Sejarahnya pada 1685 ketika seorang Italia bernama Johann Maria Farina menciptakan wewangian baru dan menamakannya 'Eau de Cologne', akhirnya kota ini dinamakan Kota Cologne. Di kota Cologne inilah nama merk wewangian yang bernama 4711 diciptakan.
Mulai pada 1881 ketika Wilhelm Mulhens-pemilik hak untuk memproduksi dan mendistribusikan 'Eau de Cologne', memilih nomor kantornya menjadi 4711, sebagai nama merek dan perusahaan. Merk 4711 ini pun masih berlanjut hingga sekarang dan identik dengan aslinya ''Eau de Cologne".
Tidak heran bila banyak gerai parfum yang Anda temukan bila berkunjung ke Kota Cologne. Beberapa kali pandangan ini menemukan etalase toko minyak wangi 4711 yang asli di tengah kota. Untuk harga, minyak wangi ini dibandrol antara 1–100 Euro. Untuk oleh-oleh, cukuplah bila Anda membeli paket berisi 4711 mini yang satu dusnya bisa berisi 10 botol kecil dengan harga sekitar 12 Euro per dus.
Kota Cologne lahir pada masa kerajaan Franconian pada akhir abad ke-5 masehi sebelum diambil alih oleh orang-orang Prussia. Sebagian besar wilayah kotanya rusak akibat Perang Dunia II dan yang tersisa adalah bangunan Katedral Cologne yang gagah bergaya gotik. Bangunan ini merupakan salah satu katedral yang terbesar di daratan Eropa.
Katedral tersebut dibangun mulai tahun 1248 dan selesai pada tahun 1880. Bangunan yang memiliki relief mahkota emas bernama Magi dengan altarnya yang menjulang tinggi itu dinamai dengan "Rumah Raja" oleh Stephan Lochner. Menaranya memiliki tinggi 157 meter dengan 500 anak tangga. Dari atap menara itu akan terlihat panorama cantik Gunung Siebengebirge.
Setiap harinya banyak sekali penduduknya yang berlalu lalang di lapangan depan altar katedral dan sekitarnya. Bahkan di sekitaran katedral itu dikelilingi oleh banyak pertokoan barang-barang branded terkenal seperti Louis Vuitton, Burberry, dan lain-lain.
Perlu Anda ketahui! Bila ingin berkunjung ke kota ini jangan hari minggu karena toko-toko di Cologne dan Jerman umumnya tutup. Berbeda dengan toko di Indonesia yang justru buka pada hari Minggu. Di sana mereka menggunakan hari libur untuk beribadah dan berkumpul bersama keluarga. Kecuali toko souvenir dan restoran, hampir semua toko dijamin tutup di hari libur. Hanya wisatawan dari berbagai bangsa berkumpul di depan halaman gereja. (tams/detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar