Zierenberg, Bernhard, 06.11.1943, Oberleutnant, 13./Pz.Rgt. “GD”
Zügel, Ruprecht, 28.11.1944, Oberleutnant, I.(gp)/Pz.Füs.Rgt. “GD”

Para anggota yang menonjol:
1. Hermann Balck (peraih Brillanten)
2. Gerhard Konopka (peraih pertama Nahkampfspange in Gold)
3. Rudolf Larsen (jagoan panzer yang secara resmi dikatakan telah menghancurkan 60+ tank musuh, tapi jumlah kemenangan aslinya sendiri tidak diketahui)
4. Hasso von Manteuffel (peraih Brillanten. Pasca perang menjadi anggota Bundestag 1953-1957 untuk Freie Demokratische Partei, FDP)
5. Horst Niemack (pasca-perang menjadi Brigadegeneral der Reserve di Bundeswehr Jerman Barat, juga menjadi salah satu komisaris Komite Olimpiade Jerman dan anggota tim Olimpiade Jerman Barat dalam olahraga berkuda selama empat kali penyelenggaraan)
6. Otto Ernst Remer (sebagai komandan Wachbattalion Großdeutschland dia memainkan peran penting dalam mencegah komplotan kudeta 20 Juli 1944 dalam mengambil-alih kontrol atas bangunan-bangunan penting di Berlin. Pasca-perang dia membentuk Sozialistische Reichspartei (SRP) yang beraliran Neo-Nazi dan kemudian dilarang tahun 1952)
7. Hyazinth Graf Strachwitz von Gross-Zauche und Camminetz (peraih Brillanten)
(tams/alifrafikhan/axishistory)

SEJARAH - Terbentuknya Indonesia Dan Sejarahnya di Mata Dunia

Jakarta, LP - Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata.. Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).

Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau).

Awalnya Nusantara

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.

Awal Mula Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:

“… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians”.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

“Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago”.

Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880.

Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia). (tams)

IPTEK - Catatan 10 Gempa Terbesar di Dunia Sejak Tahun 1900

Jakarta, LP - Setelah gempa 8,7 Skala Richter yang mengguncang Aceh, Sumatera Utara, dan Padang, 12 April 2012 lalu, berikut adalah 10 gempa terkuat yang pernah terekam sejak 1900 sampai sekarang.

22 Mei 1960 – Chili, gempa berskala 9,5 Skala Richter mengguncang Santiago dan Concepcion, menyebabkan gelombang laut dan ledakan gunung api. Sekitar 5000 orang tewas dan 2 juta orang kehilangan rumah.

28 Maret 1964
– Alaska, gempa dan tsunami yang terjadi sesudahnya menewaskan 125 orang dan menyebabkan kerugian $310 juta. Gempa skala 9,2 SR ini menyerang Alaska dan bagian barat Teritorial Yukon serta British Columbia di Kanada.

26 December 2004
Indonesia, gempa 9,1 SR menyerang pesisir Provinsi Aceh di Indonesia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 226 ribu orang di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, India, dan sembilan negara lainnya.

4 November 1952 – Rusia, gempa 9 SR menyebabkan tsunami yang mencapai Kepulauan Hawaii. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini.

11 Maret 2011 – Jepang, gempa 9 SR menyerang Jepang, menyebabkan banyak korban. US Geological Survey memverifikasi gempa terletak di kedalaman 24,3 km dan pusatnya di 130,3 km timur Sendai, di pulau Honshu.

Gempa ini adalah yang terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Tsunami yang terjadi setelah itu memicu krisis nuklir paling parah dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 15 ribu orang tewas akibat kombinasi gempa dan tsunami.

Filipina, Taiwan, dan Indonesia mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tsunami dari Pacific Tsunami Warning Center mencapai Kolombia dan Peru.

27 Februari 2010 – Chili, gempa 8,8 SR dan tsunami menyebabkan tewasnya 500 orang dan kerusakan $30 miliar, merusak ratusan ribu rumah dan menghancurkan jalan-jalan tol serta jembatan.

31 Januari 1906 – Ekuador, gempa 8,8 SR menyerang pesisir Ekuador dan Kolombia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 1000 orang. Getarannya terasa di sepanjang pesisir Amerika Tengah dan bahkan sampai San Francisco dan barat Jepang.

11 April 2012 – Gempa 8,7 SR menyerang Aceh, 495,6 km dari barat daya Banda Aceh. Getarannya terasa sejauh Singapura, Thailand, dan India.

4 Februari 1965 – Alaska, gempa 8,7 SR menghasilkan tsunami yang mencapai 10,7 meter tingginya di Pulau Shemya.

28 Maret 2005 – Gempa 8,6 SR di Nias, Sumatra menewaskan 1300 orang. (tams/ reuters)

Sabtu, 07 April 2012

TRAVELA - Ambarawa Akan Jadi Museum KA Terbesar di Asia

Jakarta, LP - Museum kereta api (KA) Ambarawa sekarang sedang direnovasi dan diharapkan menjadi museum KA terbesar di Asia Tenggara bahkan se-Asia, Kepala Bangunan Non Balai Konservasi Bersejarah PT KAI, Trenggono Adi, mengatakan. Ambarawa direncanakan menjadi museum kereta api terbesar karena memiliki banyak kereta api dan lokomotif sejak jaman penjajahan Belanda. Daerah ini juga cukup luas. "PT. KAI memiliki keprihatinan atas warisan dan sejarah sesuai amanat hukum Warisan Budaya," katanya.

Antara/R Rekotomo





Renovasi
dan koleksi benda-benda warisan budaya sedang digarap dan berharap akan selesai pada tahun 2013. Museum Ambarawa hanya tempat penyimpanan, termasuk koleksi lokomotif uap. Ambarawa juga dikenal sebagai pusat militer dan perkebunan.

"Kita dapat mendorong para pemuda dengan memberikan mereka beberapa informasi sejarah. Pusat Konservasi Obyek dan Sejarah juga mencoba untuk meramaikan lokomotif uap. Hanya ada empat di Indonesia, dua dari mereka berada di Ambarawa, satu di Sawahlunto, dan satu di Solo, "tambah Adi. (tams)