"Saat ini kami dihadapkan pada ancaman kepunahan filateli Indonesia yang mulai ditinggalkan," kata Manajer Filateli PT Pos Indonesia, Tata Sugiarta, dalam acara peluncuran prangko burung langka Indonesia di Kebun Raya Bogor, Minggu (15/07).
Sejumlah perangko dari beberapa negara. (Ullifna. T/LP) |
Menurut Tata, ancaman kepunahan tersebut berasal dari hadirnya teknologi yang kian berkembang pesat. Masyarakat kini dengan mudahnya mengirimkan pesan melalui pesan singkat, atau BBM dan email. "Ditambah lagi hadirnya jejaring sosial, memudahkan orang berinteraksi secara instan," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Tata, tidak adanya regenerasi membuat keberadaan filateli Indonesia kian berkurang anggotanya. Ia mengatakan, selama ini para anggota filateli tersebut kebanyakan angkatan tua atau opa-opa. Dan tidak ada anak-anak dari anggota filateli tersebut yang meneruskannya.
"Dengan filateli ini banyak yang bisa dipelajari generasi muda, selain dapat mengenal warisan budaya dan sejarah bangsa yang dicetak dalam seri prangko, juga mengajarkan generasi muda cara berjualan dan lelang prangko," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Filateli Indonesia Soeyono yang menyebutkan, pada era 50-an jumlah komunitas filateli di Indonesia mencapai satu juta orang.
"Tapi saat ini jumlah itu kian menurun. Seiring dengan berkurangnya minat penggunaan perangko di Indonesia," katanya. (tams/ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar