Feature
Beralaskan koran terbitan kemarin, Nanda (11), duduk terpojok di depan sebuah pintu gerbang kampus jurnalistik di daerah Jakarta Selatan. Nampak dipelukannya setangkup koran pagi yang belum terjual saat mentari mulai mengarak senja. Terkadang ia mencoba menawarkan kepada beberapa mahasiswa yang baru selesai kuliah sore.
Bocah kelas 5 sebuah madrasah ibtida’iah swasta (SD) di Depok ini mengaku menjadi loper koran sejak kelas 3. Mungkin Nanda hanya satu dari beberapa anak – anak di Jakarta yang juga melakukan usaha yang sama sebagai loper koran. Ia melakukan pekerjaan seperti ini dengan tujuan mencari nafkah dan biaya sekolah, sebuah alasan klasik yang mungkin juga dilakukan Nanda – nanda yang lain.
Dirinya menjadi loper koran karena merasa menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya meninggal saat kelas 3 SD. Hari itu Nanda mengaku tidak berangkat sekolah, karena ada beberapa kebutuhan sekolah dirinya dan adiknya yang belum terbeli, “ Hari ini saya membolos sekolah karena ada beberapa kebutuhan sekolah yang belum terbeli, belum adik saya di rumah. Terkadang saya ingin membeli makanan juga untuk adik saya,” ungkapnya.
Upah yang diterima tidak seberapa, jika laku ia diupahi oleh agennya sebesar Rp. 10.000 per hari, bahkan tidak jarang ia hanya diupahi Rp. 6.000 – 8.000. Upah yang tak seberapa ia lakukan setelah ia pulang sekolah pukul 11.00 siang, dilanjutkan mencari nafkah menjadi loper.
Ejekan dan Sundutan Rokok
Pekerjaan ini ia lakukan setiap hari, tak peduli ejekan teman – teman sebayanya, ia menganggap pekerjaan ini halal. Ia bangga walau hanya seorang loper koran, dalam semangatnya ia berharap juga bisa membiayai adiknya sekolah.
Usahanya memang tak selamanya manis, pernah suatu ketika ia diejek oleh mahasiswa di dalam bus kampus di daerah Depok. Saat itu ia sedang menjajakkan korannya pada seorang mahasiswa di dalam bus, “Saya pernah diejek mahasiswa, dan katanya hari gini masih baca koran, Online donk,” kata Nanda menirukan. Tidak hanya itu, bahkan dirinya juga pernah disundut dengan rokok saat menawarkan dagangannya, “Waktu itu di bus kampus, saya sedang menawarkan koran saya pada mahasiswa. Orangnya ngga mau, namun saya masih membujuk tapi malah saya disundut rokok sama dia, “ ungkapnya.
Ingin Jadi Densus dan Mahir Bahasa Inggris
Setiap orang memiliki keinginan dan cita – cita yang tinggi, begitu juga dengan Nanda yang hanya seorang bocah loper koran. Ia ingin menyekolahkan adiknya meski ia hanya seorang yatim.
Bocah yang hidup dengan ibunya yang hanya berdagang kue kecil di daerah Depok ini, selain ingin menyekolahkan adiknya, ia juag ingin menuntaskan sekolahnya. Bahkan ia bercita – cita ingin menjadi anggota Detasemen Khusus 88 (Densus), “Saya ingin jadi Densus 88 biar ngga diusilin sama teroris melulu,” katanya seraya menyunggingkan senyum.
Selain itu, Nanda juga cukup mahir dalam bahasa Inggris. Ia sempat menawarkan koran kepada mahasiswa yang baru keluar dari pintu gerbang sebuah kampus jurnalistik di daerah Lenteng Agung, Jaksel dengan menggunakan bahasa Inggris. “Buy my newspaper please…” katanya kepada mahasiswi. Sang mahasiswi menjawab,”Nanti dulu ya…” Secara spontan, Nanda membalas, “Why…?”
Nanda memang seorang loper koran, namun kegemarannya terhadap bahasa asing cukup tinggi. Untuk menambah pengetahuannya, Nanda sering membaca koran yang tersisa di malam hari sembari menemaninya belajar. “Alhamdulillah habis Kak, saya pulang dulu mau beli makanan buat adik,” tutupnya sembari meninggalkan pintu gerbang kampus. Seiring senja langkah bocah pembawa berita pulang meninggalkan kampus pembuat berita. (tams)
tulisan yang keren dengan gbr yang mendukung
BalasHapuskeren tuhh loper koran pakai bhs inggris.. salut pada Nanda ^_^
Terimakasih............
BalasHapussalut sama Nanda, saya jadi makin sebal sama teman2 sekelas saya yang malas2an kuliah, padahal sudah dapat beasiswa, semoga suatu hari ada rejeki buat Nanda, sehingga dia nggak susah sekolah lagi.
BalasHapusTulisannya bagus, layaknya tulisan di artikel koran, selamat :)
Vib: Makasih bang buat komentar dan semangatnya.
BalasHapusHaha, maklum ini tugas buat matakuliah bang dan Alhamdulillah sekarang saya sudah bergerak di bidang media & kewartawanan