Sabtu, 21 Juni 2014

SEJARAH - Kisah 'Mistis' Dan Runut Sejarah di Makam Nazi Bogor

Jakarta, LP - Sejarah memang membuat kita selalu penasaran, apalagi sejarah yang sifatnya 'anti-mainstream' atau penuh kontroversi. Salah satunya sejarah tentang Nazi Jerman yang mana (dunia) menganggap pemerintahan yang terkenal dengan pemimpinnya Adolf Hitler, yang dianggap oleh dunia sebagai pemimpin yang kejam. Tetapi, secara fakta historis Nazi Jerman tidak sekejam seperti pemikiran barat pada umumnya.

Kali ini saya tidak membahas keseluruhan fakta sejarah Nazi di dunia, ada fakta unik menarik yang mungkin oleh sebagian orang tidak terpikirkan sampai situ. Di kesempatan ini saya ingin mencari fakta pergerakan Nazi di Indonesia, pasti sebagian kalian akan bertanya apa kehadirannya disini. Dimulai dengan perjalanan saya pada situs peninggalan Nazi Jerman di Bogor. Sebelumnya saya mengetahui kabar keberadaannya dari beberapa rekan yang tergabung dalam forum yang berisi penggiat sejarah Nazi Jerman (reenactor), selain itu beberapa tulisan artikel atau berita media nasional yang mengabarkan keberadaan situs peninggalan sejarah Nazi Jerman di Indonesia, salah satunya berada di Bogor, Jawa Barat.
Ki-ka: Miftha, Kohang dan dan yang memegang Eisernes Kreuz II Klasse adalah saya sendiri Hauptsturmführer Tama. (pribadi)
Kohang menjadi rider, saya menjadi navigator (pribadi)
 

Kala itu Jum'at (06/06), bersamaan dengan momentum serangan pendaratan sekutu di Normandia terhadap Nazi, yang sering disebut 'Peristiwa D-Day', tanggal 06 Juni 1944. Saya bersama rekan-rekan lain yang ingin mengetahui sejarah Nazi Jerman di Indonesia, menyambangi sebuah situs bersejarah makam tentara Jerman (Deutscher Soldatenfriedhof) di Bogor. Saya bersama Rifki "Kohang"Rismadhan, ketua komunitas motor 'Denouvoers' (pecinta Yamaha Nouvo Depok), yang kebetulan hobi melakukan turing. Ada juga beberapa rekan pecinta mistis yang kebetulan juga menyukai tempat-tempat bersejarah, seperti Taufan Casidy dari Forum Supranatural Kaskus (Forsup Kaskus), dan salah satu diantaranya mantan peserta uji nyali pada stasiun TV swasta nasional yang juga menjabat sebagai ketua Ekspedisi Mistis (Xmist), Miftha Giyanti Putri, dan beberapa rekan lain. Kehadiran saya dan rekan-rekan lain bukan untuk melakukan uji nyali, tetapi hanya sebatas mengulik sejarah tentang beberapa perwira dan beberapa kru Kriegsmarine (Angkatan Laut) Nazi Jerman yang dimakamkan di Bogor.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, saya bersama tim lain berangkat dari Jakarta selepas sholat Jum'at menggunakan sepeda motor. Perjalanan yang terbilang lancar, dan tiba di perempatan Gerbang Tol Ciawi, kita beristirahat di sebuah minimarket di sekitar Gadog, Bogor.
Papan penunjuk makam dekat minimarket Gadog, Bogor, Jawa Barat (pribadi)
 

Tak jauh dari minimarket, di sampingnya ada jalan masuk dengan sebuah papan penunjuk yang bertuliskan 'Situs Makam Jerman 4km', gundah hati terobati dengan membaca papan tersebut yang ditambah dengan tanda panah di papan tersebut. Kami melanjutkan perjalanan dengan mengikuti arah panah yang sesuai dengan petunjuk di papan tersebut. Beberapa kali saya bertanya pada warga tentang lokasi makam Nazi Jerman tersebut, karena ternyata jarak yang kami tempuh melebihi papan yang dimaksud dan jaraknya lebih dari 4 km (sekitar 7 km). Dengan jalan yang menanjak dan berliku, saya bersama tim sampai di makam tersebut. Makam yang berlokasi di daerah Arca, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Sekitar 20 menit kami melaju dari papan petunjuk sebelumnya. Sangat wajar jika hanya sebagian orang yang tahu keberadaan situs bersejarah tersebut, karena daerahnya yang cukup tinggi dan dikelilingi pepohonan yang tinggi, bisa dibilang lokasinya terpencil. Selain itu jalur ke pemakaman ini juga adalah akses jalur masuk menuju Gunung Pangrango.

Suasana Perkampungan Sukaresmi, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Akses jalan menuju komplek makam. (pribadi)
 
Senang rasanya, karena berhasil menemukan makam, saya pun bersama tim langsung masuk. Hal pertama yang dilihat adalah sebuah tugu bertuliskan ‘Deutscher Soldatenfriedhof, Tugu Peringatan Untuk Menghormati Prajurit Jerman yang Telah Gugur’. Di depannya, berjejer rapi makam dengan nisan salib (Ritterkreuz) sebanyak 10 nisan.

Sesampai area pemakaman, saya sempatkan berpose dan menghampiri batu nisan satu persatu. Lain hal dengan Miftha dan Taufan yang menurut mereka, mereka sedang berinteraksi dengan mahluk asthral di sekitar makam. Saya lanjutkan memperhatikan tiap nisan, dua buah nisan di bagian depan hanya bertuliskan 'Unbekannt' yang berarti tidak diketahui. Di belakang dua makam tersebut ada delapan, jajaran batu nisan yang terbagi dua dengan dibatasi jalan selebar satu meter. Di sebelah kiri (jika kita menghadap tugu peringatan), ada tiga batu nisan, di sebelah kanan ada lima batu nisan. Sayang sekali tidak ada petunjuk lengkap tentang 10 jasad yang terkubur dalam makam tersebut.
Tugu peringatan dari Kedubes Jerman.
 

Rasa penasaran semakin bertambah, saya dan tim mencoba mencari juru kunci makam tersebut. Namun kami tidak beruntung, karena orang yang saya maksud tidak berada di rumahnya. Bagi saya tak masalah, karena menurut beberapa informasi, juru kunci yang biasa dipanggil 'Bu Nyai' ini juga tak mengetahui asal-usul 10 orang perwira Nazi Jerman tersebut.

Penelusuran jejak sejarah tak hanya sampai sebatas nama-nama yang tercantum di batu nisan tersebut. Beberapa data artikel, konsultasi dengan beberapa rekan 'Indonesische Das Reich' atau penggiat sejarah (Reenactor) dan entusiasme militer Nazi Jerman, beberapa data Bundesarchiv (kearsipan Jerman) & Volksbund (semacam data sejarah Jerman), dan beberapa forum asing yang membantu saya memperoleh informasi tentang 10 perwira yang gugur tersebut.

Hal Menarik di Makam Nazi Jerman


Masuk ke ujung makam, ada tugu peringatan yang bertuliskan 'Deutsch-Ostasiatische Kreuzergeschwader 1914', tugu ini diperingati juga untuk mengenang para 'Deutsch-Ostasiatische Kreuzergeschwader' (Skuadron Penjelajah Asia Timur Jerman), skuadron ini dipimpin oleh Vizeadmiral Maximilian Reichsgraf von Spee yang hancur dalam Pertempuran di Kepulauan Falkland/ Malvinas pada tanggal 8 Desember 1914. Di papan nama bagian bawah tertuliskan 'ERRICHTET VON EMIL UND THEODOR HELFFERICH 1926'. Dalam catatan Alif Rafik Khan (penggiat sejarah Nazi Jerman) menuliskan, tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 hektar di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.
 

Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria. Karena itulah kedua orang saudaranya kemudian membangun sebuah monumen untuk memperingati Deutsch-Östasiatisches Geschwader (Armada Jerman Asia Tenggara) yang dipimpin oleh Admiral Graf Spee yang ditenggelamkan oleh tentara Britania. Di monumen tersebut ditulis kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbunyi: "Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich."
Denah Makam. (alifrafikkhan)
 

Menengok sebelah kanan tugu peringatan terpajang sebuah Patung Budha, dan sebelah kiri ada patung Ganesha dan Kala. Banyak orang bertanya-tanya dan berpikiran bahwa tentara Nazi yang ada di makam ini beragama Budha. Hal ini tidak ada kaitannya dengan kedua patung tersebut, konon patung ini dibeli oleh dua bersaudara Helfferich dari pengrajin pinggir jalan setelah mengunjungi Candi Prambanan serta Borobudur di Yogyakarta dan terpesona olehnya.
Ornamen Patung Budha . (Pribadi)
 

Penelusuran Sejarah dan Aroma Mistis

Hawa yang lembab tetapi sejuk serta kontur wilayah yang dingin, dan lokasi yang jauh dari pemukiman warga membuat tempat ini jarang diketahui atau dikunjungi orang banyak.
U-195 Flotille

Kru U-195. (df)
Menurut keterangan seorang warga sekaligus merupakan teman kuliah saya yang bernama Puji 'Gawil', mengatakan bahwa tiap tahun minggu kedua bulan November, yang merupakan Hari Peringatan (Commemoration Day) di Jerman, banyak orang Jerman dari 'Botschaft der Bundesrepublik Deutschland' (Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia) dan beberapa keturunan Jerman disini yang mempunyai kebiasaan untuk berziarah ke Cikopo dan mengadakan upacara untuk mengenang korban perang. "Tiap bulan November selalu ada kunjungan dari Kedubes Jerman," kata Gawil yang merupakan warga Megamendung.


Miftha dan nisan milik Leutnant zur See. W. Martens. (pribadi)

 
















Setelah saya memperhatikan tugu peringatan dan beberapa patung yang ada disitu, saya beserta rekan-rekan lain mulai menelisik nisan yang ada satu per satu. Langkah saya dan Miftha, terhenti di nisan yang bertuliskan 'Leutnant z.s W. Martens, (*) - , Oktober 1945' yang berarti yang bersangkutan lahir tidak diketahui dan meninggal pada Oktober 1945 (tanggal tidak diketahui). Ada yang menarik disini, tiba-tiba Miftha mendekati nisan dan memperhatikannya. Saya masih memperhatikan Miftha yang sehari-harinya adalah mahasiswa jurusan Hubungan Internasional pada sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan dan sekaligus ketua ekspedisi mistis, wanita yang memiliki pengalaman supranatural dan pernah menjadi peserta acara uji nyali di salah satu TV swasta nasional mencoba 'berdiam diri' di makam milik Martens. Tiba-tiba, Miftha berkata bahwa nisan tersebut berbau anyir seperti ada yang gosong, "Saya melihat sosok tinggi hitam, serba hitam hingga ke kulitnya. Kasihan badannya gosong," kata Miftha seorang mahasiswi angkatan 2010 ini. Saya tersenyum kecil mendengar ucapannya, seketika badan saya merinding. Namun saya mencoba mengulik sejarahnya secara data sejarah yang ada, yang Miftha-pun juga belum tahu. Saya mencoba melihat artikel dari biografi singkatnya di Volksbund, axis history, Uboatwaffe, Bundesarchiv dan beberapa referensi dari teman-teman pecinta sejarah, namun hasilnya tak sesuai seperti yang diinginkan. Ada data dari forum militer yang menyebutkan bahwa Leutnant zur See. W. Martens yang mempunyai nama lengkap Wolf-Dieter Martens meninggal karena kecelakaan kereta api yang terbakar di antara Batavia (Jakarta) menuju Buitenzorg (Bogor). Martens yang pernah bertugas di U-465, U-421 dan U-596 (dengan tak ada keterangan lahir/meninggalnya), tapi tak satu pun kapal selam yang diawakinya tercatat pernah berlayar ke Indonesia. Kemungkinan, dia bukanlah awak U-boat dan "hanya" perwira atau staff Kriegsmarine biasa.
Sebelah kanan nisan milik ObGefr (Obergefreiter) Willi Petschow. (pribadi)
Lanjut ke makam selanjutnya milik ObGefr (Obergefreiter) Willi Petschow. Lahir di Hamburg tanggal 31 Desember 1912 dan meninggal setelah menderita penyakit di Perkebunan Cikopo/Bogor tanggal 28 September 1945. Pangkat lengkapnya adalah Matrosen-Obergefreiter/ Bootsmann.


Nisan Oberleutnant zur See Willi Schlummer. (pribadi)
Di barisan ke lima, nisan paling ujung ada Oberleutnant zur See Willi Schlummer. Terbunuh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di rumah orang-orang Jerman di Bogor tanggal 12 Oktober 1945 bersama dengan Wilhelm Jens, karena mereka diduga merupakan tentara Belanda oleh Indonesia. Di nisan ini, Taufan salah satu anggota Forsup Kaskus berdiri sejenak. Menurut Taufan, Schlummer adalah orang periang dan jago memainkan gitar, Schlummer juga sangat disenangi rekan-rekan tentara lainnya karena sifatnya yang humoris, "Saya merasakan dari nisannya (Schlummer), orang ini jago main gitar, suka bawa tembang lawas. Dia juga suka menghibur teman-temannya," kata Taufan.
Data Oberleutnant zur See Willi Schlummer. (Dokomentenforum)

Dari pengakuan Taufan, saya mencoba menelisik secara data sejarah dari yang bersangkutan (Schlummer). Tanggal lahirnya tidak diketahui dan Volksbund pun tidak memuat data kehidupan Schlummer yang seperti itu. Di lain waktu penelusuran di sebuah forum dokumenter Jerman, saya mendapatkan foto Schlummer.

Schiffszimmermann Eduard Onnen. (pribadi)
Secepat kilat, tiba-tiba Miftha duduk lama di sebuah nisan milik Schiffszimmermann Eduard Onnen, sontak Miftha berbicara pelan-pelan dan bertanya pada saya,"Ini siapa? Saya tertarik dengan yang di nisan ini. Sosoknya ganteng," tanya Miftha kepada saya. Lalu saya jelaskan sedikit tentang Onnen, pria yang Lahir di Bremerhaven tanggal 14 Desember 1906 dan meninggal tanggal 15 April 1945 adalah seorang Schiffszimmermann artinya tukang kayu kapal, yang tenaganya sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memperbaiki kapal, jika tiba-tiba kapal rusak atau diserang musuh. Miftha masih belum puas dengan jawaban saya, dia meminta tolong untuk mencarikan data, berikut foto Onnen. Namun, dari hasil penelusuran di forum-forum internasional pecinta Nazi Jerman, Bundesarchiv hingga ke Volksbund, tidak ada data pasti dan foto dari 'sosok pria' yang diidam-idamkan Miftha. Menurut saya wajar, mungkin saja Eduard Onnen ini hanya sebatas pembantu sipil dalam tubuh Angkatan Laut Kriegsmarine Jerman, karena dilihat dari jabatannya 'Schiffszimmermann'.

Sementara Miftha masih menikmati 'interaksi'nya dengan nisan milik Schiffszimmermann Eduard Onnen, saya melangkahkan kaki ke nisan paling kiri dari barisan lima nisan tersebut (jika kita menghadap tugu). Saya jongkok mencatat data yang tertulis di nisan milik Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt. Tiba-tiba Taufan yang saat itu sedang berada di nisan milik Schlummer, "Tam, kalau orang itu yang kamu hampiri (Steinfeldt), orangnya galak, suka ngomel-ngomel ke yang lain. Banyak prajurit yang disini sering kena omelannya. Oiyaa kalau tidak salah dia meninggal karena penyakit di bagian perutnya, kaya malaria gitu," celetuk Taufan yang berusaha menerkanya. Saya terdiam sejenak menyaksikan nisan Steinfeldt, lalu saya mencoba mencari artikel baik dari forum internasional pecinta sejarah Jerman (axishistory), data arsip Jerman Bundesarchiv, Volksbund, dan bahkan referensi dari kawan sesama pecinta sejarah.
Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt. (pribadi)
 

Analisa sejarah yang saya simpulkan dari kuburan Oblt z.S. d.R. (Oberleutnant zur See der Reserve) Friedrich Steinfeldt adalah, dia Kommandant U-195. Lahir di Bad Doberan tanggal 15 Desember 1914 dan meninggal karena disentri di sebuah rumah sakit di Jakarta tanggal 30 November 1945, hal ini berbeda dengan analisa Taufan. Catatan resminya menyebutkan dia meninggal sehari sebelumnya, 29 November 1945, dan perbedaan tanggal ini kemungkinan karena adanya perbedaan waktu antara Indonesia dan Jerman yang memiliki selisih 7 jam (Jakarta GMT+7). Awal karir Steinfeldt bergabung dengan Kriegsmarine pada tahun 1940. Setelah menyelesaikan pelatihannya, dia bertugas di 38. Minensuch-Flotille dari bulan Desember 1941 s/d Juni 1942 ketika dia memulai pelatihan kapal selamnya. Steinfeldt lalu bergabung dengan U-371 (Kapitänleutnant Waldemar Mehl) sebagai 2WO (Perwira Pengawas Kedua) dari bulan November 1942 s/d Februari 1943. Dia meneruskan tugasnya di U-195 sebagai 1WO (Perwira Pengawas Pertama) selama 6 bulan sebelum ditransfer ke Sekolah Komandan U-boat di Neustadt, Jerman pada bulan Agustus 1943. Setelah menyelesaikan pelatihannya bulan Oktober 1943, dia diserahi jabatan sebagai komandan sebuah kapal selam bekas Italia, UIT-21, tanggal 14 Oktober 1943. Kapal ini, yang rencananya akan dijadikan sebagai kapal transport, namun kenyataanya tak pernah mendapat penugasan, dan akhirnya pada tanggal 16 April 1944 Steinfeldt mengambil-alih komando kapal lamanya, U-195, di Bordeaux, Prancis. Pada tanggal 24 Agustus 1944 dia memimpin U-195 dalam pelayaran menuju Samudera Indonesia yang berlangsung selama 119 hari! Dia berhasil berlabuh di Batavia (Jakarta), dan di akhir perang dia terpaksa menyerahkan kapalnya ke tangan sekutunya Jepang di Surabaya. Dan dari 'penerawangan' yang dilakukan oleh Taufan, saya mewajarkan jika Steinfeldt memiliki pribadi yang galak, karena dia merupakan komandan dari U-195 tersebut. Terkait meninggalnya, di catatan sejarah Steinfeldt meninggal karena disentri, sedang menurut Taufan yang akrab dipanggil Topan mengatakan malaria. Kita tidak tahu kematian sebenarnya, karena catatan sejarah mengatakan demikian dan kita juga belum pernah menjadi saksi langsung pada saat itu, Wallohua'lam...

Sejenak menghela nafas, saya melanjutkan langkah kaki ke tiga makam selanjutnya yang berada di sebelah kiri (jika kita menghadap tugu peringatan).
Kptlt (Kapitänleutnant) Hermann Tangermann. (pribadi)
 
Nisan yang berada di tepi jalan menghadap tugu tertulis milik Kptlt (Kapitänleutnant) Hermann Tangermann. Catatan sejarah mengatakan, Hermann lahir di Berne tanggal 11 Oktober 1910 dan tewas dalam sebuah kecelakaan kereta api antara Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor), dalam perjalanannya tanggal 23 Agustus 1945. Dialah orang berpangkat tertinggi yang dikuburkan di Arca Domas, dan pangkatnya setingkat kapten bila di Angkatan Darat (Wehrmacht Heer). Dan di atas batu nisan Tangermann, saya sengaja letakkan penghargaan sebuah medali Eisernes Kreuz (Ritterkreuz) II Klasse.
 
Leutnant Ing. (Ingenieur) Wilhelm-August Jens. (pribadi)
Lanjut ke makam selanjutnya milik Leutnant Ing. (Ingenieur) Wilhelm-August Jens. Lahir di Hamburg tanggal 7 November 1907 dan terbunuh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di rumah orang-orang Jerman di Bogor tanggal 12 Oktober 1945, kemungkinan karena para pejuang menyangkanya sebagai orang Belanda. Sebelumnya Taufan memberi tahu saya, bahwa menurut penglihatannya dia melihat sosok pria jalan terlunta-lunta sambil memegang perut yang berdarah karena luka tusukan, "Saya sih melihat kasihan, dia berdiri jalan terseok sambil megang perut. Sepertinya dia tertusuk benda tajam," terka Taufan. Bagi saya yang hanya menganalisa dari beberapa catatan sejarah hanya mewajarkan hasil penelusuran yang dilakukan Taufan.

Memang pada akhir perang, terdapat 250 orang serdadu Jerman di Indonesia yang diangkut dengan kapal selam. Sementara itu, Perang Kemerdekaan berkecamuk antara Indonesia dan Belanda. Pada waktu itu sejumlah orang di antara mereka (serdadu-serdadu Jerman) tewas : tiga perwira dibunuh oleh orang Indonesia karena dianggap tentara Belanda, lima lainnya ada yang meninggal karena sakit dan ada pula yang tertembak dalam perjalanan kereta api dari Bandung ke Jakarta. Jadi, delapan orang Jerman tewas selama periode tersebut. Sisanya menyelamatkan diri di pulau Onrust, sebelum dipulangkan kembali ke Jerman tahun 1946. Sebagian tentara Jerman yang melarikan diri ke Bogor karena menghindari kejaran tentara Belanda, kala itu tentara Jerman akan bergabung dengan beberapa pejuang TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Indonesia di Bogor. (LEBIH JELASNYA BACA DISINI: HUBUNGAN NAZI DAN INDONESIA)
Daftar tentara di Soldatenfriedhof. (Dokomentenforum)
Oblt u.LI (Oberleutnant und Leiter Ingenieur) Dr. Heinz Haake

Lanjut ke makam paling ujung di sebelah kiri, nisan milik Oblt u.LI (Oberleutnant und Leiter Ingenieur) Dr. Heinz Haake dari U-196. Haake lahir tanggal 21 Januari 1914 dan meninggal tanggal 30 November 1944. Haake berada di U-196 yang diberitakan hilang bersama 65 orang awaknya saat berpatroli di Selat Sunda, kemungkinan besar karena kecelakaan saat menyelam dan bukannya karena serangan oleh musuh. Haake adalah seorang dokter Kriegsmarine sekaligus perwira teknik dan pangkat lengkapnya adalah OLt.ing.Dr.Med.MOAssArzt.D.R, yang sangat jelas menunjukkan dia adalah seorang dokter militer dari Angkatan Laut (Kriegsmarine) Jerman. 
Dua makam Unbekannt. (pribadi)
Lanjut ke bagian depan terdapat dua makan yang tidak memiliki nama. Oleh karenanya oleh serdadu Jerman diberi tulisan di nisannya, 'Unbekannt'. Kemungkinan mereka berdua ini adalah 'Grabmal des unbekannten Soldaten' (kuburan prajurit atau tentara yang tak dikenal). Sama seperti lainnya, mereka berdua adalah anggota U-Boat Kriegsmarine. Tidak ada catatan sejarah dari dua orang ini, mungkin saja mereka tewas karena kecelakaan kereta api yang terbakar dalam perjalanan dari Jakarta ke Bogor. Dan mungkin, dua orang ini badannya hancur lebur atau hangus karena kecelakaan tersebut, Wallohua'lam.
ki-ka: Taufan dan Miftha. (pribadi)
 

Sekira jam 17.00 saya bersama rekan lain bersiap pulang dari tempat yang rimbun dan sejuk ini. Taufan dan Miftha juga merasa menjadi pengalaman dan menambah wawasan baru tentang sejarah masa lalu. Dan hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia juga memiliki hubungan sejarah dengan Nazi Jerman.

Galeri Foto: 





 (tams)

Sumber:
- alifrafikkhan
- axishistory.com
- Bundesarchiv
- Volksbund
- Dokumentenforum.de
- Grup Enthusiasme Militer Jerman-reich Indonesia (EMJI)

3 komentar:

  1. Lanjutkan terus menguak misteri sejarah indonesia yang berhubungan dengan warga asing...mksh bnyk atikel ini mnmbh pengetahuan saya...kapan2 mampir ke gubuk saya klu k bgr

    BalasHapus