Selasa, 25 Oktober 2011
SEJARAH - Sekilas Tentang Waffen SS
Waffen-SS (Waffen adalah suatu produk akhir masyarakat yang sakit dan penuh kekecewaan, yang berselisih dengan diri sendiri dan dengan dunia. Masyarakat itu sendiri lahir akibat kekalahan dalam Perang Dunia Pertama serta dampak Malaise yang menyakitkan; itulah masyarakat yang, walaupun di mulut memuliakan demokrasi, sebetulnya merindukan dan mendambakan kepemimpinan yang kuat. Yang didapat masyarakat itu adalah Adolf Hitler dan Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman (NSDAP—Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei). Sekali pun demikian, mereka adalah pasukan elit yang termasuk paling bersemangat dan ulet dalam Perang Dunia II, ujung tombak keperkasaan Nazi Jerman. Agresif dalam menyerang sekaligus gigih dalam bertahan, anggota pasukan ini yang gugur selama perang melampaui pasukan regular Jerman. Sebagai buah hati Hitler, Waffen-SS menjadi pemakai awal mesin-mesin perang terbaik Jerman, tentu dengan harapan memberi hasil yang sepadan. Sejarah mencatat bahwa harapan itu tidak berlebihan. Mulai dari medan nan hijau di Prancis, padang salju di Russia, sampai di jalan-jalan di Berlin yang berantakan, Waffen-SS tampil memukau baik bagi lawan maupun kawan. Buku ini membahas dari berbagai segi sosok pasukan elit produk masyarakat Jerman pada akhir dasawarsa 1930-an. Mulai dari sejarah kelahiran, rekrutmen, pelatihan, sampai prestasi baik dan kekejaman pasukan ini diulas dalam penuturan yang populer. (tams)
SPORT - Teriakan Bahasa Jawa Menyeruak Di Lintasan Terakhir Simoncelli
Mbakyu aku tak metu sek yo. Tunggu neng kene wae yo.
KALAU teriakan itu muncul di lingkungan masyarakat pedesaan di Jawa Tengah atau Jawa Timur, sepertinya wajar saja. Tapi itu menjadi tak lazim karena terjadi di press room tempat penyelenggaraan Shell Advance Malaysian Motorcycle Grand Prix di Sepang, Malaysia (sirkuit yang menjadi lintasan terakhir bagi Marco Simoncelli).
Teriakan itu mengundang tawa jurnalis yang berada di tempat itu yang rata-rata dari Eropa ataupun Jepang meski mungkin tidak tahu artinya. Salah satu wartawan Tribunnews Eko Sutriyanto jadi satu-satunya jurnalis asal Indonesia saat itu yang kebetulan sedang meliput kematian Simoncelli di Sirkuit MotoGP sepang, Malaysia.
Teriakan bahasa Jawa ngoko (kasar) itu belakangan diucapkan Lilik, perempuan yang asli warga Bandung terhadap teman sekerjanya Anik, yang asli Lumajang Jawa Timur.
Mendengar teriakan sesama asal Indonesia, Eko mendekati Anik yang tengah menyapu lantai di ruangan pressroom yang berukuran 20X20 meter itu. Dengan bahasa Jawa ngoko, Anik pun membeberkan tentang dirinya yang mungkin menjadi potret pahlawan devisa Indonesia.
Wanita asal Lumajang Jawa Timur ini beralasan susahnya mencari pekerjaan di Indonesia sebagai alasan untuk tetap kerja di Malaysia. Kalau bisa memilih bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik berada di Indonesia.
"Mana bisa saya bisa kerja mas, lha wong saya tidak berpendidikan. Kalau mengandalkan suami. Tidak bisa cukup. Makanya kami kerja untuk mencukupi kebutuhan anak di kampung," ucapnya.
Diakuinya sebulan terakhir ini bekerja di Sepang setelah setahun menjalani kehidupan di kampung halaman. Puas bersama dengan anak, ia pun kembali ke Malaysia.
Lalu bagaimana dengan penghasilan?
"Di sini sistem gajinya tetap kok. Sebulan 700 ringgit. Kerja dari jam 07.00 sampai jam 17.00 sore. Kalau ada event biasanya mendapatkan tambahan 200 ringgit. Istilahnya uang lemburnya," ungkapnya.
Jika dirupiahkan penghasilan yang diperoleh antara Rp 1,9 juta-2,5 juta. Toh, hasil hitungan besar, bukan berarti mampu mencukupi kebutuhan yang layak.
"Walaupun suamiku juga kerja di proyek di sini masih pas-pasan untuk makan dan kebutuhan anak di Indonesia. Tidak bisa mendapatkan tabungan yang lebih," ungkapnya.
Adakah keinginan pulang kampung? "Selalu ada. Kalau bisa dengan mudah dapat pekerjaan ya pilih di Indonesia. Tapi di sana susah cari kerjaan buat saya yang pendidikannya rendah," ungkapnya.
Pun demikian dengan Lilik. Wanita kurus tinggi berusia sekitar 20-tahunan itu memutuskan merantau untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tidak ada perasaan takut bagi keduanya untuk bekerja di tengah pasang surut hubungan Indonesia-Malayasia ini. "Kalau berangkatnya resmi tidak masalah. Yang sering bermasalah yang ilegal," ungkapnya. (tams/ tribun)
Selasa, 18 Oktober 2011
Internasional - Komandan Tentara Korsel Memeluk Islam Setelah Tugas di Iraq
Kapten San dan pasukannya bertugas di wilayah Irbil, Iraq Utara. Ketika bertugas di wilayah tersebut, beliau sering mengamati orang-orang Muslim bersolat berjamaah di Masjid. Kebetulan markas pasukannya berada dekat dengan masjid. Dia sangat hairan dengan gerakan-gerakan solat tersebut.
Oleh kerana ingin tahu, beliau mencuba meniru seluruh gerakan solat dan mempraktikkan di biliknya secara sendirian. Ketika mempraktikan itulah dia merasakan ada ketenangan dan perasaan damai yang hadir dalam hatinya.
Itulah sebabnya, pergerakan solat tersebut kemudiannya dijadikan program meditasi dalam pasukan yg dipimpinnya (disamping Yoga), dan ternyata sebahagian besar anggota-anggotanya setelah melakukan gerakan2 solat tersebut, mereka merasakan perasaan yg sama, mereka juga merasa lebih tenang dan damai.
Sejak itu Kapten San berinisiatif mempelajari Islam untuk mengenalnya lebih dalam lagi, dan akhirnya dia memutuskan untuk memeluk Islam. Ketika niatnya ingin memeluk Islam disampaikan kepada anggota-anggotanya, beliau berkata : "Aku telah menemukan cahaya kehidupan yg sesungguhnya, aku ingin berada dalam cahaya tersebut, dan cahaya itu adalah Islam".
Tanpa di duga, secara spontan 37 anggota bawahan yang dipimpin olehya mengangkat tangan mereka, sebagai tanda ikut bersama komandan mereka - juga untuk memeluk Islam. (tams/tribun)
Jagad Unik - Demi Sperma Geng Wanita Ini Perkosa Pria
Sophie Nhokwara (26 tahun), adiknya Netsai (24 tahun), dan Rosemary Chakwizira (28 tahun), hadir di pengadilan di Harare, Zimbabwe, Jumat (14/10/2011), untuk menghadapi tuduhan telah melakukan penyerangan secara seksual. Bersama Thulani Ngwenya (24 tahun), yang diduga pacar salah satu perempuan itu, mereka dituduh mengoperasikan sebuah jaringan yang ingin mendapatkan sperma dengan target orang-orang mereka beri tumpangan di kendaraan mereka.
Sophie Nhokwara dari Zimbabwe yang dituduh telah menculik dan memerkosa sejumlah sejumlah pria di negara itu tengah berfoto dengan mobil Chevrolet Aveo merah miliknya.(Radio Nehanda Zimbabwe)
Mereka didakwa terkait tiga insiden. Namun sudah lebih banyak korban yang melapor setelah ada penyelidikan polisi terhadap serangkaian penculikan dan serangan seks. Laporan dari Zimbabwe menggambarkan tren yang mengkhawatirkan tentang lelaki yang ditawari tumpangan, tapi kemudian yang dibius dan dibawa ke tempat-tempat terpencil oleh para penyerang perempuan. Para pria tersebut kemudian dipaksa untuk melakukan hubungan seks dengan para perempuan itu, kadang-kadang tanpa pengaman (kondom) dan di bawah todongan senjata, sebelum para perempuan pemerkosa itu mengumpulkan sperma mereka, lalu korban diturunkan di pinggir jalan. Ada dugaan, praktek pengumpulan sperma dengan modus penculikan dan pemerkosaan itu terkait ritual ilmu hitam.
Menurut laporan Radio Nehanda Zimbabwe, ketiga perempuan tersebut membantah tuduhan itu. Ketiganya menyatakan, mereka hanya pekerja seks biasa.
Sebanyak 17 terduga korban telah diidentifikasi sejauh ini termasuk seorang tentara dan seorang polisi. Kedua korban terakhir itu mengalami kekerasan seksual berupa dipaksa berhubungan seks dan tanpa menggunakan kondom.
Keempat tersangka tampil di depan hakim Harare, Kudakwashe Jarabini, selama hampir satu jam, Jumat, untuk mendengar tiga dakwaan yang dibacakan atas mereka. Dituduhkan, pada 3 Maret lalu keempat orang itu mengangkut seorang pria 19-tahun di Budiriro, Harare, ketika orang itu dalam perjalanan menuju ke kota tersebut. Di sepanjang jalan, menurut dakwaan itu, para perempuan diduga menyemprotkan remaja itu dengan bahan kimia yang membuatnya merasa pusing sebelum membawa dia ke sebuah semak-semak. Di sana, anak muda itu dipaksa untuk minum ramuan perasang hasrat seksual dan dipaksa untuk melakukan hubungan seks dengan ketiga perempuan itu dengan menggunakan kondom.
Berdasarkan dakwaan kedua, keempat orang itu dituduh telah mengangkut seorang prajurit yang tidak mengenakan seragam di Norton pada 22 Agustus sebelum membawanya ke jalan berdebu terpencil. Para jaksa mengklaim, salah satu dari mereka membawa pistol dan mengancam akan menembak tentara itu jika ia menolak untuk berhubungan seks tanpa kondom dengan mereka.
Tuduhan ketiga menyatakan, pada 14 September keempat orang itu mendekati seorang polisi yang tidak berseragam di Chinhoyi. Mereka bertanya tentang arah jalan. Yang selanjutnya terjadi, mereka mengikat polisi itu di dalam mobil. Geng itu diduga telah menyemproti dia dengan zat yang tidak diketahui sebelum memaksanya berhubungan seks tanpa kondom dengan mereka, lalu membuang dia dari kendaraan.
Dakwaan itu juga menyebutkan bahwa dengan menggunakan mobil yang berbeda, geng tersebut menyasar 14 pria lain dengan taktik serupa.
Mereka ditangkap setelah para detektif di Gweru, menyita 33 kondom bekas dari kendaraan mereka menyusul laporan tentang serangan terhadap para pria yang mendapat tumpangan di kota itu. Kepala polisi Midlands, Asisten Komisaris Senior Charles Makono, mengatakan, ketiga perempuan itu dicurigai setelah mereka bertanya kepada petugas apakah mereka bisa mengambil sebuah kantong kondom dari mobil mereka, yang baru saja terlibat kecelakaan. Chakwizira dan Nhokwaras bersaudara yang berasal dari Mkoba 4, Gweru, langsung ditangkap bersama teman pria mereka yang bertindak sebagai sopir. Si pria juga menghadapi tuduhan pembunuhan setelah kecelakaan fatal di mana ia menabrak pejalan kaki hingga tewas.
Radio Nehanda Zimbabwe sebelumnya melaporkan, stasiun polisi di Gweru dikepung massa yang marah yang ingin melihat trio yang ditangkap itu. Seorang warga lokal di Gweru, yang berada di luar kantor polisi itu, pekan lalu, mengatakan, ketiga perempuan tersebut dikenal di kota itu dan secara teratur mengujungi klub malam di sana.
Harry Muhammad Misi kepada Radio Nehanda Zimbabwe mengatakan, "Kami sangat terkejut dengan apa yang terjadi dalam masyarakat kami, di mana laki-laki sekarang diperkosa perempuan. Tampaknya dunia telah terbalik sekarang. Namun, bagaimana mereka bisa hidup dengan tindakan seperti itu? Pada kasus ini, biarkan hukum bekerja. Kami biasa minum bersama mereka di Uptown Night Club, dan kami tidak tahu bahwa mereka berada di belakang kasus tersebut."
Polisi telah meminta para korban untuk datang ke kantor polisi guna membantu mengidentifikasi penyerang mereka. Polisi juga berharap bisa mencocokkan bekas sperma yang ada di kondom-kondom itu dengan sejumlah korban melalui tes DNA. Sidang atas kasus itu masih akan berlanjut.(tams/ dailymail)
Jumat, 14 Oktober 2011
INTERNASIONAL - Masyarakat Jerman Rela Antre Demi Kopi Luwak
Jakarta, LP - Pada tanggal 8 sampai 10 September lalu diadakan pameran kopi di Koeln Messe di Jerman. Pameran tersebut diadakan oleh pemerintah Jerman dan dinamakan Coffeena. Pameran tersebut diikuti oleh berbagai perusahaan kopi dari seluruh dunia, mulai dari para pengusaha kopi traditional, roaster dan trader dari berbagai negara di Eropa dan juga perusahaan pembuat mesin mesin kopi yang kebanyakan dari Italia.
Untuk pameran kali ini, Indonesia Trade Promotion Center Hamburg mengkoordinir stand Indonesia. Pada kesempatan ini pengusaha Indonesia diwakili oleh perusahan kopi yang sudah lama bermain di business kopi dan juga pemda Indonesia, antara lain PT. Taman Delta Indonesia (exporter coffee bean), Fortunium (produsen kopi Luwak), Tapis Luwak, Pemda Jawa Barat (diwakili oleh Paris van Java), dan Pemda Enrekang- Sulawesi Selatan.
Para pengunjung yang kebanyakan masyarakat Eropa sangat menikmati kopi dari Indonesia. Karena di pameran tersebut PT. Fortunium dan Tapisluwak memberikan free drink untuk para peserta. Kopi yang diberikan adalah kopi yang sangat eksotik dan kopi sangat mahal yaitu kopi luwak. Para pengunjung sampai antri untuk mencoba kopi tersebut. Karena selain kopi luwak terkenal sangat mahal (1.000 Euro/Kg) dan juga sangat jarang tersedia di Eropa.
Kopi Enrekang yang telah menjadi kopi terenak menurut cupping test tahun 2009, juga sangat diminati oleh para trader. Pemda Enrekang sangat lihai dalam mengemas pameran kali ini, yaitu dengan mengangkat tema tentang kehidupan petani. Karena perkebunan kopi Enrekang masih dikelolah secara traditional oleh petani petani kecil. Dan kebun kopi sudah menjadi tumpuan hidup mereka secara turun menurun.
Strategi ini sangat pas untuk pedagang di Jerman, karena sudah menjadi topik di mana mana bahwa para pengusaha juga harus ikut memperhatikan kehidupan petani, tidak semata mata berorientasi pada business dan profit semata. Hal in dibuktikan dengan banyaknya pengusaha jerman yang tertarik untuk membeli langsung dari pemda Enrekang tanpa melalui trader. Karena dengan melalukan kontak langsung antara petani dan pengusaha, maka nasib petani dapat diperhatikan langsung oleh pengusaha, termasuk memberikan suntikan modal dan bimbingan teknis agar petani kopi dapat meningkatkan dan mempertahankan mutu kopi yang dihasilkan.
Masyarakat Jerman dan Eropa memang sangat gemar memimum kopi, kopi sudah menjadi bagian hidup dari semua orang, baik pria maupun wanita. Menurut data survey tahun 2008 komsumsi kopi perkapita untuk orang jerman adalah 6.4 Kg !! artinya setiap orang jerman meminum kopi 6.4 kg per tahun, bandingkan dengan konsumsi kopi Indonesia yang Cuma 0.5 Kg per kapita.
Untuk konsumpi kopi Jerman, ada lelucon yang mengatakan bahwa ekonomi dan pembangunan jerman akan hancur kalau tidak ada suplai kopi. Karena para karyawan dan masyarakat umum tidak dapat bekerja tanpa kopi.
Namun untuk memasuki pasar Jerman memang sangat susah, diperlukan strategi dan pendekatan khusus. Apalagi pasar jerman sudah mulai masyarakat certification (Fair Trade, Organic, dll). Untuk certification ini, sebaiknya pemerintah melalui pemda pemda, memberikan bantuan dan pengarahan. Karena petani kopi Indonesia kebanyakan masih skala kecil dan pengelolaan kopi masih traditional. Sedangkan certification berarti standar dan pengawasan mutu yang ketat. (tam/ tribun)
Jumat, 30 September 2011
SOSOK -- Sopir Taksi Itu Ternyata Mantan Atlet Nasional
Tapi pencak silat memang tak bisa dilepaskan dari hidupnya. Pada peringatan Hari Olahraga Nasional 2011, pemerintah memberi Marina penghargaan berupa rumah. Penghargaan itu sangat disyukurinya. Sehingga ia tak perlu menumpang lagi di rumah keluarganya.
Kini Marina bertekad mewariskan kemampuannya berpencak silat kepada sanak keluarganya. Ia berharap warisan yang ditinggalkan bisa kembali mengukir prestasi demi mengharumkan nama Indonesia (tam/L6sctv)
Courtessy by: sctv
SOSOK -- Demi Tugas Polantas Rela Menjadi 'Kuli' Bangunan
Namun kala itu Kamis, (15/9/2011), Polisi Lalu Lintas (Polantas) 'beralih' profesi sejenak menjadi kuli bangunan. "Tadi sore, lalu lintas jalan alternatif menuju Pelabuhan Merak sangat padat. Macet hingga 4 km," kata Kapolres Cilegon, AKBP Umar Surya Fana dalam perbincangan via Blackberry Mesengger kepada media saat itu.
Kemacetan ini dipicu pembetonan separuh badan jalan sepanjang 300 meter di perempatan Gerem, Jalan Raya Cilegon-Merak. Sayangnya, diujung jalan, beton tidak diberi tanjakkan landai. Sehingga kendaraan tidak bisa melewati beton yang telah kering itu. Tak ayal, lalu lintas pun harus berjalan bak kura-kura.
"Awalnya pakai sistem buka tutup jalan. Tapi kemacetan tidak kunjung mencair," kisah AKBP Umar.
Ditengah kekacauan arus lalu lintas inilah, Polantas segera menggulung lengan baju lalu mengambil sekop. Sedangkan lainnya dengan tangan kosong memindahankan beton keras untuk membuat jalan landai.
"Sama anggota BM, Briptu Putut diuruk dengan sisa tanah sekitar," beber AKBP Umar.
Lantas anggota lainnya, Kanit Dikyasa Polres Cilegon, Ipda Ugum dan Kanit Sabhara Iptu Suhara ikut menggulung baju dan membawa sisa pecahan beton untuk membuat jalan landai.
"Tak berapa lama, kendaraan bisa melintasi 2 jalur tersebut. Akhirnya lalu lintas pun terurai lancar," tuntas AKBP Umar. Semoga apa yang dilakukan Briptu Putut dapat ditiru Briptu - briptu atau anggota lainnya, dimana polisi benar - benar mengabdi pada masyarakat. (tam/ detik)
NASIONAL -- Duta Wisata Dengan Tubuh Tertinggi di Indonesia
"Harapan saya dunia kepariwisataan Lampung ke depan makin maju," kata Suparwono di Banarlampung, Kamis, ketika ditanya soal akan segera digelarnya rangkaian kalender tetap kepariwisataan nasional Festival Krakatau 2011 tersebut.
Pria yang mengaku lahir di Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Povinsi Lampung (kini Pringsewu) 4 November 1985 itu mengatakan, setelah dirinya `dinobatkan` sebagai "Duta Wisata Lampung" oleh Gubernur Lampung Sjachroedin ZP sejak tahun 2009, siap menyukseskan ajang kepariwisataan Lampung, termasuk Festival Krakatau.
"Saya dijadikan Duta Wisata Lampung sejak tahun 2009, dan selalu siap untuk membantu semua pihak untuk turut memajukan kepariwisataan Lampung," katanya.
Suparwono, yang selalu merendah dan mengaku kini menjadi pengangguran itu tinggal di Desa Trituggal Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubabar), Provinsi Lampung.
Namun ketika dimintai identitas seperti kartu nama oleh simpatisannya, "Si Jangkung" Lampung itu berseloroh tidak punya.
"Jangankan kartu nama, KTP saja saya nggak punya, Ha ha ha..." katanya tertawa lebar sambil membetulkan posisi ujung celana panjangnya.
Guna menjalankan tugasnya sebagai "Duta Wisata Lampung" itu, Suparwono juga telah mendapat bantuan sebuah mobil operasional khusus yang didesain sesuai dengan ukuran postur tubuhnya untuk mobilitas dirinya.
Mobil bak terbuka warna biru itu dilengkapi pula tulisan "Suparwono" di bagian belakang, dan tulisan "Duta Wisata" di kedua pintu kanan dan kirinya.
Saat duduk, berjalan, turun, dan akan naik ke mobilnya, dia selalu menjadi pusat perhatian warga, dan kebanyakan dari mereka langsung mengajak berfoto bersamanya dengan beragai ekspresi, baik melalui kamera maupun telepon genggam, dan Suparwono pun nampak selalu melayaninya secara bergantian dengan senang hati.
Ketika dikonfirmasi tentang tinggi badannya, Suparwono beberapa kali menyebutkan bahwa tingginya 242 cm, dan dia mengklaim merupakan manusia tertinggi nomor dua di dunia setelah manusia tertinggi di dunia berasal dari negara Turki, namun dia tidak menyebutkan nama dan tinggi badan warga asal Turki itu.
Duta Wisata Lampung Suparwono, pekan lalu juga diudang khusus oleh Gubernur Lampung Sjachroedin ZP untuk hadir dan memeriahkan acara Halalbihalal Idul Fitri 1432 H/2011 M di jajaran pejabat Eselon II, III, dan IV Pemdaprov Lampung di Gedung Mahan Agung, (Rumah Dinas Gubernur Lampung), dan Halalbihalal gubernur Lampung dengan sekitar 5.000 PNS di jajaran Pemdaprov Lampung.
Pada kesempatan itu Suparwono diberi kesempatan duduk di panggung tamu utama sejajar dengan pejabat eselon II dan III Pemda Provinsi Lampung.
Bahkan, setelah acara usai, dia "diserbu" penggemar termasuk Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Fokorpimda) Lampung, Wagub Lampung, MS Joko Umar Said, Sekdaprov Lampung, Berlian Tihang, para pejabat, PNS, termasuk wartawan untuk berfoto bersama. (tam/ ant)
Rabu, 21 September 2011
FILM: Inilah Film Indonesia Pertama Yang Tembus Bioskop AS
Produser film The Raid Ario Sagantoro yang dihubungi media, Rabu (21/9/2011), sempat tidak percaya film yang dibintangi Iko Uwais itu mendapat sambutan penonton. Bahkan sampai berhasil memikat Sony Pictures.
"Sebenarnya film ini juga ikut di festival Cannes, Prancis. Cuma saat itu finishing-nya belum selesai. Kita cuma kirim adegan-adegannya dan ternyata menarik distributor Sony Pictures," urainya.
Diceritakan lelaki yang akrab disapa Toro itu, kemenangan The Raid di festival Toronto diraih melalui kategori The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award dan diumumkan pada Minggu 18 September 2011.
"Jadi film kita ini menjadi opening film Midnight Madness weekend. Dan setelah diumumkan pemenangnya, The Raid menjadi film pilihan penonton yang paling banyak ditonton. Itu apresisinya luar biasa. Banyak diperbincangkan media luar negeri," tuturnya bangga.
Film ini, diungkapkan Toro, sangat berbeda dari film action Amerika pada umumnya. The Raid unggul karena memamerkan keindahan koreografi silat yang dibuat sesempurna mungkin.
"Tidak ada fight cut cepat, benar-benar fight bebas. Karena kita ingin intensitas yang kita bangun begitu agresif. Mulai dari opening 100 menit tidak ada nafas buat penonton karena film ini fight-nya hidup atau mati. Kalau film Merantau kan kalah atau atau menang," tandasnya. (tams/ okz)
FEATURE: Perjalanan Mudik - Sambung Menyambung Menjadi Satu
Mudik merupakan tradisi wajib hampir bagi seluruh perantau yang memiliki kampung halaman. Mudik diambil dari kata “Udik” yang berarti kampung, atau orang Jawa biasa menyebut mudik sebagai mulih ning udik yang berarti pulang ke kampung halaman. Tradisi mudik dilakukan orang saat hari – hari besar, khususnya Lebaran atau Idul Fitri. Tidak semua orang yang memiliki kampung halaman menjalankan tradisi tersebut, banyak di antara mereka harus mengubur impiannya untuk pulang ke kampung halamannya karena suat tugas atau kewajiban yang tak bisa ditinggalkan.
Sama halnya dengan saya yang merelakan Lebaran terutama pada saat Sholat Id yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Demi tugas kampus untuk menyelesaikan skripsi dan tugas lainnya, saya menunda kepulangan saya menjadi hari Kamis (01/09/2011), atau Lebaran hari ketiga saya. Sebuah kebingungan bagi saya yang statusnya sebagai anak kos karena sulitnya mencari tempat untuk makan, sebab wilayah kos saya yang berada di bilangan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan sulit untuk mencari tempat makan saat Lebaran. Oleh karena itu saya memutuskan untuk pulang sehari sebelum rencana kepulangan saya pada hari Jum’at.
Kamis siang saya terbangun, setelah semalaman saya begadang dan berkumpul bersama teman – teman. Dan seperti biasa ritual bangun tidur adalah membuka jendela dan saya menyaksikan kondisi sekitar tempat kos saya yang tak seperti biasa. Tak ada derit pintu terbuka di setiap pintu kamar dan tak ada derap langkah kaki di depan kamar saya. Siang sudah menjelang sore, namun saya lupa menegosiasikan isi perut saya hingga terdengar menderit. Setelah mandi saya keluar mencari makan, dan di antara barisan bangunan yang mengatasnamakan rumah makan, hanya satu yang bertuliskan “RM Padang Sabana” yang masih mempersilahkan masuk. Setelah saya makan, tiba – tiba ponsel saya berbunyi dan ada panggilan dari teman saya yang bernama Catur. Kebetulan saat itu dia sedang melaksanakan tugas liputan dan menawari saya untuk melakukan perjalanan ke Bandung. “Tam, gue lagi ngambil kasus 338 nih, abis itu gue mau packing ke Bandung. Kau ikut ya?” Sontak saya kaget mendengar ajakannya. Saya juga mempertanyakan alasan kenapa saya harus ikut ke Bandung, sementara saya harus mudik ke Kebumen, Jawa Tengah. Usut diusut ternyata si Catur ini mendapat cuti liputan hingga hari Minggu dan ingin melakukan perjalanan ke Bandung, Lebakjero hingga ke Jogja. “Tam, kita ke Bandung terus ke Lebakjero motret perkampungan, abis itu ke tempatmu terus ke Jogja deh,” tukasnya dalam rencana perjalanan yang ia inginkan. Spontan saya mengamini niatnya, dan bersiap pulang ke kamar kos untuk mempersiapkan peralatan mudik saya.
Waktu menunjukkan pukul lima sore, dan tak berapa lama Catur menjemput saya. Sore itu saya nampak seperti pasukan Easy Company di film ‘Band of Brothers’ yang akan dikirim ke Normandia, dengan tas punggung menggunung dan tas tergantung di badan. Setelah selesai berkemas saya dibawa Catur ke kediamannya untuk mengambil barang bawaannya.
Rencana perjalanan awal adalah menggunakan Kereta Api (KA), Serayu kelas Ekonomi trayek Jakarta Kota hingga Kroya dengan jadwal pemberangkatan pukul 20.30 WIB. Sekira habis Maghrib kami menuju Stasiun Jatinegara untuk menaiki KA. Commuter menuju Stasiun Jakarta Kota. Setengah jam sebelum keberangkatan kami kehabisan tiket, padahal Idul Fitri sudah berselang beberapa hari. Peraturan PT. KA Indonesia yang baru membuat beberapa pemudik masih tertahan di beberapa stasiun yang berada di Jakarta terutama untuk kelas Ekonomi. Tahun lalu ada prinsip bagi pemudik yaitu ‘yang penting badan kebawa’, maksudnya para pemudik tak mempedulikan kenyamanan, keselamatan dalam transportasi mudiknya. Sungguh sangat miris, tak peduli mau berdesak – desakkan, naik di depan lokomotif atau sambungan gerbong, bagi pemudik yang penting mereka sampai tujuan. Namun tidak dengan mudik tahun 2011 kali ini, pemerintah melalui Dinas Perhubungan bersama PT. KAI menerapkan peraturan baru yaitu maksimal penumpang kelas Eksekutif seratus persen, kelas Bisnis 120 %, kelas Ekonomi 150 %. Jadi tak ada lagi istilah berjubel – jubel naik kereta api terutama kelas Ekonomi. Imbasnya banyak calon pemudik berebut mendapatkan tiket bahkan mereka rela menidurkan dirinya bahkan keluarganya di emperan stasiun untuk mengantri tiket esok harinya. Karena selain itu, PT KAI juga menindak tegas bagi penumpang yang kedapatan tak memiliki tiket, baik itu penumpang sipil atau militer.
Kami berduapun hampir putus asa dan merencanakan untuk kembali ke rumah Catur. Namun sungguh sangat memalukan jika kita sudah membawa barang banyak tiba – tiba tak jadi berangkat. Sebatang rokok habis terbakar akhirnya kami memutuskan kembali ke Stasiun Jatinegara dan menanyakan tiket KA. Argo Parahyangan dengan pemberangkatan pukul 20.45 WIB. Kami tiba di Stasiun Jatinegara pukul 20.30 WIB, langsung saja saya memberi komando pada Catur untuk membeli tiket, dan saya menunggu di lobi stasiun. Akhirnya Catur kembali dengan tampang kecut, jawaban yang sama didapati, “Tiket habis,” katanya. Suara mesin disel lokomotif terdengar dari lobi stasiun seiring seorang pria memberi informasi di pengeras suara, “Perhatikan dari arah barat segera masuk di jalur satu KA. Argo Parahyangan tujuan Bandung,” nada sang informan stasiun. Antara niat dan tidak niat saya datangi loket kembali untuk memastikan tiket dan ternyata masih tersisa dua tempat duduk untuk kelas Eksekutif. Setelah transaksi selesai, dengan kocar – kacir kami lari menuju pintu peron. Sesampai peron kami mencari gerbong yang dimaksud sesuai dengan tiket, dan saat di dalam kami temui petugas keamanan, TNI/ Polri bersama kondektur sedang menyidak gerbong yang kami tumpangi dari penumpang liar. Setelah barang – barang dinaikkan ke bagasi akhirnya kami menikmati perjalanan yang cukup melelahkan dan berakhir dengan kursi yang bisa direbahkan dengan hembusan air conditoning, dan senyum pramugari yang cantik meski ada lelah pula di wajahnya.
Sesuai jadwal tiba pukul 23.46 WIB kami sudah tiba di Stasiun Bandung, dan kami merencanakan untuk melanjutkan perjalanan di Stasiun Kiaracondong menggunakan KA. Ekonomi menuju Lebakjero. Keluar dari Stasiun Bandung beberapa sopir taksi menghampiri kami dengan senyum yang terkesan tawar menawar. Sudah tak ada angkot, dan mau tidak mau kami harus naik taksi untuk menuju Stasiun Kiaracondong. Jaraknya tak seberapa, kata teman saya yang berdomisili di Bandung, jarak antara Stasiun Bandung ke Kiaracondong sekitar dua kilometer. Namun alangkah terkejutnya saat pertanyaan berapa ongkos tersebut ke salah satu sopir taksi, dan ia jawab dengan vonis harga yang mahal. Jarak dua kilometer harus kami bayar senilai Rp. 50.000. Heeeemm, ternyata di Bandung ini saya tak menemukan taksi berargo dan yang ada hanya taksi argo tembak. Setelah tawar menawar harga pas, akhirnya sopir taksi mengalah dengan tarif kesepakatan bersama yaitu Rp. 30.000 untuk jarak dua kilometer. Dan hati – hati beberapa sopir taksi tidak menepati janji, katanya kami mau di antar hingga halaman stasiun, tetapi hanya sampai pintu masuk. Alasannya mereka ogah merogoh kocek lagi untuk membayar parkir, padahal tarif kesepakatan kami diantar hingga pelataran.
Suasana di Stasiun Kiaracondong hampir mirip dengan Stasiun Jakarta Kota. Hamparan jasad yang tak sadar sudah terhampar di depan loket yang sudah tutup. Sejumlah pengumuman tentang tiket kereta yang sudah habis terjual terpampang di dinding loket. Dan mau tidak mau kamipun turut menghamparkan diri di pintu masuk stasiun. Menemani malam, bijih hitam yang diracik sempurna dalam gelas menemani daun kering yang tersulut menggantikan dinginnya kota Bandung. Satu jam berselang, temanku Catur tak sanggup menahan serangan letih dan kantuk yang sudah memborbardir ubun – ubunnya hingga telapak kakinya. Waktu telah melewati pukul dua dini hari, suasana dingin semakin terasa meski tak sedingin belantara hutan Bastogne. Sepertinya saya lupa cara untuk tidur, bahkan saya cemburu pada mereka yang bisa lelap dan nyenyak. Ada beberapa juga yang terjaga, mereka usir kantuk dengan mengobrol, ada yang mendengarkan musik di ponsel mereka dan ada pula membaca koran yang sudah basi berganti hari.
Waktu menjelang pagi, dan kamipun tetap tidak mendapatkan tiket KA yang kami maksud. Daripada kami mengulur waktu, kami putuskan untuk kembali ke Stasiun Bandung dengan menggunakan taksi dengan tarif yang sama. Sesampai di Stasiun Bandung, saya putuskan untuk membeli tiket pulang ke kampung halaman saya di Kebumen, Jawa Tengah. Berbeda dengan suasana di Stasiun Kiaracondong, di Stasiun Bandung tak ada antrian tiket, tak ada kehabisan tiket. Akhirnya saya membeli satu tiket kelas Bisnis, KA. Lodaya tujuan Bandung – Solo, dan Catur hendak berpisah melanjutkan misinya hunting foto ke Subang dengan menggunakan KA. Lokal.
Namun pikiran Catur berubah, akhir dia membeli tiket yang sama dengan saya dan berencana untuk ikut mudik dengan saya. Pukul delapan pagi KA kamipun meninggalkan Bandung. Dan ternyata jalur KA Bandung Selatan lebih menarik daripada jalur KA Purwokerto. Lewati gunung dan lembah sayapun tak mau rugi menggadangkan mata dan mengabadikan dengan kamera dekat pintu bordes kereta, walaupun semalaman saya belum tertidur. Jajaran besi panjang meliuk dan mengular di antara pematang sawah. Bocah – bocah kecil melambaikan tangan saat kereta melintasi menjadi suguhan seperti video berjalan. Udara pegunungan masih terasa menemani laju roda kereta yang terdengar sangat metronom. Saat KA melintasi Nagreg dengan jembatan yang eksotis dan pemandangan jurang beserta jalan raya terhampar di bawahnya, seperti terbang bersama helikopter tanpa pintu. Setelah turun gunung dan memasuki wilayah Tasikmalaya, KA kamipun berhenti silang dengan KA. Argo Wilis di Stasiun Banjar. Di pemberhentian itu, geliat ekonomi mulai memecah keheningan penumpang yang mulai kegerahan. Teriakan susu, kopi, air dalam kemasan bahkan makanan terdengar dari luar gerbong. Setelah KA meninggalkan Stasiun Banjar, kami kembali ke tempat duduk. Suasana pemandangan sudah tak begitu menarik, hanya bentaran sawah gersang yang luas seperti tanpa kehidupan. Selain itu sisa tenaga semalam karena belum tidur ditambah hembusan angin siang membuat saya menutup kelopak mata.
Waktu menunjukkan hampir jam satu siang dan posisi KA sudah mendekati Maos menuju Kroya, pertanda bahwa tujuanku untuk Kebumen sudah hampir sampai. Jarak Kroya ke Kebumen jika ditempuh dengan KA hanya setengah jam. Segera bangun dari tidur sesaat lalu membasuh wajah di toilet kereta. Pukul satu 13.30 WIB kereta kami tiba di Stasiun Kebumen. Dari puluhan tukang ojek menanti, akhirnya aku mengenali sosok yang menjemputku dan di sana sudah ada adik dan pamanku yang menjemput. Dari perjalanan itu, meski kami harus menyambung tapi kami punya satu tujuan yaitu jalan – jalan tambah pengalaman. Seperti gerbong kereta sambung menyambung menjadi satu rangkaian sebuah perjalanan. (tam)
Kamis, 01 September 2011
Nasional - Daftar Kampus Para Presiden RI
JAKARTA, (LP) - Seorang pemimpin dapat menjadi teladan bagi anak buahnya. Terutama para presiden Indonesia dengan segala usahanya untuk memajukan nusantara di tingkat dunia.
Segala tindakan dan upaya yang mereka lakukan demi kemajuan bangsa, tidak terlepas dari pendidikan yang mereka dapatkan sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Kali ini, kamu akan diajak secara khusus untuk mengenal lebih dekat masa kuliah orang nomor satu di Indonesia ini.
1. Soekarno
Presiden pertama Indonesia ini meraih gelar Insinyur (Ir) dari Technische Hoge School yang kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1926 silam.
2. Soeharto
Pria yang menjabat sebagai presiden RI selama 31 tahun ini mengawali pendidikannya di SD Desa Puluhan ketika usianya delapan tahun. Kemudian, dia dipindahkan ke SD Pedes Yogyakarta.
Setelah lulus Sekolah Rendah (SR) selama empat tahun, ayah dari enam orang anak ini melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan rendah di Wonogiri. Namun, di usianya yang menginjak 14 tahun, dia melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah Yogyakrta.
Pria yang mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 tersebut tidak pernah melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi lantaran orangtuanya tidak memiliki biaya. Lantas, pada 1940, Soeharto melanjutkan pendidikannya di bidang kemiliteran. Pria yang tutp usia pada 27 Januari 2008 ini pun resmi bergabung dengan TNI pada 5 Oktober 1945.
3. BJ Habibie
Presiden dengan masa jabatan tersingkat ini mengenyam pendidikan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, baru satu tahun menempuh pendidikan di kampus tersebut, dia melanjutkan pendidikannya ke Technische Hochschule, Jerman.
Pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini pun mendapatkan gelar Diploma dan Doktor dari institusi tersebut pada 1960 dan 1965.
Penerima penghargaan Theodore van Karman Award ini, mendalami kuliah bidang konstruksi pesawat terbang dan meraih predikat Summa Cum Laude. Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek) ini pun dinobatkan sebagai Guru Besar (Gubes) di ITB pada 1967.
4. Abdurrahman Wahid
Pria kelahiran Jombang, 4 Agustus 1940 ini mengawali pendidikan tingginya di Al-Azhar University, Kairo, Mesir melalui program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama RI pada 1964 hingga 1966.
Tidak puas dengan metode pendidikan yang diajarkan universitas Al-Azhar, Gus Dur sapaan akrab ayah empat orang putri ini kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Baghdad, Irak. Mahasiswa Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab ini, berhasil meraih gelar sarjana pada 1970.
Gusdur pun berniat melanjutkan studinya ke Universitas Leiden, Belanda. Sayangnya, pendidikannya selama di Universitas Baghdad kurang diakui oleh Negara Tulip tersebut.
5. Megawati Soekarnoputri
Satu-satunya presiden wanita di Indonesia ini merupakan mahasiswi Universitas Padjajaran (Bandung) dalam bidang pertanian. Namun, karena kondisi politik saat itu tidak kondusif, maka keluarga presiden (Soekarno) harus diungsikan. Hal ini mengakibatkan pendidikan wanita kelahiran Yogyakarta, 23 Januari 1947 ini terpaksa terhenti.
Megawati pun kembali melanjutkan pendidikannya ke Universitas Indonesia (UI) dengan mengambil jurusan Psikologi. Namun, pendidikannya kali ini pun juga tidak selesai.
6. Susilo Bambang Yudoyono (SBY)
Pria kelahiran Pacitan, 9 September 1949 ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup panjang mulai dari dalam maupun luar nageri, yakni :
- Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
- American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
- Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
- Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
- On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
- Jungle Warfare School, Panama, 1983
- Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
- Kursus Komando Batalyon, 1985
- Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
- Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS
- Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
- Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004 (tams/okz)
Kamis, 25 Agustus 2011
Pojok Kata - Namaku Kitab Yang Terlupakan
Aku telah menjadi saksi sejak kau lahir; Sebuah lembaran - lembaran Kalamulloh yang terajut sempurna.
Aku teringat dahulu saat kau timang aku, lalu kau pelajari aku.
Mungkin saat itu umurmu juga masih dini; Namun kau begitu bangga, saat kau mampu mengkhatam aku. Dan kau ceritakan pada orang tuamu, gurumu bahkan teman - temanmu, bahwa kau bisa mengenalku lebih dalam.
Hampir tiap malam kau baca aku, walau mungkin hanya beberapa potong & aku senang.
Kini engkau telah beranjak dewasa; yang penuh kesibukan seiring menyusutnya usiamu.
Mungkin kini aku hanya sebagai penghias rak - rak bukumu.
Atau mungkin terselip kertas- kertas tugasmu yang terkadang berlumur debu.
Saat kau pulang, peranti selulermu sudah kau genggam dah kau lintasi aku sambil lalu.
Hingar bingar TV, mesin bergambar yang siap kau ketik menggantikan merdu suaramu saat kau baca aku.
Akankah kau sempatkan waktu untuk menyentuh & membacaku dengan santun merdumu?
Jangan biarkan aku lusuh tak tersentuh.
Karena aku adalah penjagamu yang abadi sampai kau mati.
Bacalah aku, karena aku bisa menjadi penuntunmu di kala tak ada daya yang mampu menolongmu.
Bacalah aku, karena aku mampu menenangkan kegalauanmu.
Aku hanya bisa mengingatkan selagi aku belum terlalu lusuh.
Sebelum tutup usiamu; Hingga aku menjadi saksi bahwa kau pembaca setiaku,"Al-Qur'annul Kariim"
Ullifna T (Jakarta,07082011)
Rabu, 24 Agustus 2011
NUSANTARA - Lebah Terpanjang di Dunia Ada di Sulawesi
Menurut para peneliti, rahangnya begitu besar. Kaki depan lebah lebih panjang sehingga sulit untuk memahami cara mereka bisa berjalan.
Lynn Kimsey dari University of California menemukan serangga besar tersebut sewaktu ekspedisi terakhir ke Pegunungan Mekongga Sulawesi. Dia berencana menamakan lebah ini "Garuda" seperti tokoh mitologi Indonesia yang sebagian manusia sebagian elang.
Kimsey menyatakan, tawon ini kelihatannya bukan spesies umum. Ia hanya menemukan enam lebah dalam tiga tahun penyelidikan. ''Rencana menggali sebuah tambang nikel baru di Pegunungan Mekongga akan menjadi berita buruk bagi sang tawon,'' kata Kimsey.
Anehnya, mereka tidak dinobatkan sebagai lebah terbesar di dunia. Penghargaan ini diberikan kepada sejenis lebah beranama "tarantula elang" yang panjangnya mencapai lebih dari 6 cm. Seperti namanya, lebah ini sangat senang berburu tarantula. (tams/REP)
Rabu, 20 Juli 2011
Nasional -- Mistani Nenek Yang Tinggal di Gubuk Reot Bersama Tujuh Bebek
Memang sungguh miris mengetahui keadaan Mistani yang hidup dibawah garis kemiskinan, apalagi jika dibandingkan dengan kasus - kasus yang sedang terjadi di negeri ini, yang mana beberapa elit parpol yang sibuk berkonflik.
Rumah tinggalnya sekaligus berfungsi sebagai kandang bebeknya. Bau amis menyeruak di dalam rumahnya. Sebab, kotoran bebek dan kotoran Mistani bercampur menjadi satu. Di rumah itu, memang tidak dilengkapi tempat mandi cuci dan kakus (MCK) yang memadai.
Berdasarkan penuturan Mistani, setelah suaminya, Sumo, dan anaknya, Asmo, meninggal dunia beberapa tahun silam, dirinya tinggal sebatang kara. Tak ada sanak familinya yang membantunya. "Suami dan anak saya menjadi sandaran satu-satunya. Namun, keduanya sudah meninggal," katanya, Rabu (20/7/2011), dengan nada terbata-bata.
Rumah yang ia tempati saat ini bukanlah miliknya, melainkan tempat tinggal yang dibuatkan oleh para tetangga Mistani. Munawar (45), tetangga Mistani, mengatakan, setelah ditinggal suaminya, Mistani tidak punya tempat tinggal sehingga masyarakat bertekad untuk membuatkan gubuk sederhana.
Selama tinggal di gubuk reot tersebut, kebutuhan makan Mistani hanya menunggu belas kasihan para tetangganya. Selama ini yang rajin memberi makan Mistani adalah Wati. "Saya tidak tega melihat dia karena sudah tua renta dan tidak bisa bekerja mencari nafkah lagi," tutur Wati.
Satu-satunya kekayaan Mistani adalah tujuh bebeknya. Untuk memenuhi pakan ketujuh bebeknya, Mistani selalu menyisihkan makanan dari hasil pemberian para tetangganya. "Kalau bebeknya bertelur saya jual," imbuhnya.
Melihat penderitaan Mistani, Pemerintah Daerah Pamekasan pun tergerak untuk membantunya. Mistani harusnya masih bisa bernapas lega. Pasalnya, kini ia memperoleh santunan uang sebesar Rp 2 juta. Santunan tersebut menurut Bupati Pamekasan Kholilurrahman untuk biaya hidup sehari-hari. "Sementara itu yang bisa kami bantu. Selanjutnya akan kami upayakan pembangunan tempat tinggal yang lebih layak sekaligus dengan biaya hidupnya," kata Bupati Kholil. (tams/ tribun)
Internasional -- Lima Bahasa di Dunia Yang Sulit Dipelajari
Menurut penelitian, seseorang paling mudah mempelajari bahasa dengan susunan kata dan pengucapan yang mirip dengan bahasa sehari-harinya. Masing-masing bahasa mempunya tingkat kesulitan yang berbeda. Berikut lima bahasa yang paling sulit dipelajari seperti dikutip dari thirdage.
1. China
Bahasa China dianggap sulit dipelajari karena sangat menekankan pada intonasi. Penekanan intonasi yang berbeda bisa membuat arti kata yang diucapkan sangat berbeda. Tak hanya itu, ribuan huruf China yang sulit dan rumit membuat bahasa yang cukup populer di dunia tersebut makin susah untuk dipelajari.
2. Arab
Untuk orang Eropa, bahasa Arab memiliki kemiripan yang sangat sedikit dengan bahasa mereka. Membaca tulisan dalam bahasa Arab juga dianggap agak sulit karena pengucapan vokal yang agak berbeda dengan bahasa Inggris. Sama seperti bahasa Cina, huruf-huruf Arab juga menjadi salah satu kesulitan jika ingin cepat mempelajari bahasa ini. Perubahan bentuk huruf dalam kalimat yang berbeda ketika suatu huruf digabungkan juga membuat belajar bahasa Arab lebih menantang.
3. Jepang
Lagi-lagi bahasa dengan huruf yang rumit masuk dalam daftar ini. Jepang, seperti sudah banyak diketahui memiliki ribuan karakter dengan sifat yang berbeda. Selain ribuan karakter, ada tiga cara penulisan dan dua jenis daftar suku kata membuat orang harus memiliki ingatan yang kuat ketika mempelajari bahasa Jepang.
4. Korea
Struktur kata, pemahaman kalimat, dan konjugasi kata kerja yang berbeda membuat bahasa Korea bukan bahasa yang mudah diserap. Selain struktur penggunaan kata, huruf-huruf Korea yang tak kalah rumit juga membuat bahasa asal bintang K-Pop tersebut sulit dipelajari dengan cepat.
5. Hungaria
Bahasa Hungaria dianggap sulit dipelajari karena tidak memiliki kemiripan atau rumpun yang sama dengan bahasa apapun. Tidak seperti bahasa Indonesia yang memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Malaysia, bahasa Hungaria tidak mirip dengan bahasa apapun. Karena itu seseorang harus mulai dari nol untuk mempelajarinya.
Kesulitan lain ketika mempelajari bahasa Hungaria adalah bahasa ini memiliki sifat kata untuk penyebutan feminin, maskulin, dan netral gender. Selain itu, 7 konjugasi yang berbeda juga membuat bahasa negara yang terletak di benua Eropa tersebut makin rumit untuk segera dipahami. (tams/ detik)
Kamis, 09 Juni 2011
Contoh Pidato Rekreatif: NASIONALISME MUSIK INDONESIA
NASIONALISME MUSIK INDONESIA
Assalamualaikum. Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji Syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya kepada kita dan mampu mengumpulkan kita di kesempatan yang baik ini.
Kepada Yth. Ibu Rektor IISIP, Ir. Maslina W. Hoetasoehoet beserta staf kampus yang saya hormati.
Kepada rekan – rekan dari Lovely Crew yang saya banggakan karena acara pagelaran musik bisa terselenggara.
Kepada peserta band dan teman – teman yang saya cintai, karena kita berada di Kampus Tercinta IISIP Jakarta.
Perkenankan saya Ullifna Tamama sebagai ketua panitia Pagelaran Musik Disini Kita Berjumpa memberi beberapa patah kata.
Di pagi yang cukup cerah ini saya yakin di antara teman – teman yang hadir bisa memainkan alat musik.
Jika tidak, semuanya yang hadir disini pasti suka mendengarkan musik.
Bicara soal musik, pasti banyak aliran musik yang teman – teman ketahui. Atau bahkan di antara kalian pasti juga memiliki aliran musik tersendiri a/l: Brit Pop, Pop, Punk, Hip hop, Hardcore atau bahkan dangdut.
Teman – teman sekalian yang saya cintai, adakah di antara kalian bisa memainkan satu alat musik?
Hmmm, sungguh senang ya jika kita bisa memainkannya. Kalau saya sendiri tidak bisa memainkan alat musik, seandainya bisa saya juga tidak bisa memainkannya secara baik.
Pernah saya didatangi teman, yang kebetulan mendapati saya sedang memegang gitar. Lalu ia bertanya pada saya,”Tam, kamu bisa nggitar. Ajarin main gitar dong?” Spontan saya jawab,”Waduuh, aku ngga bisa main gitar lokal kaya gini. Aku biasa mainin gitar Inggris karena kuncinya ngga seperti gitar yang kaya gini. Kalau yang ini kan kuncinya dari A – G, kalau gitar Inggris kan bisa pakai kunci Inggris 11, 13, 14,” jawab saya.
Seperti contoh bermain gitar, hakikatnya semua dari kita bisa memainkannya. Ucapan ini saya petik dari lagu Radiohead yang berjudul ’Anyone Can Play Guitar’. Di dalam lagu ini Jonny Greenwood sang gitaris Radiohead meyakinkan bahwa sesungguhnya kita semua bisa memainkan gitar. Lihat saja saat Jonny Greenwood beraksi, tidak selamanya ia memainkan gitar dengan kunci – kunci yang lazim. Terkadang ia menggunakan koin untuk digesekan pada senar gitarnya, atau kadang ia memukul – mukul gitarnya. Bahkan ia pernah menggesekan alat gesekan biola pada gitarnya di lagunya yang berjudul ‘Pyramid Song’. Dari semua itu bertujuan agar mendapatkan suara yang unik dari gitar tersebut.
Di pagi yang penuh semangat ini saya yakin, Indonesia memiliki bakat musik yang menarik. Apalagi saya tidak meragukan kemampuan teman – teman yang hadir di kesempatan pagelaran musik kali ini.
Apalagi Indonesia yang memiliki banyak suku dan budaya, dan saya tidak meragukan kemampuan musik orang – orang Indonesia. Karena saya juga yakin setiap suku memiliki alat musik tersendiri.
Namun ada yang saya sayangkan, dimana nasionalisme kita dalam bermusik? Kita ini negara yang kaya yang penuh peradaban dalam bermusik, tetapi kenapa gaya bermusik kita belum nampak rasa nasionalisme kita. Dan yang ada pola kita masih kebarat – baratan.
Asal teman – teman tahu, budaya musik kita telah dilirik musisi – musisi asing, bahkan yang tenar sekaligus. Saya ambil contoh bagaimana band Inggris memainkan musik dengan instrumen yang mirip bahkan persis dengan budaya kita, kalian pernah mendengar nama Cold Play dan Radiohead?
Ada sebuah lagu dari Cold Play yang berjudul ‘ Strawberry Swing’ yang instrumennya mirip dengan musik Dayak di Kalimantan. Ada juga Radiohead dengan lagunya yang berjudul ‘Let Down’ dan ‘Go Slowly’ yang di dalam lagu itu juga mirip dengan musik atau sebuah langgam dari Jawa Tengah.
Belum lagi cerita dua band hardcore dari Rusia yang mengambil nama ‘SUMATERA’ dan ‘INDONESIA’.
Lantas ada juga seoang gitaris Yeah Yeah Yeahs yang notabenenya berasal dari Amerika yang rela menempelkan stiker bergambar bendera Indonesia yang bertuliskan ’50 Tahun’ dan di sisi atasnya tertempel stiker yang bertuliskan ‘I Love INDONESIA’. Padahal kalian tahu sendiri terutama bagi seorang gitaris bahwa menempelkan stiker di gitar bukan hal sembarang melainkan memiliki pesan makna tersendiri. Lantas apa kata Nick Zinner gitaris Yeah Yeah Yeahs yang menempelkan stiker Indonesia di gitarnya,"I truly feel Indonesia is one of the most amazing places in the world, and even though politically its pretty fucked up, the culture and people are really inspiring,” katanya. Yang dalam Bahasa Indonesia berarti, "Saya benar-benar merasa Indonesia adalah salah satu tempat paling menakjubkan di dunia, dan meskipun politik yang sangat kacau, budaya dan orang-orang yang benar-benar inspiratif," ujar Nick.
Kalian bisa mengerti teman – teman? Lihat saja musisi – musisi dari luar negeri itu saja tertarik kepada budaya kita, lantas kenapa kita harus malu membudidayakan budaya kita dalam bermusik seperti ‘Bondan and Fade To Black’ yang juga telah memasukan unsur keroncong dalam musiknya? Kapan kalian akan beraksi menampilkan budaya musik negara kalian di kancah internasional?
Di akhir pidato ini, saya hanya berpesan kepada teman – teman, terutama musisi – musisi yang hadir di kesempatan ini. Kita boleh memiliki aliran musik tersendiri yang mungkin juga mengadopsi dari luar negeri, tetapi masukanlah sedikit atau lebih juga lebih baik unsur – unsur budaya kita dalam hal bermusik.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih, mohon maaf jika ada kekurangan. Dan jangan lupa, ‘Mari kita iramakan dunia dengan Musik Indonesia’.
Wassalam. Wr. Wb
Internasional-- Bahasa Indonesia Diminati di Norwegia
Respons positif itu terlihat dalam acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional sekaligus gathering para peserta dan alumni kursus. Acara dihadiri warga Norwegia yang mengikuti kursus Bahasa Indonesia di KBRI. Sekretaris Tiga KBRI Oslo Febby Fahrani mengatakan, Kamis (26/5), Bahasa Indonesia memiliki arti penting dalam memperkokoh semangat kebangsaan. Antara lain yang dirintis sejak Budi Utomo pada 1908 yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional hingga Sumpah Pemuda pada 1928.
Gathering ditutup dengan pemutaran video pariwisata Indonesia dan jamuan makan malam dengan sajian hidangan khas Indonesia berupa bihun goreng, bakwan sayur, lumpia, rempeyek, keripik pisang dan es teler. Diharapkan membuat masyarakat Norwegia semakin memahami Indonesia. (ANT/tams)
Senin, 06 Juni 2011
Pojok Sajak >> Mati Kuyup Di antara Dongeng Cabul Yang Cebol
Keramaian itu beranak pinak, bukan di depan mata; tapi terselip di balik ketiak. Akupun terhimpit di antara lalu lalang semut di ruang sempit.
Matahari tak pandang bulu, menyoroti langkah mahluk penyendawa di antara rasanya yg ingin tahu. Sesekali Tuhan mengedip padaku, di antara langkahku yang terbentar pada mighrab sajadah lusuh & kaku. Lantas mana komat-kamit doa yang terpanjat?
Ooo, aku lupa belum cebok, belum sikat gigi, belum cuci muka & raga. Lantas kemana air tobat itu; di kamar mandiku hanya tersisa satu gayung saja.
Ya, sepertinya aku butuh tukang ledeng yg berotak ulama, bukan ulama berotak tukang ledeng. Agar pastinya bukan hanya 'becek' tapi berilmu.
Pungkasan, oh pungkasan. Dimana awal cerita ini, aku ingin segera mengakhiri di antara lirikan mata yang mematai.
Lekaslah purnatugaskan wahai tukang ledeng. Ingin aku cebokkan dan basuhkan, agar aku bisa menikmati candu tiap tetesnya.
Basahi lalu sujudkan dan di antara hikayat paripurna hidup aku berhenti menekan 'QWERTY' di antara dongeng cabul yang pernah kudengar dalam hati.
(tams)
Rabu, 11 Mei 2011
[BUDAYA] >> Pelestari Wayang Golek Lenong Betawi
arrumtamsQ, Jakarta - Yang punya wayang golek tak hanya masyarat Sunda, tapi juga Betawi. Tizar Purbaya adalah orang yang getol memperkenalkan, sekaligus melestarikan, kebudayaan ini. Dari segi bentuk, wayang golek Betai tak jauh beda dengan wayang golek Sunda. Keistimewaannya adalah dari sisi cerita dan tokoh, yang dibawakan ala lenong Betawi.
Tizar, pencipta kesenian
Cerita ‘Beningnya Hati Seekor Macan’ tengah disiapkan Tizar Purbaya untuk pertunjukan di Museum Fatahillah, Juni mendatang. Inspirasinya datang dari banyaknya kasus penebangan hutan secara ilegal.
“Di mana macan masuk kampung makanin ternak, segala macam, macan itu disalahin padahal macan itu tidak salah karena habitatnya yang dirusak manusia. Begitu ada macan masuk kampung, orang-orang yang berburu macan datang. Mau ambil kulit, taring dan lainnya.“
Karena cerita ini disiapkan untuk pentas wayang golek lenong Betawi, Tizar punya beberapa persiapan. Salah satunya adalah memodifikasi bentuk wayang golek, sehingga alis, mata dan mulut bisa bergerak.
“Tembakan, merokok, itu sudah ada. Teknik-teknik macam begitu cuma ada di wayang golek lenong Betawi. Karena kita lihat kebutuhan ceritanya. Ada cerita mandor Jun yang tangannya sempat buntung dalam perkelahian. Makanya kita bikin bagaimana tangan itu bisa lepas dan keluar darah.”
Semula Tizar adalah dalang wayang golek Sunda. Berhubung Tizar adalah keturunan Betawi, ia pun mulai memasukkan cerita dan tokoh ala cerita rakyat Betawi dan memadukannya dengan wayang golek ini. Pakem wayang golek Sunda pun banyak yang ditinggalkan, kata asisten Tizar, sekaligus anaknya, Ricky Purbaya. “Kalau Sunda suluknya pakai lagu semua. Bahasanya bahasa Sunda dulu. Makanya saya di wayang golek lenong ini bikinnya yang saya bisa. Tidak ada kakawin. Adanya pantun. Kalau mau berantem gaya lenong. Makanya ini wayang golek lenong Betawi. Karena adaptasinya dari lenong. Nah uda itu tidak ada kakawin, suluk. Jadi semau gue.”
Karena ini adalah perkawinan antara wayang golek Sunda dengan cerita dan gaya bertutur ala Betawi, Tizar menyebut percampuran ini sebagai wayang golek lenong Betawi. Untuk memperkuat unsur lokal, Tizar selalu menggunakan lagu asli Betawi. Misalnya lagu ‘Jali-jali’ untuk adegan perang.
Salah satu pemain alat musik tradisional Betawi, Sanan, mengatakan, lagu yang dimainkan hanya lagu tradisional. “Kalau diterapkan lagu-lagu sekarang tidak bisa. Karena bukan jalurnya, bukan alirannya. Unsur Betawinya juga hilang. Karena itu diterapkan dalam musik gambang kromong. Gambang kromong kan musik Betawi. Kalau diterapkan musik sekarang sepertinya tidak kena.”
Yang paling unik dari wayang golek ciptaan Tizar adalah kemampuan boneka-boneka wayang itu menampilkan adegan yang tak ada di wayang lain. Misalnya, alis dan bibir yang bisa digerakkan.
Salah satu karyawan Tizar, Ujang Yakub memperlihatkan kayu yang biasa dipakai untuk membuat wayang golek Betawi ini. Mereka biasanya menggunakan kayu albasia atau sengon, yang mudah diukir. Untuk mengerjakan wayang golek bentuk tokoh Si Pitung, Ujang membutuhkan waktu 3 hari. “Ya tekniknya kita harus belah dulu, kita bolongin dalamnya, kita buang isinya. Dikopongin dulu dalamnya lalu kita pasang-pasang untuk bahan teknik. Baru kita bikin posisinya. Misalnya mata sama alis gerak. Ada juga bibir sama mata. Ada juga bibir sama kuping. Bikin dua hari, satu hari teknik. Jadi tiga harilah.”
Tizar tak hanya membawakan cerita-cerita khas Betawi dalam berbagai pentasnya. Ia juga kerap mengolah peristiwa aktual menjadi pertunjukan yang menarik. Anak Tizar, Ricky Purbaya, menirukan salah satu pentas wayang golek lenong Betawi ayahnya, yang membawakan cerita soal Nurdin Halid yang berkeras menolak mundur sebagai Ketua Umum PSSI. “ “Dasar kau Nurdin racun. Ude ditolak ga mau mundur. Kau bukan orang yang santun. Disuru turun ko ngelantur. Banyak orang berdemoyang mendukungmu untuk mundur. Hey, jangan basa-basi cuma bikin keki, kamu kaya banci. Hey, cuma kamu ketum PSSI yang bekas mantan napi..”
Sudah 10 tahun Tizar bergelut di bidang wayang golek lenong Betawi. Dari mana Tizar datang dengan ide membuat wayang ini? (tams/kbr68h)
Kamis, 05 Mei 2011
Pojok Sajak >> Rintik Hujan Yang Menggelitik
Tik...Tik...Tik... Bunyi Hujan
Ini bukanlah sebuah anggapan tentang isi kepalamu tentang sebuah syair hujan. Sebuah kawanan air yang membasahi dan membasuhi hampir tiap kegelisahan warga kota. Beriringan, berduyun - duyun bahkan bergerombol menjahiti tiap pori- pori di ubun - ubun. Sudah pastinya kuyup; karena komplotan cair itu membumbui setiap keringat yang belum sempat diseka.
Tik... Tik... Tik... Bunyi Hujan
Ini bukanlah cerita tentang sekumpulan air dengan paramiliternya yang tertuang dari tandon - tandon hitam di atas sana; dan di bawah sini teduhan - teduhan menjadi tempat bernaung dari segala kegundahan. Semua meneduh, semua menadah bahkan mungkin menuduh serta mempertanyakan kehadiran rintik - rintiknya di waktu yang sebagian orang menganggap tidak tepat
Tik... Tik... Tik... Bunyi Hujan
Ini bukanlah kegelisahan dari sebuah pertanyaan kapan turun hujan ini mengakhiri kerjanya. Sudah pastinya hujan tak tahu waktu, karena sudah menjadi kepastiannya mereka tak memiliki arloji berjarum; hujan juga tidak tahu tempat, karena sudah pastinya mereka tak tahu dimana mereka dilahirkan. Mereka bertahan dan bergerombol dalam siklus; hingga lantas mengapa manusia menyambutnya dengan ketus?
Dan ini bukanlah akhir dari kesemuaan; karena kesemauan bukan ditentukan oleh titik hujan. Segeralah bergegas, bangun dan melangkahlah dari kediaman; ambil tamengmu dan sambutlah tiap tandonnya. Karena semua pasti tahu tentang ragamu yang tak 'anti air'.
Tik... Tik... Tik... Diantara rintik kakimu menukik; Badai 'belum' pasti berlalu.....
#JakartaBecek 16: 20 04May2011 (tams)
Selasa, 26 April 2011
JAGAD >> Nama Jalan di Belanda Yang Menggunakan Nama Kartini
Berikut kota-kota di Belanda yang memiliki Jalan R.A Kartini;
Utrecht
Di Utrecht Jalan RA Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan tenang dengan perumahan apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan utama ini berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Chez Geuvara, Agostinho Neto.
Venlo
Di Venlo Belanda Selatan, RA Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
Amsterdam
Amsterdam, ibukota Belanda, juga mengabadikan nama penjuang hak-hak perempuan Jawa di abad 17 itu. Wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
Haarlem dekat Chris Soumokil
Di Belanda, tanggal 21 April tidak ubahnya dengan hari-hari lainnya. Pasangan Peters yang tinggal di Kartinistraat di Utrecht tahu bahwa Kartini adalah seorang Jawa yang berjuang untuk persamaan hak wanita.
Mereka juga tahu bahwa Kartini adalah wanita Jawa pertama yang menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Ia menyayangkan bahwa Kartini meninggal pada usia yang terlalu muda. "Dia adalah pejuang persamaan derajat pria dan wanita. Sayang sekali dia meninggal pada usia muda," kata Pak Peters. Selebihnya mereka tidak tahu bahwa tanggal 21 April adalah hari kelahiran pahlawan Indonesia ini. (tams/tribun)
Rabu, 20 April 2011
[MUSIK] >> Band 'Sumatra' dan 'Indonesia' Yang Berasal Dari Rusia
Jika para musisi Indonesia berlomba-lomba mencari nama yang keren dengan bahasa Inggris, justru orang Rusia pakai nama Indonesia dan Sumatra untuk nama bandnya. Kita tentunya bangga sekali dengan para pemuda Rusia ini, karena nama Indonesia ternyata cukup dikenal baik di sana.
INDONESIA sendiri terbentuk di St. Petersburg pada musim gugur tahun 2007. Aliran rock pun dipilih mereka untuk memperkuat musikalitas dari Coal (vocal), Santa (bass), Charlie (drum) dan Demian (gitar).
Tujuan utama mereka dalam bermusik adalah ingin memainkan musik dengan kualitas yang tinggi serta membuat melodi yang sempurna, demikian dikutip dari Myspace.com, Rabu (20/4).
INDONESIA telah memiliki sebuah album EP atau mini album yang berjudul 'Pretty Colours' (2008) dan single mereka yang terkenal adalah Purest Mud.
Sedangkan SUMATRA yang juga berasal dari Rusia terbentuk pada 21 September 2005. Berbeda dengan INDONESIA, mereka memilih jalur technical death metal/deathcore sebagai aliran musiknya.
SUMATRA diisi Alik Galstyan (vokal), Karen Grigoryan (gitar), Ilya Ulanov (gitar), Dmitriy Klimov (bass), dan Andrey Koval (drum). Mereka sudah menelurkan dua album yang berjudul 'The Sixth Circle' (2008) dan 'Heliocratic Infinity' (2009). (tams/okz/myspace)
Senin, 18 April 2011
[Posting] >> Tulisanku Lekaslah Pulang......
Lorong-lorong itu menggiring kesendirianku untuk melangkahkan kaki. Luka dari badan jalan yang kupijak masih tertandon air sisa hujan sore harinya.
Situasi malam masih terasa, meski bukan jangkrik dering nyamuk ini cukup menggantikan instrumen malam yang sesekali melintas bahkan menyerempet kepala. Aku perhatikan mereka riang, mereka mengerang, bahkan mereka merasa menjadi pasukan skuadron udara Sukhoi atau F-16. Rambut yang jarang dikepala sudah dianggap ladang invasi nyamuk hingga wajah dan lenganku. Ya, mereka pikir ini sebuah dataran rendah di Arnhem saat pesawat sekutu menginvasi dengan lapar dan bermanuver di atas.
Entah sudah berapa lama di lorong ini. Daun teh yang terbungkus plastik dan sudah terproses hingga menjadi cair sudah kugenggam di tangan kananku. Dan daun cokelat kering yang terbungukus rapi dan tersulut menempel di sela-sela jari tengah sebelah kiriku. Semuanya menemaniku melintasi tatanan detik jam hingga terik bulan memudar.
Lantas diujung lorong di antara bangunan yang tertidur, dua kucing kampung belang menegosiasikan libidonya di atas bak mandi yang berubah fungsi menjadi tong sampah. Sssst, jangan kencang-kencang atau bahkan mengerang, di samping kamar itu ada bayi kecil manusia yg tergaduh dengan ocehan birahimu.
Aaarrgghh, lorong ini semakin memanjang dan aku tak tahu. Suara tentang preambule dan puji-pujian sebelum panggilan SubuhnNya sudah berkumandang. Begitu juga disinilah kupijakkan kaki di depan rumah yang kupilih. Rumah yang tak baru, tapi layak.
Di antara bunga melati di sekitarnya aku tatapkan mata ini di sebuah daun pintu yang kebetulan hanya satu. Gagang pintu pintu masih terawat baik, dan semoga kunci yang aku bawa tidak salah.Oooh, kenapa semua kunciku bisa berguna di rumah yang berdaun pintu hanya satu itu?
Heem,tak apalah ijinkan lelah ini kurebah di dalamnya, hingga kutemukan seonggok pelana tidur di dalamnya sebuah pemberianNya yang tak terduga indahnya.Sejenaklah kurebahkan lelah ini setelah kugadangkan ujung rambut hingga mata kaki pada terik bulan. Sudah kutaruhkan mantra sajak terbaik di sebelah kiri pelana tidur.Sebangun nanti,akan ku perbaiki dan perindah, semua kekurangan tadi.
Selamat Pagi Malaaaam....!!! (tams)
JakSleep# Agoraphobia# 06:36:46am 16 April 2011
Minggu, 10 April 2011
SOSOK >> Kuliah Sore Untuk Sang Pesulap Rizuki
arrumtamsQ - Sore yang semangat namun tidak dengan keadaan sebuah kelas perkuliahan yang nampak cukup besar. Ruang kuliah yang berukuran sekitar 20 x 8 meter ini hanya berisi sembilan mahasiswa yang seharusnya terisi sekitar 40 orang sesuai dengan daftar hadir pada mata kuliah Kewarganegaraan, Jum’at (31/03). Sementara di depan kelas seorang dosen yang berumur sekitar 60 tahun menanti anak – anak didiknya sembari merebahkan kepala yang terpapah tangannya yang menjulur di atas meja tempatnya mengajar. Waktu sudah hampir mendekati pukul empat sore, namun kelas kuliah belum dimulai dari mata kuliah yang seharusnya dimulai pukul 15.30. Beberapa mahasiswa juga masih ada yang di luar ruangan, dan sesekali mereka mengintip dari balik jendela menanti dosen memulai memberi materi. Tidak dengan Rizuki yang sudah menampakkan diri di barisan kedua di antara jajaran bangku yang sebagian besar belum terisi.
Rizuki (kiri) di Kampus IISIP Jakarta
(dok. arrumtamsQ)
“Sepi amat mahasiswanya, cuma sedikit yang masuk kuliah,” keluh Rizuki juara The Master RCTI Season 3, yang kebetulan sedang keluar kelas saat dipanggil temannya. Di dalam kelas Rizuki juga sangat memperhatikan apa yang dosen ajarkan, bahkan ia juga mencatat beberapa materi yang diberikan dosen. Rizuki memang sudah tak asing bagi sebagian besar mahasiswa Kampus Tercinta IISIP Jakarta, karena selain profesinya sebagai pesulap, Rizuki juga tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2010 di kampus tersebut. Setelah selesai jam kuliah pesulap yang memiliki nama lengkap Rizky Siti Fatimah bercerita sedikit tentang perkuliahannya dan profesi yang sedang dijalaninya.
Celana jins dipadu kaos lengan panjang putih bermotif digunakan Rizuki untuk kuliah, penampilannya tak mencolok bahkan terkesan sederhana dan sepadan dengan gaya – gaya teman sekampusnya. Memang sudah menjadi ciri khas mahasiswa Kampus Tercinta IISIP Jakarta yang cenderung sederhana dalam berpakaian bahkan tidak jarang kita temui beberapa mahasiswa yang berkuliah menggunakan sandal jepit. “Saya masuk IISIP karena dulu saya tidak tertarik mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Saya lebih suka di kampus swasta dan saya suka Jurusan Hubungan Internasional,” kata Rizuki, saat ditanya mengapa memilih Kampus IISIP. Saran orang tua juga menentukan tempat kuliah yang ingin ia pilih, “Kata ayah di IISIP bagus, ada Andy F. Noya, Eko Patrio yang pernah lulus disitu,” ungkap Rizuki yang lahir di Tasikmalaya, 9 Mei 1993.
Gaya kesehariannya yang tenang sama seperti aksinya di televisi saat matanya terkonsentrasi pada sesuatu dan kecepatan tangannya dipertontonkan. Jiwa pesulap memang sudah mengalir di dalam tubuh Rizuki yang mungkin sudah turun temurun, “Dulu pertama yang ngajar sulap ayah, mungkin turunan juga dari ayah,” ungkap pesulap yang menganut aliran Princess Magician dan aliran klasik.
Bicara tentang sulap dan aktifitasnya di kampus, Rizuki sempat membantah jika sulap hanya dianggap hobi baginya. Bagi Rizuki sulap adalah tuntutan yang harus diperankan seiring cita – citanya yang diinginkan, namun bukan berarti tujuan yang harus diutamakan, “Sulap hanya tuntutan peran, tapi bukan tujuan utama. Sedangkan tujuan utamanya ya kuliah, apalagi sayang kalo sampai bolos kuliah,” tegasnya. Di akhir wawancara, Rizuki juga bercerita saat mengisi waktu kosong kuliah dan kesibukannya, ia juga membuka Magical Shop di Mangga Dua Square. Dering ponsel Rizukipun berbunyi memberi kabar jika jemputannya sudah datang. Seiring mobil hitam membawa pulang Rizuki, matahari mengorganisir senja untuk kembali pulang ke jalan malam. (tams)
Senin, 04 April 2011
MUSIC >> Mantan Drummer dan Bassis Nirvana Bekerjasama di Album Barunya
Selain itu alasan Grohl mengundang Novoselic adalah produser Butch Vig yang tak lain produser Nirvana pada album Nevermind, sebuah reuni yang cukup aneh bukan.
Dave Grohl Mengatakan kepada The Sun seperti dikutip NME.com, “Saya mengundang Krist karena ada kehadiran Butch sebagai produser dan sudah 20 tahun kami tidak pernah bekerja di studio bersama.” Dave menambahkan, “Saya telah mencoba membuat Foo Fighters berdiri sendiri selama 17 tahun terakhir. Saya berusaha sangat keras untuk keluar dari bayang-bayang Nirvana dan saya melakukannya dengan cara yang terhormat.”
Dave Grohl (dok. pribadi)
Lagu "I Should Have Known" banyak mengembalikan memori pada saat ia masih di Nirvana.”’I Should Have Known’ adalah lagu Foo Fighters dan bukan lagu Nirvana, tetapi ada saat-saat yang benar-benar mengingatkan saya pada tahun 1991, Saya tak akan berdiri di sini kalau bukan karena Nirvana, saya berhutang banyak kepada Nirvana,” ujar Grohl. (tams/RS/The Sun)