Minggu, 10 April 2011

SOSOK >> Kuliah Sore Untuk Sang Pesulap Rizuki

arrumtamsQ - Sore yang semangat namun tidak dengan keadaan sebuah kelas perkuliahan yang nampak cukup besar. Ruang kuliah yang berukuran sekitar 20 x 8 meter ini hanya berisi sembilan mahasiswa yang seharusnya terisi sekitar 40 orang sesuai dengan daftar hadir pada mata kuliah Kewarganegaraan, Jum’at (31/03). Sementara di depan kelas seorang dosen yang berumur sekitar 60 tahun menanti anak – anak didiknya sembari merebahkan kepala yang terpapah tangannya yang menjulur di atas meja tempatnya mengajar. Waktu sudah hampir mendekati pukul empat sore, namun kelas kuliah belum dimulai dari mata kuliah yang seharusnya dimulai pukul 15.30. Beberapa mahasiswa juga masih ada yang di luar ruangan, dan sesekali mereka mengintip dari balik jendela menanti dosen memulai memberi materi. Tidak dengan Rizuki yang sudah menampakkan diri di barisan kedua di antara jajaran bangku yang sebagian besar belum terisi.

Rizuki (kiri) di Kampus IISIP Jakarta

(dok. arrumtamsQ)


“Sepi amat mahasiswanya, cuma sedikit yang masuk kuliah,” keluh Rizuki juara The Master RCTI Season 3, yang kebetulan sedang keluar kelas saat dipanggil temannya. Di dalam kelas Rizuki juga sangat memperhatikan apa yang dosen ajarkan, bahkan ia juga mencatat beberapa materi yang diberikan dosen. Rizuki memang sudah tak asing bagi sebagian besar mahasiswa Kampus Tercinta IISIP Jakarta, karena selain profesinya sebagai pesulap, Rizuki juga tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2010 di kampus tersebut. Setelah selesai jam kuliah pesulap yang memiliki nama lengkap Rizky Siti Fatimah bercerita sedikit tentang perkuliahannya dan profesi yang sedang dijalaninya.

Celana jins dipadu kaos lengan panjang putih bermotif digunakan Rizuki untuk kuliah, penampilannya tak mencolok bahkan terkesan sederhana dan sepadan dengan gaya – gaya teman sekampusnya. Memang sudah menjadi ciri khas mahasiswa Kampus Tercinta IISIP Jakarta yang cenderung sederhana dalam berpakaian bahkan tidak jarang kita temui beberapa mahasiswa yang berkuliah menggunakan sandal jepit. “Saya masuk IISIP karena dulu saya tidak tertarik mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Saya lebih suka di kampus swasta dan saya suka Jurusan Hubungan Internasional,” kata Rizuki, saat ditanya mengapa memilih Kampus IISIP. Saran orang tua juga menentukan tempat kuliah yang ingin ia pilih, “Kata ayah di IISIP bagus, ada Andy F. Noya, Eko Patrio yang pernah lulus disitu,” ungkap Rizuki yang lahir di Tasikmalaya, 9 Mei 1993.

Gaya kesehariannya yang tenang sama seperti aksinya di televisi saat matanya terkonsentrasi pada sesuatu dan kecepatan tangannya dipertontonkan. Jiwa pesulap memang sudah mengalir di dalam tubuh Rizuki yang mungkin sudah turun temurun, “Dulu pertama yang ngajar sulap ayah, mungkin turunan juga dari ayah,” ungkap pesulap yang menganut aliran Princess Magician dan aliran klasik.

Bicara tentang sulap dan aktifitasnya di kampus, Rizuki sempat membantah jika sulap hanya dianggap hobi baginya. Bagi Rizuki sulap adalah tuntutan yang harus diperankan seiring cita – citanya yang diinginkan, namun bukan berarti tujuan yang harus diutamakan, “Sulap hanya tuntutan peran, tapi bukan tujuan utama. Sedangkan tujuan utamanya ya kuliah, apalagi sayang kalo sampai bolos kuliah,” tegasnya. Di akhir wawancara, Rizuki juga bercerita saat mengisi waktu kosong kuliah dan kesibukannya, ia juga membuka Magical Shop di Mangga Dua Square. Dering ponsel Rizukipun berbunyi memberi kabar jika jemputannya sudah datang. Seiring mobil hitam membawa pulang Rizuki, matahari mengorganisir senja untuk kembali pulang ke jalan malam. (tams)

1 komentar: