Minggu, 07 November 2010

Kisah Relawan Merapi: Berjuang Membujuk Sang Nenek agar Mau Mengungsi

arrumtamsQ, Jakarta (07/11) – Letusan Gunung Merapi yang terjadi 26 Oktober lalu, dan hingga hinga kini masih menyemburkan awan panas dan bersatatus awas menjadi keprihatinan seluruh masyarakat Indonesia.

(Foto: tribun/ Imam. S)


Bencana yang kini merenggut ratusan korban jiwa dan memaksa puluhan ribu warga mengunggsi ke tempat aman mengundang kepedulian berbagai kalangan untuk terjun langsung ke lokasi menjadi relawan, membantu para korban maupun warga di pengungsian.

Itulah yang dilakukan Martin, seorang relawan yang saat in tercatat mahasiswa semester 7 Universitas Atma Djaya Yogyakarta. Sejak Merapi meletus, Martin memutuskan bergabung dengan relawan dari kampusnya guna melakukan pencarian dan evakuasi korban yang selamat maupun yang sudah meninggal dunia saat ditemukan.

Selain menjadi sukarelawan di Gunung Merapi, Martin juga mengaku pernah menjadi sukarelawan untuk Tsunami Aceh (2006) dan Gempa Padang (2009).

”Rasanya ada yang kurang kalau kita hanya berdiam diri dan tidak bisa memberikan bantuan, meski bantuan itu hanya berupa tenaga, ” jelas mahasiswa jurusan teknik ini.


Selama menjadi sukarelawan banyak pengalaman dan kesan yang sangat bermanfaat bagi dirinya, salah satunya ketika mencoba melakukan evakuasi 2 orang warga berusia lanjut, 60 tahunan, yang menolak di evakuasi saat ditemukan oleh tim evakuasi di rumahnya di kawasan Glagaharjo beberapa waktu lalu.

”Nenek itu berkeras untuk tetap berada di rumah dan menunggui peninggalan suaminya yang sudah duluan meninggal dunia,” kenang Martin.

Berbagai cara di lakukan petugas dan relawan agar bisa membujuk sang nenek mengungsi. Dan akhirnya, ketika ia mencoba membujuk sang nenek, malah nenek itu mau dan bahkan tak mau lepas darinya ketika akan dikirim ke posko pengungsian yang berada di GOR Marguwoharjo, Sleman.

”Aku bujuk dia ,dan aku bilang kalau tinggal di sini (rumahnya) berbahaya masih ada yang sayang sama nenek, saya pun anakmu yang sayang sama nenek, makanya dia mau turun ke tempat pengungsian setelah beberapa di paksa oleh relawan lainnya,”cerita Martin yang saat ini masih berjomblo ria.

Selain itu ada pengalaman yang hingga saat ini dirinya tidak pernah di lupakanmya yakni ketika mencoba mengangkat jenazah korban yang meninggal akibat serbuan wedus gembel dan lahar panas yang mengenai desa Jambon.

Ketika akan melakukan evakuasi jenazah yang akan di angkat oleh Martin bersama tim lainnya terasa sangat ringan dan salah satu bagian tubuhnya sudah seperti kerupuk alias garing akibat wedus tersebut.

”Pas aku pegang kakinya, kok kakinya seperti rempeyek alias remuk seperti kerupuk,” jelasnya.

Meski demikian bagi dirinya apapun wujud akhirnya seseorang yang meninggal semunya di kembalikan kepada yang Maha Pencipta segalanya di dunia ini.

”Saya sangat senang berada di tengah-tengah tim evakuasi yang solid dan saling memperhatikan keselamatan satu dengan yang lainnya saat melakukan evakuasi, Bagi saya tidak ada kata tidak bisa untak menolong sesama,” tutupnya.
(tams/ tribun/ Imam. S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar