Selasa, 09 November 2010

MERAPI: Pengungsi di Posko UMY Terus Bertambah


arrumtamsQ, Jakarta (09/11) - Pengungsi korban Merapi di posko Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), terus bertambah. Kini, jumlah pengungsi mencapai 654 orang.

Menurut Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, kordinator posko, mengungkapkan bahwa ada tambahan 200 pengungsi dari Kecamatan Turi serta dari Stadion Maguwoharjo.
Gunawan mengungkapkan bahwa posko UMY memiliki kapasitas menampung pengungsi sebanyak 750-800 orang.

(Ilustrasi Foto: Daylife)


Logistik dan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi pun sudah di persiapkan untuk dua pekan ke depan. Asupan logistik tersebut terus diusahakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisiyah (PCA) Gamping, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kasihan, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul.

Menurut Gunawan, hal yang juga penting selain logistik adalah pendampingan para relawan terhadap pengungsi.

"Bukan hanya masalah perut namun psikis juga benar-benar harus diperhatikan," urainya saat ditemui di posko Kampus Terpadu UMY, Senin (8/11/2010).

Ada dua hal yang dilakukan di pendampingan tersebut, yakni Trauma Healing (penyembuhan trauma pascabencana), serta recovery dengan motivasi dan menciptakan kepercayaan diri. Trauma Healing sendiri dilakukan lewat aktivitas harian.

Seperti senam pagi yang di klasifikasi berdasarkan umur. Kemudian, membentuk kelompok bermain dan belajar bagi anak-anak. Anak-anak di ajak bermain dan juga di beri mainan. Selain itu disediakan juga dapur umum dan disediakan bahan makanan agar para pengungi yang ingin memasak bisa memasak apa yang mereka inginkan.

"Semua itu dilakukan untuk mengurngi tingkat kecemasan mereka dan mengurangi rasa bosan selama di pengungsian," ungkap Gunawan.

Selain itu, pihak posko UMY akan mengundang alumni MAPALA UMY untuk menyediakan outbound di sekitar kampus UMY dan juga menyediakan kereta kelinci sebagai transportasi untuk keliling-keliling kampus. Kegiatan di posko juga bisa berubah sesuai dengan keadaan dan kemauan para pengungsi.

"Jadi, kegiatan yang akan dibuat, melihat kondisi para pengungsi," ungkapnya.

Gunawan juga menekankan kepada para relawan agar memperlakukan para pengungsi sebagai mitra bukan sebagai objek. Jika keduanya adalah mitra maka hubungan yang terjalin adalah silaturahmi antar keduanya.

"Kita harapkan tidak ada gap antara keduanya sehingga kita juga bisa tahu apa sebenarnya yang diharapkan oleh para pengungsi," tandasnya.
(tams/ Okz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar